☆☆☆
Alin duduk di sebuah bangku taman di dekat Rumah tahanan tempat Ayahnya. Dia dan kedua adiknya memiliki janji untuk menjenguk sang Ayah hari ini, tepat diulang tahunnya. Meskipun sedikit kesusahan karena perutnya yang sudah membesar, Alin ngotot berangkat seorang diri karena Resya memiliki jadwal kuliah pagi. Alin kasihan jika anak itu harus kembali ke rumah dulu untuk menjemputnya. Sementara Nata, dia ada pekerjaan di kejaksaan dan baru bisa berangkat sedikit siang.
Alin menikmati kesendiriannya dengan makan es krim strawberi kesukaannya. Kata dokter, tidak apa-apa sekali-kali makan makanan yang manis. Asalkan jangan berlebihan. Saat tengah menimati es krimnya, sebuah mobil berhenti tepat di depan Alin. Wanita itu tidak peduli dan tetap melanjutkan aktivitasnya.
"Lin."
Suara yang sangat Alin kenali, tetapi enggan membuatnya menetap ke depan. Jefry, laki-laki tepat berada di depan Alin.
"Lin," panggilnya lagi dengan suara lirih.
Alin bergeming dan menbiarkan es krimnya meleleh hingga mengotori bajunya. Jefry yang tidak tahan melihat itu, langsung mengambil es krim Alin dan membuangnya tepat di tempat sampah.
"Lo ngapain?!" Akhirnya Alin menatap Jefry dengan tatapan siap menerkam.
Dia ingin sekali beranjak dari sana. Namun, berat perutnya seperti menahannya untuk berdiri. Atau mungkin, memang calon buah hatinya ingin bertemu sang Ayah.
"Lin, aku mohon sama kamu, maafin aku. Aku benar-benar nyesal, Lin." Jefry berlutut tepat di depan Alin.
Lelaki itu menyembunyikan wajahnya yang oenuh air mata dengan menunduk dalam.
"Aku nyesal. Aku nyesal." Kalimat yang terus terlontarkan dari bibirnya, membuat Alin terkejut tak percaya.
Namun, sakit hati yang dia rasakan karena tuduhan Jefry yang menuduh anaknya itu bukan anak kandungnya, serta dengan tega menghina dia dan Nata saat pertemuan terakhir mereka, menbuat Alin tidak bisa memaafkan laki-laki ini. Dia benar-benar sakit hati dan sangat kecewa dengan Jefry.
"Aku nggak akan pernah maafin kamu Jef!"
Jefry mengangkat wajahnya dan menatap mata Alin. Mata wanita itu sudah mengeluarkan airnya sejak tadi. Raut wajahnya sangat serius ketika mengatakan tidak akan memaafkan Jefry.
Jefry berjalan menggunakan lututnya mendekati Alin. Meraih tangan wanita itu, dan meletakkan kepalanya di atas kepala. Alin ingin sekali menepisnya. Namun, dia tidak berbohong kalau ada bagian lain dalam dirinya yang ingin memaafkan Jefry. Ingin rasanya Alin mengusap kepala lelaki yang sudah membuat hidupnya hancur. Perasaannya berantakan. Di antara dua hal antara senang sekaligus marah, membuat wanita itu hanya bisa menangis dan enggan beranjak dari sana.
"Maafin aku," ucap Jefry entah sudah keberapa kalinya.
Tiba-tiba ....
"Brengsek!"
Resya memegang bahu Jefry, membuat lelaki itu membalikkan badan dan langsung mendapat satu pukulan di pipi kanannya.
"Sya!" Pekik Alin yang merasa kaget dengan apa yang dilakukan Resya.
Resya menaiki tubuh Jefry yang terlentang akibat pukulannya tadi. Pukulan demi pukulan terus dilancarkan membuat wajah Jefry mengeluarkan darah di beberapa bagian.
![](https://img.wattpad.com/cover/300153342-288-k919798.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan YANG TERSAYANG || Winwin (END)
De Todo[Diikutkan dalam Writing Maraton An.Fight x Solis Publisher] Sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, Winata Nara Winanda dituntut untuk menjadi adik yang patuh terhadap kakak tertua dan menjadi kakak yang penyayang terhadap adiknya. Tidak hanya itu...