Chapter #1 - Next Step

12 3 0
                                    

Gue tengah sibuk memakai seragam SMA gue dan sedikit berusaha merapihkan rambut gue. Ini akan menjadi hari pertama gue masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas kemarin.

Pantulan wajah gue di cermin sedang memamerkan senyum kecilnya, ketika gue berpikir bahwa sekarang gue sudah kelas 2 SMA.

"Donni...!!! Cepat turun dan sarapan." Seru enyak gue.

"Iya nyak, sebentar lagi." Sahut gue.

Gue segera mengambil tas gue dari atas meja belajar sebelum turun ke ruang makan. Tapi, aksi gue itu segera terhenti sesaat, setelah gue melihat foto berukuran 4R yg terbingkai di atas meja belajar gue.

Gue mengambilnya dan memandangi hasil jepretan saat kami bermain kembang api di pesta barberque selepas ujian kenaikan kelas kemarin.

Senyuman kembali menghiasi wajah gue secara tidak sengaja, ketika gue berfikir akan seperti apa ya, cerita gue bersama mereka di kelas dua nanti?.

"Don, kamu lagi ngapain sih?. Nanti kamu terlambat loh, sekolahnya." Ucap enyak gue yg tengah berdiri diambang pintu.

"Iya nyak, ini Donni mau turun." Jawab gue sembari meletakkan foto itu ke posisinya semula dan mengikuti enyak gue turun ke ruang makan untuk sarapan.

***

Ketika tiba didepan gerbang sekolah. Gue disambut oleh tiga orang murid yg sedang menunggu kedatangan gue.

"Lama amat sih lu don, kami udah nunggu 15 menit disini." Ujar Yuki si tomboy yg sedang bertolak pinggang.

"Kelamaan dandan ya don, hahahaha." Ledek Putra, teman laki-laki gue satu-satunya yg tidak berguna, namun cukup bisa di andalkan dan selalu siap mendukung gue.

"Sory, sory. Tadi gue keasikan sarapan, soalnya enyak gue masakin nasi goreng favorit gue dan bikin gue nambah. jadinya gue rada telat pas berangkat." Jelas gue.

"Bukan karena semalem keasikan main game dan akhirnya lu bangun kesiangan kan?" Tanya Yuki sambil melempar pandangan sinis ke gue.

"Nggak kok, gue gak main game semalem. Kita kan udah janjian buat kumpul disini pagi-pagi, buat ngeliat papan pengumuman pembagian kelas bareng-bareng." Sahut gue cepat.

"Yakin?" Yuki kembali bertanya.

"Udah... Udah, yg penting kan sekarang Donni udah dateng. Jadi, ayo kita masuk dan melihat papan pengumuman." Sela Triana alias si poni dengan senyum kecil yg menjadi ciri khasnya.

Kami berempat pun masuk ke dalam sekolah dan menuju ke tempat papan pengumuman itu berada.

Ternyata papan pengumuman itu sudah dipenuhi oleh gerombolan para siswa yg hendak melihat pengumuman pembagian kelas juga.

Yuki pun kembali ngedumel, karena dia meminta kami semua datang pagi itu untuk menghindari kerumunan didepan papan pengumuman seperti saat ini.

Gue hanya bisa kembali meminta maaf padanya agar suasana hatinya tidak menurun dan bisa membahayakan nyawa gue nantinya.

Meski harus sedikit berdesak-desakan, kami mencoba untuk mencari nama kami masing-masing di papan itu. Hati gue berdetak tidak karuan ketika menyapu nama-nama yg tertulis di sana.

Ada sedikit harapan untuk gue bisa kembali sekelas bersama mereka lagi, meskipun kesempatannya kecil, karena semua siswa dibagi per kelas dengan cara acak.

"Nama gue sama Triana ada di kelas D." Pekik Yuki dari tengah kerumunan.

Gue yg sedang melihat-lihat daftar murid di kelas B terkejut mendengar perkataan Yuki.

"Nama Putra juga ada di kelas D tuh." Lanjut Yuki yg baru saja keluar dari kerumunan.

Tubuhnya yg kecil membuatnya lebih mudah menyelip di kerumunan siswa yg sedang menumpuk di depan papan pengumuman.

"Terus gue gimana, apa ada nama gue juga di kelas D?" Tanya Gue.

