Seorang laki-laki menarik napas dalam sambil berdiri di depan cermin. Mata ia yang tadi terpejam terbuka pelan, ia mengangkat secarik kertas yang ada di tangannya. Ia memulai berbicara di depan cermin itu sambil sekali-kali melihat poin-poin yang tertulis di lembar kertas itu. Suaranya yang menurut gurunya bergetar kini membaik namun masih menunjukkan keraguannya itu.
Setelah selesai, ia meletakkan lembar kertas tersebut dan merebahkan dirinya di ranjangnya itu. Ia menghela napas dan menutup matanya. Kepalanya mulai diisi dengan skenario-skenario yang dapat terjadi pada hari H nanti. Khawatir akan ditertawakan atau tak diperhatikan audiens sudah mulai menghantui pikirannya. Ia mengambil ponsel di nakas dan membuka aplikasi game online untuk berusaha menghilangkan pikiran-pikiran yang mulai membuatnya cemas itu.
8.37 PM
Sebuah notifikasi masuk ke dalam ponsel Alex menandakan pesan masuk, ia membukanya dan menemukan pesan dari kakak kelasnya.
Alex melipat bibirya sambil memikirkan sebuah balasan, ia kemudian mengetikan beberapa kata dan mengirimnya.
< Kak Boby
Lu pada presentasi Sabtu ini kan?
Dimananya kampus? gw sama Vino mau dateng hehe
Iya kak
Nanti di auditorium universitasnya
👍
Alex menutup aplikasi bertukar pesan itu dan mematikan ponselnya, ia kemudian meletakkan ponselnya di nakas dan beranjak dari ranjang. Ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Seusai membersihkan diri, Alex mengambil buku-buku pelajaran untuk mempersiapkan Penilaian Akhir Tahun yang sudah mendekat—Yha.., bagi Alex padahal masih ada setengah bulan lagi.
April 29th @ 3.56 PM
Sepulang sekolah, Alex kini berada di rooftop sekolah dan sedang menghafal skripnya untuk presentasi penelitian esok hari.
"Ngapain kamu, Lex?" tanya Gaby menghampirinya dari belakan
Alex menoleh ke belakang dengan terkejut, "Kak, bikin kaget aja!" ujarnya
Gaby terkekeh, "Ini lagi ngafal skrip buat besok presentasi." jelasnya
Gaby melirik ke selembar kertas itu, "Kamu mau ngafal?" tanya Gaby menatap Alex penuh tanya
Alex mengangguk, "Jangan ngafal kalo mau presentasi sii.. kalo aku bilang." ujar Gaby
"Kenapa gak latihan aja?" tanya Gaby yang dibalas gelengan oleh Alex
"Gak bisa, kak." jawabnya
Gaby menaikkan satu alis, "Masa? Sini coba!" ujarnya menarik kertas Alex
Alex diam, "Ayo! Anggep aku audiensnya." ujar Gaby
Alex mulai berbicara dengan gemetar, Gaby dapat dengan jelas menerka Alex yang kurang percaya diri dalam menyampaikan bagian bicaraannya. Gaby menghela napas dan meletakkan kertas itu di lantai, "Stop. Tarik napas.." tuturnya sambil memandu Alex untuk melambat napasnya yang sudah tak teratur
"Deg-deg-an?" tanya Gaby meletakkan tangannya di pundak Alex
Alex mengangguk, "Dari kemaren itu coba latihan gak bisa, kak. Kebayang terus ada orang-orang di depan, jadi takut salah ato gimana-gimana." jelasnya menutup wajahnya dengan kedua tangannya
Gaby berpindah dan duduk di samping Alex, ia mengusap punggung adik kelasnya yang ia kira selama ini tak memiliki kelemahan namun ia salah, ia barusan menemukan achilles heel adik kelasnya ini. Ia membiarkan Alex menenangkan dirinya dengan diam. Tak lama, wajah Alex muncul dibalik kedua telapak tangannya, Gaby kemudian mengambil beberapa lembar tisu dan memberikannya pada Alex untuk mengelap matanya yang berkaca-kaca itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always and Forever With You
FanfictionMasa SMA yang dipenuhi kejutan, kebahagian, keseruan, dll. Masa yang yang seperti roller-coaster perasaan. Dua orang yang selalu bersama, seperti dua orang kekasih tapi ternyata dua orang sahabat. Namun, apakah itu yang sebenarnya?