Bel pada mesin permainan lempar bola basket itu pun berbunyi nyaring, menandakan bahwa waktu yg disediakan untuk bermain sudah habis. Papan angka di kedua mesin itu memiliki selisih yg cukup jauh, sekitar 5 poin.
Ya, gue kalah di pertandingan penentuan ini, berkat kata-kata Triana yg membuat gue terpaku beberapa detik tadi.
"Jadi... Aku menang ya." Ucapnya, ditambah dengan senyuman.
Namun senyuman kali ini terkesan berbeda dari senyumannya yg biasa. Entah kenapa senyuman dan gesturnya, terlihat mirip dengan gaya Yuki yg biasanya di pamerkannya setelah berhasil menjahili gue.
Jangan-jangan, bercandaannya tentang pilihan hukuman tadi hanya untuk menjahili gue dan membuat gue kalah. Tapi untuk apa, sebegitu tidak inginnya kah dia kalah dari gue?
Ah entahlah...
Gue lebih pusing lagi, untuk memikirkan bagaimana nasib dompet gue kalau harus...
Eh...
Gue tiba-tiba mematung, setelah meraba-raba kantong belakang celana gue yg ternyata kosong.
"Nn... Na..." Panggil gue.
"Hhmm... Kenapa don?" Tanyanya.
"Kayanya gue lupa bawa dompet." Balas gue lemas.
"Hee... Kamu gak sedang pura-pura biar gak kena hukuman kan?" Tanyanya lagi.
"Enggak na, sumpah." Sahut gue sambil mencarinya di tas dan meraba-raba saku celana dan kantong kemeja seragam gue.
"Yang ada cuma ini." Lanjut gue sembari mengeluarkan uang sepuluh ribuan yg gue temukan di kantong kemeja seragam gue.
"Kamu tuh ada-ada aja don." Ucap Triana diikuti tawa kecilnya.
"Terus bagaimana sekarang?" Tanya Triana yg masih cekikikan.
"Di Salario bisa gadai kartu pelajar dulu gak ya." Ujar gue.
"Mana bisa kaya gitu don." Balasnya.
"Yaudah lah, kita pulang aja kalau gitu." Lanjutnya.
"Eh Tunggu na." Seru gue.
Gue tiba-tiba teringat bahwa ada area istirahat pegawai yg menjual es jeruk dengan harga lima ribu per gelas. Gue pernah beli itu ketika dulu membantu Yuki bekerja di Anime Kingdom.
Tapi... Apa Triana mau di traktir di tempat seperti itu?
Habisnya, gue merasa gak enak juga sama dia jika langsung pulang. Apalagi gue sudah menyanggupi tentang hukuman mentraktir tadi.
Setidaknya, ini bisa menjadi pengganti sementara dan akan gue akan membayar hutang traktirannya di lain hari.
Meski agak ragu, gue mencoba menawarkan ide gue tadi kepada Triana.
"Boleh deh kalau gitu." Jawab Triana.
Huuh, syukurlah kalau dia mau menerimanya. Setidaknya dia gak pulang dengan membawa kekecewaan.
Kami berdua berjalan bersama menuju area istirahat pegawai itu. Di sana cukup lengang, mungkin karena ini belum jam istirahat, sehingga para pegawai masih sibuk bekerja di tokonya masing-masing.
"So... sorry ya na. Kita malah jadi nongkrong di kantin pegawai kaya gini." Ucap gue membuka percakapan.
"Iya gak apa-apa. Lagi pula, disini malah cukup nyaman karena gak begitu ramai." Balasnya.
"Ditambah lagi, es jeruk ini rasanya sangat enak." Sambungnya.
"Syukur lah kalau kamu suka sama tempat dan minumannya." Sahut gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Highschool Story : Next Step
Chick-LitSetelah berhasil memiliki warna-warni baru di kisah SMA bersama kawan-kawannya yaitu Putra, Triana dan Yuki. Kini, Donni akan segera mulai menjalani kisah di tahun ke 2 nya. Bagaimana kehidupan sang otaku ini sekarang, setelah bertemu dengan orang...