"Gue belum nemu nama lu sih don, gue cuma bisa ngeliat daftar nama bagian bawah aja. Soalnya makin ke depan makin padat orangnya, gue gak bisa lewat." Jawab Yuki.

"Jangan-jangan, lu kebagian kelas yg berbeda sama kita, hahaha." Ledek Putra.

Gue enggang meladeni candaan gak berbobotnya Putra dan mencoba untuk mencari nama gue di kelas D. Namun, berkat siswa yg bergerombol didepan, membuat gue sedikit kesulitan mencari nama gue.

Semenit berlalu dan gue gak berhasil menemukan nama gue di kelas D. Membuat gue menghela nafas panjang dan enggan untuk melanjutkan pencarian nama gue itu.

Tiba-tiba, seseorang menyentuh bahu kanan gue dan membuat gue menoleh ke arahnya.

"Gimana don, kamu udah nemuin nama kamu?" Tanya Triana.

Gue hanya menjawabnya dengan helaan nafas berat.

"Walaupun kita harus berpisah kelas, tapi kita kan tetep bisa kumpul bareng pas istirahat don." Ucap Putra sambil merangkul dan menenangkan gue.

Kata-kata itu tidak berhasil menaikkan semangat gue.

"Hoi anak cemen. Jangan galau gitu dong. Nih lihat di bagian atas, nama siapa ini." Ujar Yuki menunjuk ke arah papan pengumuman yg mulai lengang dari kerumunan murid.

Gue pun melirik ke arah yg di tunjuk olehnya dan melihat nama 'Donni Sabeni' yg tertulis di bagian atas absensi pembagian kelas D, yg sebelumnya terhalangi oleh gerombolan murid.

"Syukur lah ya, kita bisa kembali sekelas lagi di kelas dua ini." Ucap Triana, tak lupa dihiasi senyum kecil yg mengembang di wajahnya.

"Hahaha, ternyata kita tetep sekelas don." Ujar Putra penuh riang.

"Huuh, dasar. Makanya jangan gampang nyerah jadi orang tuh." Ledek Yuki.

"Yaudah yuk, kita ke kelas sekarang." Ajak Yuki.

***

Sesampainya di kelas D, gue melangkah ke kursi pojok belakang yg kosong dan memutuskan untuk duduk di sana. Semenjak kelas satu kemarin gue kebagian duduk di posisi ini, gue jadi menyukainya sekarang.

Karena posisi pojok belakang kelas itu terasa sangat strategis buat gue. Gue bisa menghindari pandangan murid-murid lain dan tidak terlihat mencolok di kelas. Jadi, gue merasa nyaman duduk di posisi ini.

Akan tetapi,

Kenapa Triana ikut duduk di samping gue juga?

"Na, lu mau duduk sama donni lagi?. Ciieee...." Ledek Putra.

"Eh... Iya aku lupa, kebiasaan kelas satu duduk sama Donni. Kamu mau duduk disini sama Donni ya put?" Balas Triana.

"Udah gak apa-apa, jangan dengerin ledekan si Putra, na." Sela Yuki sambil menghadiahi jitakan untuk si Putra.

"Tadinya gue pikir lu mau duduk sama Triana, ki. Terus gue duduk sama Donni." Sahut Putra.

"Kalau mau tukar tempat duduk, aku gak keberatan kok." Ucap Triana.

"Udah gak usah na, kita duduk di depan kalian aja." Balas Yuki sambil menyeret Putra untuk duduk di meja depan kami.

"Sory ya don, kamu gak jadi duduk sama Putra, malah jadi duduk sama aku lagi." Kata Triana.

"Gue gak masalah kok, duduk sama siapa aja." Sahut gue.

Begini malah lebih baik, karena semuanya gak berubah seperti saat kelas satu. Malah lebih baik lagi, karena Yuki dan Putra posisi duduknya lebih dekat dengan kami.

Kemudian, tiba-tiba saja pintu kelas terbuka dan seseorang bersetelan coklat muda masuk kedalam kelas.

"Semuanya duduk di tempatnya masing-masing dan jangan berisik." Perintahnya, yg membuat suasana kelas berubah menjadi tegang seketika.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Buat yg sudah mampir, semoga terhibur dengan ceritanya.

Dibantu vote, share dan komennya juga ya.

Terima kasih :)

My Highschool Story : Next StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang