Kini, gue tengah berjalan mondar mandir di depan pintu gerbang rumah Triana. Gue masih ragu untuk menekan bel rumah itu, karena gue bergegas pergi kesini tanpa persiapan sama sekali.
Gue bingung tentang apa yg akan gue katakan pertama kali, saat Triana benar-benar keluar dari rumahnya. Mana mungkin gue langsung meneriakan kata cinta didepan wajahnya, kemudian kabur karena saking malunya.
Bisa-bisa, dia malah ilfeel sama gue. Atau berakhir di tangkap satpol PP, karena ada laporan dari warga sekitar tentang ada seorang anak yg memiliki gangguan kejiwaan, teriak-teriak di depan rumah salah satu warga disini.
Gue melirik ke arah penunjuk waktu yg melingkar di tangan kiri gue. Sudah pukul 17.30 dan gue harus segera bertindak, sebelum langit mulai gelap.
Gue melangkah ke depan bel dan menarik nafas dalam untuk memantapkan hati gue.
"Kamu sedang apa Donni?" Tanya nenek Triana.
"Dari tadi nenek lihat, kamu mondar mandir aja didepan rumah." Lanjutnya.
Gue kaget dengan kehadiran dari neneknya Triana yg tiba-tiba itu. Mungkin karena saking groginya, sampai-sampai gue gak sadar kalau dia memperhatikan gue dari tadi.
"Emm... Ini nek... Do... Donni mau ketemu sama Triana." Sahut gue.
"Triananya ada nek?" Tanya gue.
"Kamu ada perlu apa memangnya sama Triana?" Tanya si nenek kembali.
"Eee... itu... Mmm."
GIMANA INI?
Gue sama sekali belum menyiapkan alasan. Karena dalam kepala gue, sekenarionya akan berjalan dengan gue langsung bertemu sama Triana dan gue belum menyiapkan rencana cadangannya.
"Donni mau ngajak Triana main ke Pillo Mall nek. Soalnya, Donni udah janji waktu itu sama Triana." Ucap gue, setelah tiba-tiba ingat kalau gue pernah menjanjikan itu pada Triana.
"Mau ke Pillo Mall?" Tanya si nenek.
"Jam segini don?" Lanjutnya.
"Maaf ya Donni, kalau untuk itu nenek tidak bisa kasih ijin." Sambungnya.
Ah, iya gue lupa. Terakhir kali gue ke Pillo Mall sama Triana aja, si nenek menelponnya dan menyuruhnya untuk pulang ketika sudah sore.
Jadi, mana mungkin dia mengijinkan gue mengajak cucunya itu untuk pergi ke Pillo Mall, apalagi sudah jam segini.
Bego banget sih lu don, kenapa gak bisa mencari alasan yg lebih bagus lagi sih.
"Kalau untuk pergi-pergi di jam segini, nenek jelas akan melarang." Ujar si nenek.
"Tapi, kalau niat kamu untuk menemuinya saja, mungkin nenek bisa mengijinkan." Tambahnya.
Mendengar kata-kata itu, gue merasa ada secercah sinar yg menyelimuti si nenek.
Itu artinya, harapan gue ini belum pupus sepenuhnya.
"Jadi, nenek mengijinkan, kalau hanya untuk bertemu saja?" Tanya gue.
Si nenek pun tersenyum mendengar pertanyaan gue itu.
"Nenek sih mengijinkan, tapi..." Balasnya sambil melirik ke arah pintu rumahnya.
"Tapi apa nek?" Tanya gue lagi.
"Tapi nenek tidak tahu, apakah Triana mau menemui kamu atau tidak." Ucap si nenek.
"Soalnya, dia masih sibuk belajar dan sepertinya tidak ingin di ganggu dulu." Lanjutnya.
Gue menghela nafas berat mendengar jawaban dari si nenek. Berarti, harapan gue memang sudah sirna dari awal. Kenapa dia seakan mencoba menaikan harapan gue di tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Highschool Story : Next Step
ChickLitSetelah berhasil memiliki warna-warni baru di kisah SMA bersama kawan-kawannya yaitu Putra, Triana dan Yuki. Kini, Donni akan segera mulai menjalani kisah di tahun ke 2 nya. Bagaimana kehidupan sang otaku ini sekarang, setelah bertemu dengan orang...