Hari minggu yg di nanti itu pun, akhirnya tiba. Sebenernya, gue gak menanti-nanti amat sih. Ngapain juga harus pakai simulasi ngedate kaya gini.
Meski begitu, gue tau ini bentuk dari niat baik kawan-kawan gue. Jadi, apa salahnya mengikuti saran dari mereka. Toh, ini juga salah satu bentuk support mereka ke gue.
Tapi...
"Kemana ini si Yuki belum datang-datang juga." Maki gue dalam hati, ketika melihat jam di tangan kiri gue yg menunjukan pukul 12.45.
Kami janjian di depan pintu lobby utama Pillo Mall jam 12.00 dan sudah lewat 45 menit sekarang. Tapi si Yuki, belum juga menampakkan batang hidungnya dari tadi.
Apa sih yg dia lakukan sampai harus ngaret selama 45 menit. Apa dia lupa, kalau dia yg membuat janji jam 12.00.
Huuh... Mana gak ada kabar sama sekali. Bahkan Line gue juga tidak dibalas olehnya.
"Hoi don... Sorry gue telat." Seru si Yuki yg setengah berlari menghampiri gue.
"Ngapain aja sih lu sampai telat 45 menit. Gue sampai kering nih, nungguin disini." Ujar gue.
"Heh... Harusnya lu itu bilang kalau baru sampe juga atau semacamnya. Bukannya malah ngedumel kaya gini." Protes Yuki.
"Abisnya, ngaret sih gak tanggung-tanggung sampai hampir satu jam." Protes gue balik.
"Huuh, gimana mau sukses ngedate sama Triana. Baru awal kaya gini aja, responnya udah gak bagus." Yuki mencibir.
"Triana gak bakal telat sampai hampir satu jam kaya lu." Balas gue yg membuat Yuki berdecih mendengarnya.
"Yaudah lupain masalah keterlambatan ini." Kata Yuki.
"Eh iya, lu belum memberi pujian ke gue." Tagih Yuki.
"Pujian untuk apa?" Tanya gue.
"Makanya perhatiin baik-baik." Perintahnya.
Yuki memakai Hoodie panda pemberian dari Triana dengan paduan celana skinny jeans yg robek di bagian lututnya.
"Lu abis berantem sama macan, sampai-sampai dengkul lu itu sobek?" Ucap gue.
"Kenapa lu malah merhatiin dengkul gue sih." Makinya sebal sambil membuang pandangannya.
Reaksinya itu membuat gue menyadari sedikit perbedaan dari Yuki yg biasanya gue lihat. Bibirnya tampak berkilau setelah terkena cahaya matahari, mungkin dia memakai lip gloss atau semacamnya.
"Ohh, jadi lu telat karena dandan dulu?" Tanya gue.
"Huuh, akhirnya lu sadar juga." Sahut Yuki.
"Gimana menurut lu?" Tanyanya dengan wajah yg agak tersipu-sipu.
"Yaahh... Lu lebih terlihat seperti perempuan sekarang." Ledek gue.
"Huuh, bego lu itu udah di tingkat kronis kayanya don." Cetusnya kesal.
"Sekarang kita mau kemana?" Tanya Yuki mengalihkan pembicaraan.
"Nongkrong sambil minum dulu aja deh, tenggorokan gue kering banget." Usul gue.
Yuki pun menuruti ide gue itu dan mengekor gue pergi menuju kantin area pegawai yg berada di lantai bawah mall, untuk membeli es jeruk lima ribuan.
Sesampainya di sana, gue membeli 2 gelas es jeruk dan mengajak Yuki untuk duduk di sana.
"Don..." Panggil Yuki yg sedang asik mengaduk-aduk minumannya.
"Apa?" Sahut gue yg masih asik menyeruput es jeruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Highschool Story : Next Step
Chick-LitSetelah berhasil memiliki warna-warni baru di kisah SMA bersama kawan-kawannya yaitu Putra, Triana dan Yuki. Kini, Donni akan segera mulai menjalani kisah di tahun ke 2 nya. Bagaimana kehidupan sang otaku ini sekarang, setelah bertemu dengan orang...