part 17

16.8K 581 5
                                    

Hay ketemu lagi kita🤩💗

Gimana sama chapter sebelumnya?

Jangan tinggalkan jejak berupa vote and komen!!! 🔥💗

Selamat membaca

Dua bulan kemudian, setelah menghabiskan diri di rumah sakit akhirnya hari ini Zulfa dinyatakan bisa pulang, namun begitu wanita itu harus tetap menjalani terapi setiap harinya agar kakinya benar-benar pulih total.

"Mas, aku bantu yah," ijin Zulfa menatap Rayyan penuh harap.

"Nggak boleh, udah duduk aja apa susahnya."

Zulfa yang mendengar itu mengerucutkan bibirnya kebawah.

Sudah puluhan kali Zulfa mengatakan itu bahwa dirinya ingin membantu Rayyan mengemasi barang-barang nya dan sudah berkali-kali juga Rayyan menolaknya.

Rayyan hanya tidak ingin istrinya itu kewalahan, apalagi kondisinya masih belum stabil ia takut jika Zulfa kelamaan berdiri akan berpengaruh pada kakinya.

"Aku nggak tega liat mas Rayyan ngurus segalanya."

Rayyan berhenti mengemasi barang barang sang istri, kemudian menatap lekat mata Zulfa. "Saya lebih nggak tega jika kamu yang mengerjakan ini semua, lagian ini udah kewajiban saya. Kondisi kamu belum sepenuhnya fit jadi nggak boleh banyak gerak dulu."

Zulfa menghela napas panjang, mau tidak mau ia menurut memerhatikan sang suami yang begitu fokus memasukkan barang-barang nya ke dalam koper.

Setelah lima menit Rayyan mengemasi barang-barang akhirnya selesai juga, ia berjalan menuju sofa untuk mengistirahatkan tubuh nya sejenak menghilangkan rasa penatnya. Rayyan memejamkan matanya sebentar namun baru ingin masuk ke alam mimpi matanya kembali terbuka, takkala merasakan sesuatu yang menempel di pipinya yah istrinya itu telah menciumnya.

Ia terkejut benar-benar terkejut ketika mendapati sang istri yang duduk di sampingnya dengan senyuman yang sangat memabukkan.

"Cape bangat ya?" tanya Zulfa sambil mengelap keringat Rayyan di pelipis nya.

Rayyan menatap tajam Zulfa. "Kenapa turun dari brankar? Udah berapa kali saya bilang kondisi kamu belum sepenuhnya pulih," omel Rayyan pasalnya pas ia membereskan barang-barang nya tadi ia melihat Zulfa masih di atas brankar dan Sekarang ia sudah di sofa.

Zulfa memanyunkan bibirnya ia benar-benar kesal kepada Rayyan terlalu posesif Menurutnya. "Apasi, dari tadi di omelin Mulu."

"Bukan gitu sayang, saya cuman khawatir sama kamu aja. Bagaimana kalau kakinya tiba tiba kembali keram, hm?"

"Nggak lagi kok mas."

"Nggak apanya, kemarin kamu juga ngomong kaya gitu tapi apa? ujung-ujungnya ngadu kesakitan juga."

"Udah ah, kamu mah kerjaannya ngomelin aku Mulu," Zulfa sudah merajuk ia bangkit dari posisinya hendak pergi namun tanganya di cekal oleh Rayyan dan menariknya hingga Zulfa jatuh pada pangkuan Rayyan.

"Yakin kakinya udah sembuh, hmm?" tanya Rayyan.

"Yakinlah mana mungkin dokter ngijinin aku pulang kalau belum sembuh," Zulfa sudah mulai kesal.

Rayyan membuang napas kasar. "Kamu di ijinin pulang juga harus tetap ikutin terapi tiap hari."

"Iya aku tau," balas Zulfa apa adanya.

Rayyan tau saat ini istrinya telah merajuk atas sikapnya, namun begitu ia tak mau hal yang tidak dia inginkan terjadi pada istri kecilnya.

Cup

RAYYAN CEO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang