part 36

28.3K 862 309
                                    

"KAK ZULFA."

Bertepatan dengan suara itu tubuh Zulfa tumbang di lantai, Runi berlari menghampiri kaka iparnya yang sudah tidak sadarkan diri disana.

Dari tadi firasat Runi memang sudah tidak baik baik saja. dia sudah menduga saat sang kaka iparnya di panggil oleh Abangnya di pesantren, membuat Runi sedikit was was jika abangnya berbuat yang tidak tidak kenapa Zulfa dan sekarang firasatnya itu benar.

Dan sekarang dugaannya benar, firasat buruknya sudah terjadi sekarang. Zulfa sudah tak sadar kan diri di dalam sana.

"Hiks abang! bantuin kak Zulfa, cepetan," ucap Runi terseduh seduh, ia sudah memeluk tubuh kaka iparnya dengan kencang.

Rayyan masih syok, dirinya masih mematung melihat orang di depannya. entah kenapa hatinya tiba tiba saja langsung sakit, matanya melirik tangannya kembali. Ingatannya langsung berputar saat tangan itu berani menyentuh pipi istrinya dan melukai hatinya.

"ABANG KENAPA CUMAN DIAM AJA? BURUAN SEBELUM TERJADI SESUATU SAMA KAK ZULFA."

Rayyan langsung tersadar, ia langsung menghampiri kedua wanita itu, tangannya mengambil alih tubuh Zulfa dari sang Adik. Berlari keluar rumah dengan sangat tergesa-gesa.

Rayyan mengendarai mobil dengan sangat cepat, pikirannya saat ini sangat kacau memikirkan kondisi istrinya. mata Rayyan melirik sesaat di kaca menampilkan Adiknya yang sedang memangku Zulfa.

"Abang lebih cepat lagi hiks, hidung kak Zulfa berdarah," tangan Runi senantiasa menghapus darah segar itu dari hidung kakaknya, tangisannya tidak bisa berhenti melihat kondisi kaka ya sangat memprihatinkan.

Rayyan menambah kecepatan mobilnya, dia harus cepat sampai ke rumah sakit.

"Kak Zulfa yang kuat yah, sebentar lagi kita akan sampai."

🚐🚐🚐

Zulfa sudah di tangani oleh dokter, Rayyan dan Runi hanya bisa menunggu dari luar ruangan.

Hati Rayyan sedari tadi gelisah, pikirannya selalu di penuhi oleh istrinya. air matanya kembali keluar saat mengingat kejadian itu, dimana dia sudah berani menampar Zulfa dan membuat wanita itu jatuh pingsan dan berakhir di rumah sakit.

Runi melangkah mendekati Rayyan. "Bang? Kenapa kak Zulfa sampai jatuh pingsan? dan kenapa mata kak Zulfa tadi begitu sembab?"

Bibirnya rasanya keluh untuk sekedar mengeluarkan suara, rasa bersalah kembali kepada dirinya. sekarang ia harus menjawab apa?

"Nggak mungkin kan mata kak Zulfa sembab tanpa ada alasan. Pasti dia habis nangis, jangan bilang ini semua kelakuan Abang?"

"Jawab! Apa yang udah Abang lakukan sama kak Zulfa sampai jatuh pingsan kaya gitu?"

Bukannya jawaban yang keluar dari mulut Rayyan, malah sebuah air mata yang jatuh dari pelupuk matanya. Ia harus apa sekarang, ini memang salahnya telah bermain kasar terhadap istrinya tapi dirinya juga tidak ingin semua ini terjadi.

Emosinya tadi tidak bisa terkontrol kan maka dari itu dia tidak bisa menahan amarahnya dan malah menampar istri nya itu.

"Maafiin Abang dek, Abang salah. Abang udah buat istri abang sakit," purau lelaki itu.

Runi memijat pangkal hidungnya pusing. "Abang kenapa bisa kaya gitu?"

"Abang nggak tau dek, Abang udah di kuasai oleh amarah Abang sendiri. Jelas Abang marah sama dia, dia udah menyembunyikan beberapa kebohongan di dalam rumah tangga kami. Dia nggak pernah mau menceritakan itu semua kepada Abang, dan setelah Abang paksa dia untuk mengatakan semuanya dia malah mengelak seperti nggak tau apa apa dan malah menuduh abang selingkuh."

RAYYAN CEO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang