Chapter #17 - Remedial Cinta

0 3 0
                                    

Setelah melepas kepergian Triana. Kedua makhluk yg dari awal gue curigai memantau kami yg entah dari mana itu pun menunjukkan batang hidungnya.

"Jadi gimana hasilnya don?" Tanya Yuki.

"Yaa... Sepertinya gue berhasil berbaikan sama Triana." Jawab gue.

"Haah, baikan?" Tanya Yuki heran.

"Gue kan nyuruh lu buat nembak dia, kenapa lu cuma berbaikan doang?" Protesnya.

"Huuh, gue udah mencobanya tadi di saat-saat terakhir." Sahut gue.

"Terus?" Tanyanya penasaran.

"Neneknya menelpon." Balas gue.

"Jadi dia harus segera pulang dan gue gak sempat bilang sepenuhnya." Sambung gue.

"Hahaha, sabar ya kawan." Timpal Putra sambil menepuk-nepuk punggung gue.

"Huuh, lu bego sih don." Maki Yuki.

"Dari sekian banyak kesempatan, lu malah sibuk sendiri dan akhirnya gagal buat nembak dia." Lanjutnya.

Hoi, dia pikir siapa yg bikin gue jadi sibuk mengelak?

Ini kan gara-gara dia terus-terusan ngeLine gue dan menyuruh ini itu. Jadinya gue harus mengelak sana sini dan akhirnya kesempatan gue hilang.

"Udah-udah, setidaknya si Donni bisa berbaikan lagi sama Triana. Setidaknya rencana ini gak gagal-gagal banget lah." Jelas Putra.

"Huuh, susah emang kalau harus mengandalkan pecundang kaya lu." Maki Yuki lagi.

"Gimana?" Protes gue.

"Dah, untuk sekarang kita akhiri dulu sampai disini." Titah Yuki.

"Besok kita berkumpul lagi di cafe kemarin sepulang sekolah dan membuat rencana baru lagi." Sambungnya.

Huuh, kenapa si Yuki jadi semangat banget buat urusan yg satu ini.

Apa dia berniat menjadi mak comblang profesional kelak?

Entahlah...

Lebih baik gue diam dan mengikuti semua permainannya, ketimbang gue kena omelan darinya. Apalagi moodnya kelihatan lagi buruk sekarang.

"Eh iya, gue minjem duit buat ongkos pulang ya. Tadi duit gue abis buat nraktir Triana dan gue lupa bawa dompet." Pinta gue dibarengi cengiran konyol dan membuat Yuki dan Putra geleng kepala.

***

Keesokan harinya, gue pergi menuju cafe yg menjadi tempat kami janjian untuk berkumpul.

Di sana sudah ada Yuki yg sedang duduk sendirian di salah satu meja sambil mengaduk-aduk minumannya sembari bertopang dagu dan mulut yg mengerucut.

"Kok lu sendirian ki, Putra mana?" Tanya gue.

"Tau ah." Rajuknya.

"Hee... Lu kenapa ki?" Tanya gue.

"Pakai tanya kenapa lagi." Makinya.

"Lu pikir gak bete apa, nunggu disini selama setengah jam sendirian." Sambungnya.

"Kok gue yg kena marah?" Tanya gue balik.

"Abisnya lu kemana aja dari tadi, gue tungguin gak muncul-muncul sampai gue bete." Protesnya.

"Eh, gue kan ada jadwal piket dulu tadi." Sahut gue.

"Bohong...!!!" Tukas Yuki.

"Haah, mana mungkin gue bohong, kita kan satu kelas. Lagian juga harusnya lu tau kan kalau hari kamis ini tuh, jatahnya gue piket." Sangkal gue.

My Highschool Story : Next StepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang