☆☆☆
"BANGUN! BANGUN!"
Polisi menggrebek sebuah rumah yang menjadi tempat Resya dan teman-temannya menghabiskan waktu semalam untuk berpesta. Karena terlalu larut dengan acara mabuk-mabukkan, mereka sendiri tidak sadar kapan pesta itu selesai. Posisi tidur yang tidak beraturan, membuat beberapa orang dari mereka kesulitan untuk menghindar dari kejaran polisi.
Resya saat itu tidur di sofa bersama dengan salah satu temannya. Dengan keadaan yang masih setengah sadar, dia berusaha meraih jaket yang terletak di atas meja. Namun sebuah tangan besar langsung memegangnya membuat Resya samgat kaget. Wajahnya panik, kesadarannya tiba-tiba kembali begitu mendengar ucapan laki-laki dewasa yang merupakan petugas polisi, "Ikut kami ke kantor polisi!"
Dengan beberapa mobil petugas, Resya dan teman-temannya di bawa ke kantor polisi untuk diselidiki. Polisi mendapat informasi dari salah satu pengedar narkoba bahwa transaksi terakhir yang mereka lakukan tidak jauh dari tempat mereka berpesta. Selain itu, mereka juga mendapat laporan dari warga sekitar yang merasa terganggu dengan pesta mabuk-mabukkan semalam.
Selama perjalanan, yang Resya pikirkan adalah keluarganya. Dia pasti akan mendapat hukuman dari sang Ayah karena melakukan tindakan yang memalukan. Selain itu, kemungkinan terburuk ialah, Resya akan kehilangan beasiswa kuliah ke Jepang karena catatan buruk dari kepolisian. Resya meremat rambutnya frustasi.
Setiba di kantor polisi, Resya dan teman-temannya dimintai identitas untuk keperluan penyelidikan. Dia juga harus menghubungi walinya. Dengan terpaksa Resya menelpon Ayahnya dan memberitahu tentang keadaannya saat ini. Suara lantang Ayahnya yang marah, membuat pikiran Resya tambah kacau. Dia memang sudah bisa menduga respon Ayahnya akan begitu namun, tetap saja Resya berharap ada orang yang bisa menemaninya saat ini.
Selama penyelidikan, Resya berusaha menjelaskan dengan sejujur-jujurnya tentang kejadian semalam. Tentang dia yang sama sekali tidak mengetahui bahwa ada beberapa orang yang menggunakan narkoba di tempat itu, juga tentang pesta alkohol yang memang sudah direncanakan untuk perayaan kelulusan. Dia juga bersedia melakukan tes urin untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar tidak menggunakan narkoba.
Selesai melakukan tes urin, Resya dituntun petugas polisi untuk kembali ke ruangan penyelidikan. Saat ingin memasuki ruangan, dia melihat Ayah dan Ibunya sudah berada di sana dan sedang berbincang dengan salah satu petugas polisi. Penyesalan serta rasa malu, membuat Resya memilih untuk tidak menyapa keduanya, apalagi ketika melihat sang Ibu menangis memohon pada petugas.
"Pak, saya mohon. Anak saya tidak mungkin menggunakan narkoba. Dia anak yang baik, pasti ada yang menjebaknya," ucap Wanda pada petugas.
"Kita tunggu hasilnya dulu," jawab polisi lalu meninggalkan Cakra dan Wanda di ruang tunggu.
Candra sebenarnya kecewa dan juga terpukul ketika mendapat informasi tentang Resya. Namun, dia memilih untuk menahan emosi mengingat Resya mungkin saja ketakutan di dalam sana.
"Ma, Mama tenang dulu. Hasilnya kan, belum keluar. Kita do'akan semoga Resya memang tidak menggunakan narkoba."
"PAPA NGGAK PERCAYA SAMA RESYA!"
Wanda tidak lagi bisa menahan emosinya. Satu-satunya orang yang bisa dia jadikan luapan emosi hanya Candra.
Suara lantang Wanda terdengar hingga ke dalam ruangan penyidikan. Membuat Resya tambah diliputi rasa bersalah. Selama ini, ibunya selalu membanggakan Resya pada semua teman-temannya. Terlebih ketika Resya berhasil meraih juara umum dan berhasil mendapat beasiswa penuh untuk kuliah ke Jepang. Sekarang? Dia bahkan malu untuk mengangkat kepalanya.
Beberapa saat kemudian, nama Resya dipanggil. Dia mengikuti arahan petugas yang membawanya ke luar ruangan. Wanda yang masih belum tenang, tambah syok ketika melihat Resya keluar dengan penampilan berantakan serta borgol yang melingkar dikedua tangan. Wanda jatuh pingsan, membuat Resya spontan belari mendekati ibunya. Namun, petugas polisi langsung menghampiri Resya.
![](https://img.wattpad.com/cover/300153342-288-k919798.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan YANG TERSAYANG || Winwin (END)
Random[Diikutkan dalam Writing Maraton An.Fight x Solis Publisher] Sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, Winata Nara Winanda dituntut untuk menjadi adik yang patuh terhadap kakak tertua dan menjadi kakak yang penyayang terhadap adiknya. Tidak hanya itu...