part 31

16.4K 631 9
                                    

"ZULFA!!"

"CEPAT KEMARI!"

"ZULFAAAA!"

Teriakan Rayyan menggema begitu kencang di sudut rumah mereka, emosinya tiba tiba saja naik saat kertas pentingnya seketika hilang di meja kerjanya.

Zulfa masuk ke ruang kerja Rayyan dengan tergesa-gesa takut suaminya ada apa apa.

"Mas Rayyan, kenapa?"

Mata tajam Rayyan langsung menyorot seperti ingin memangsa, Zulfa hanya mampu memiling jarinya takut.

"Dimana kertas yang tergeletak di atas meja kerja saya?"

"Tadi di situ kok, aku simpan di dekat laptop mas Rayyan, setelah aku bersihin."

Rayyan menggeram marah mengusap wajahnya kasar, sudah berapa kali Rayyan memperingati Zulfa untuk tidak menyentuh benda benda yang ada di meja kerjanya.

"Saya udah pernah bilang sama kamu, jangan pernah menyentuh benda yang ada di sini, tugas kamu itu di dapur bukan di sini!"

Air mata Zulfa menetes menunduk dalam tidak ingin menatap wajah Rayyan yang begitu menakutkan, Rayyan begitu kejam kepadanya tidak seperti dulu memperlakukannya dengan begitu kelembutan tanpa meninggikan suaranya sekalipun.

Semakin hari sikapnya begitu berubah dramatis setiap harinya tidak segan segan Rayyan memarahinya tanpa memperdulikan perasaan Zulfa.

"Aku cuman ingin membersihkan aja, mas."

Rayyan menghela nafas kasar. "Lain kali nggak usah masuk, dan yah jangan pernah menyentuh barang barang kantor saya sebelum dapat ijin dari saya langsung," tekan Rayyan Zulfa hanya mengangguk.

"Kamu nggak tau kertas itu sangat penting di perusahaan saya, kalau kertas itu hilang bisa bisa perusahaan saya yang jadi taruhannya."

"Aku minta maaf mas, aku nggak tau."

Rayyan begitu ambisi jika menyangkut masalah kantor, pikirnya saat ini terfokus kepada perusahaannya saja, bahkan pria itu tidak pulang selama tiga malam ke rumah hanya karna urusan kantor.

Zulfa sudah terbiasa dengan hal seperti itu, di tinggal oleh sang suami berhari hari tanpa memberi kabar. Zulfa sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu karna baginya Rayyan bekerja keras demi masa depannya juga.

Merasa tidak di gubris membuat Zulfa memegang lengan suaminya pelan, membuat Rayyan reflek menyudutkan Zulfa ke tembok.

Rayyan mengukung tubuh kecil istrinya. "Saya benar benar marah. asal kamu tau itu! Selama akhir akhir ini saya mencoba menyibukkan diri dengan kantor supaya, saya bisa sedikit demi sedikit melupakan kejadian itu Zulfa. Tapi apa? Kamu malah membuat ulah lagi, kamu menghancurkan segalanya."

"Mas-"

Zulfa ingin membantah namun, Rayyan kembali lebih mendekat hingga sedikit jarak di antara mereka.

"Kamu sebenarnya mau apa, Zulfa?"

Bukannya menjauh Zulfa hanya menangis tersedu seduh di tempat, tak ada pilihan lain yang bisa ia lakukan kecuali mengeluarkan air mata.

"Jawab! Kamu maunya apa?"

"Lepaskan aku, kalau gitu mas," akhirnya Zulfa angkat bicara.

Rayyan mulai diam, matanya tiba melotot tidak Terima dengan permintaan tersebut. Amarahnya semakin bertambah membuat ia menggeram di tempat.

"Kalau mas Rayyan, udah muak dengan aku, udah mulai bosan hidup dengan aku. tolong lepaskan aku aja, percuma aku bertahan di sini kalau ujung ujungnya cuman sakit yang aku dapatkan mas."

RAYYAN CEO [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang