***
Dengan cengiran khasnya Illyana berjalan di koridor sekolah sambil memperhatikan adakah grup gosip yang bisa menariknya untuk bergabung. Saat matanya menelusuri area sekolah, tatapannya dan Radita bertemu. Menarik tali tasnya ia memasang wajah datar sambil melanjutkan langkahnya.
"Apa?"
"Paa?" Ulangnya pada pertanyaan kesal Radita.
"Ih James" Radita kesal saat tubuhnya hampir menabrak James yang menghentikan langkah tepat di depannya. "Lo kan lihat gue lagi adu tatap sama Illy, ya lo berhenti dong bukan lanjut jalan nabrak gue"
James hanya berdecih.
"Lo habis berantem sama siapa sampai mata lo lebam gitu?"
Radita yang baru menyadari luka lebam di sudut mata James karena pertanyaan Illyana menjadi kaget. Ia lalu menatap pemuda itu menanti jawaban, sama seperti Illyana.
"Biasa lah anak cowok"
"Yang gue tanya lo berantem sama siapa bukan lo anak cewek apa cowok?" Illyana merasa geram, apa pertanyaannya beberapa menit lalu kurang jelas?
"Sama geng kakaknya teman lo" ucap James ketus sambil berlalu meninggalkan dua gadis itu. Mood-nya benar-benar buruk, bahkan untuk menggoda Radita saja ia enggan.
"Dah gue mau pergi juga"
"Dih sono! Lo kira gue juga mau apa dekat-dekat sama lo?" Teriak Radita pada Illyana yang sudah berjalan jauh di depannya.
***
"Fandy bonyok" Illyana mengangguk sekali saat siswa yang baru ia sebut nama itu lewat di depannya. "Pian bonyok" ia mengangguk lagi, "Samy bonyok, James juga tadi bonyok, wah pasti cowok gue juga bonyok nih"
Samy yang berjalan di depan Illyana mengerutkan kening lalu menatap gadis itu. "Cowok lo siapa?"
"Ih kudet banget sih lo? Pantes bonyoknya lebih parah dari yang lain, ya cowok gue Ali lah siapa lagi?" Ia menatap salah satu anggota geng Ali itu dengan kesal, ke mana saja pemuda itu sehingga menanyakan pertanyaan konyol seperti tadi?
"Oh masih berharap? Noh Ali lebih parah, jalannya sampai pincang"
Mulut Illyana terbuka lebar. "Gue botakin kalau sampai lo bohong. Ali"
"Dih gila, orang Ali enggak masuk" Samy menggeleng melihat Illyana yang berlari tak tentu arah di koridor dengan maksud mencari keberadaan Ali.
***
Ali menghela nafas kemudian meluruskan kedua kakinya pada sofa di halaman belakang. Beberapa menit yang lalu ia kembali mengeram sakit saat tukang urut yang dipanggilkan Delia itu mengurut kakinya. Kata bapak itu tulang kakinya sedikit geser tapi sudah diurut dengan baik. Saat matanya terbuka sedikit, ia menyerit heran saat melihat sang asisten rumah tangga meletakan dua gelas minuman dingin di meja depannya.
"Buat siapa bi?"
Sang asisten rumah tangga tersenyum. "Buat aden dan pacarnya toh"
"Ha?"
"Aliii"
Yang dipanggil memejamkan mata sesaat. Harapannya untuk tenang hari ini setelah tidak masuk sekolah menjadi pupus saat suara nyaring itu menyapa gendang telinganya.
"Aku tadi habis ngobrol sama kak Qory di depan makanya baru nyamperin kamu, nih aku bawain buah ada apel, anggur sama salak, baik kan aku?"