part 8

24.6K 1K 32
                                    

Assalamualaikum
.
.
.
.
.
~RAYYAN CEO~

"Eugh.." Zulfa melenguh.

"Ini udah jam berapa ya?" tanya pada diri sendiri sambil mengucek-ngucek matanya, maklum nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.

"Udah jam setengah dua ternyata," ucapnya saat melihat jam yang ada di nakas, namun matanya tak sengaja melihat suaminya tertidur di sofa dengan keadaan kurang nyaman pikirnya.

Sangat tidak tega melihat suaminya tertidur seperti itu, namun apa boleh buat jika dirinya juga belum siap untuk tidur dalam satu ranjang.

Zulfa turun dari ranjang dan menghampiri Rayyan dengan kaki yang terbalut perban, setelah Rayyan mengobati lukanya semalam, syukur Alhamdulillah sakitnya sedikit tidak terasa lagi.

"Maaf,  gara-gara aku, mas tidurnya kurang nyenyak," ucapnya pelan di depan Rayyan, memandang wajah tenang suaminya dengan iba.

"Mas tahajjud," Zulfa mencoba membangunkan Rayyan.

"Eughh.." lenguh Rayyan, mengercap-ngercap matanya yang masih di serang kantuk berat.

"Jam berapa?" ucap Rayyan masih setengah sadar.

"Setengah tiga," Rayyan mengangguk.

Lelaki itu bangun dari posisi tidur, meregangkan otot-ototnya.

"Kakinya masih sakit?" tanya Rayyan memastikan.

Zulfa menggeleng. "Udah mendingan kok mas."

Rayyan tersenyum melihat istrinya semakin hari semakin ada perubahan, yang dulunya tidak mau di Sentuh olehnya kini perlahan Zulfa tak memberontak jika ia berkontak fisik dengannya.

Semoga saja istrinya bisa menerimanya dan mencintainya dengan tulus, meski Rayyan tau cinta akan datang dengan sendirinya.

"Duluan aja ambil wudhu nanti saya nyusul," perintah Rayyan di turuti oleh Zulfa.

"Iya," jawab Zulfa sambil melangkah namun, langkah kedua ia hampir saja terjatuh untung saja ada Rayyan yang sigap menangkap tubuh Zulfa.

"Hati-hati sayang," bisik Rayyan di telinganya.

Ohh tidakkkkk jantungnya kembali berdegup kencang, Zulfa memejamkan matanya malu jangan sampai Rayyan mendengar suara jantungnya. Kenapa akhir-akhir ini jantungnya tidak bisa di ajak kompromi.

"Ah--ha iya" Zulfa langsung gelelapan sendiri, dengan cepat ia melepaskan tangannya yang bertengger di leher Rayyan.

"Perlu gendongan?"

Wanita itu langsung menggeleng keras, tidak! Tidak jika dia terus menerus berada di dekat Rayyan bisa saja jantungnya langsung lompat dari tempatnya. "Nggak perlu, aku bisa sendiri kok," namun saat melangkah, lagi dan lagi Zulfa hampir terjatuh dengan sigap Rayyan kembali menangkap Zulfa.

"Kenapa keras kepala bangat sih," omel Rayyan dan langsung menggendong tubuh zulfa  tanpa persetujuan dari sang empu.

Zulfa pasrah mengalungkan tangannya di leher sang suami, jika berdebat dengan suaminya pasti ujung-ujungnya ia juga bakal kalah dengannya.

"Assalamualaikum warahmatullah."

"Assalamualaikum warahmatullah."

Sudah menjadi rutinitas Rayyan dan Zulfa bahkan semua orang kecuali yang jomlo, pasti akan menyalimi tangan suami selepas sholat sesuai dengan tahzim.

Romantis yang halal mah vibesnya beda😻

"Sekitar dua  hari, kita udah pindah ke rumah asli."

"Iya mas."

"Kamu bereskan aja barang-barang yang di perluhkan," kata Rayyan.

RAYYAN CEO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang