[Hak Paten • 25]

1.2K 181 8
                                    

***

Tiba di basecamp geng Férias, mereka semua sibuk mengobati diri sendiri dengan persediaan obat kecuali Illyana. Gadis itu terus murung sejak mereka tiba beberapa menit yang lalu.

"Cewek lo kesambet kayaknya Li"

Ali yang sedang melap keringatnya menoleh pada Illyana saat mendengar celetukan Nandio. Benar, tunangannya itu terus saja murung. "Ada yang sakit?"

Illyana menggeleng.

"Terus?"

Illyana menoleh pada Ali kemudian berlanjut pada kelima pemuda lainnya. "Tadi pas kalian kabur itu polisi sempat ngeliat kalian enggak?"

Pian yang sedang memijit pelan kakinya nampak berpikir sejenak. "Pas dengar sirine polisi kita langsung cabut sih, enggak tahu deh sempat ngeliat muka kita apa enggak. Emang kenapa? Lo khawatir kita bakal dicari?"

Gadis dengan pipi chubby ini menggeleng lemah, ia lalu menatap Ali dengan tatapan lesu. "Bukan, kalau misal polisinya tadi belum sempat lihat kalian entar gue dikata bohong sama polisi. Padahal kan emang kalian beneran berantem"

"Jadi lo yang nelfon polisi?" Fandy yang sedang mengompres wajahnya bertanya dengan nada kesal, tatapan matanya juga memancarkan aura yang sama. "Lo gila apa gimana sih? Kalau misal kita semua ketangkep gimana?"

"Kok lo nyolot sih Fan? Gue cuma enggak mau kalian berantem hebat sampai bunuh-bunuhan di sana" pertanyaan dengan nada kesal Fandy bagai pancingan untuk Illyana hingga membuat ia yang tadinya murung kini mengeluarkan suara bawelnya dengan nada sama tinggi. "Lo bayangin enggak kalau misal kalian enggak kabur karena suara sirine polisi, kalian bisa sampai bunuh-bunuhan di sana. Gila ya lo?"

"Emang harusnya lo enggak usah telfon polisi! Karena tadi James udah hampir habisin Lexan di sana, gara-gara lo dendam James enggak bisa terbalaskan. Dan ini bukan cuma masalah rebutan cowok kayak lo sama Radita rebutin Ali, tapi ini lebih. Adik ceweknya James dilecehin sama Lexan. Paham enggak lo?"

Illyana terdiam mendengar paparan emosi Fandy, begitu pun para anggota yang lain. Mereka semua baru mengetahui akan masalah ini.

"Atau jangan-jangan lo udah tahu masalah ini? Lo kerjasama kan sama geng Mal? Makanya tadi lo ngedukung mereka bukan geng Férias, padahal Ali tunangan lo"

Tuduhan Fandy dengan nada mengejek itu kembali mengangkat wajah Illyana yang tadinya menunduk, gadis ini menatap nyalang pemuda yang lebih tinggi darinya ini. "Lo kalau gila diukur dong! Masalah pribadi gue sama Ali enggak ada sangkut pautnya sama sekali dengan ribut geng kalian. Dan perlu lo ingat, meskipun image gue selama ini suka ngelabrak cewek tapi bukan berarti gue enggak punya hati sampai kerjasama buat lecehin cewek lain"

"Buktiin dong! Tadi aja lo bisa kasih bukti dukungan buat Mal, sekarang? Buktiin ke kita kalau lo enggak kerjasama sama mereka"

"Illy enggak ada hubungannya sama ribut geng kita. Ini masalah kita, jangan bawa-bawa dia" Ali bangkit ketika merasa perdebatan ini tidak seperti biasanya. Fandy yang terlihat emosi dan Illyana yang semakin meninggikan suaranya membuatnya was-was jika sampai Fandy kelepasan dan tangan sahabatnya itu mengenai Illyana.

"Li, come on! Sikap dia tadi udah cukup jadi bukti, dia malah dukung tim lawan Li"

"Gue di sana karena ada Cassie" Illyana tak membiarkan Ali menjawab, ia merasa gemas pada Fandy yang kali ini banyak protes.

Fandy terkekeh kecil menatap Illyana. "Lo enggak ada temen lagi sampai harus main sama musuh?"

"Lo siapa ngatur-ngatur pertemanan gue? Yang musuhan itu lo semua, bukan gue sama Cassie"

"Tapi karena lo tunangan Ali jadinya semuanya merembet"

"Fandy stop! Hubungan gue dan Illy enggak ada sangkut pautnya sama masalah geng. Lo ngerti enggak sih?"

"Tai lo semua" Samy berdiri di tengah-tengah ketiga orang yang sedang berdebat itu, ia menatap mereka satu persatu, "lo semua harusnya cari solusi atau mikir gimana balas dendam ke Lexan yang udah lecehin adiknya James. Bukan kalian yang adu bacot gini"

"Balas dendam itu udah hampir sempurna kalau cewek ini enggak sok pahlawan nelfon polisi"

"Jangan nunjuk cewek gue, anjing!" Dengan cukup keras Ali mendorong dada Fandy hingga pemuda itu hampir saja terjatuh, melihat Fandy menunjuk Illyana menggunakan jari telunjuk seakan membakar emosinya. "Sekali lagi gue bilang! Jangan bawa-bawa cewek gue dalam masalah kita"

Fandy tersenyum remeh, ia terlihat santai menatap pada Ali. "Cewek lo emang udah terlibat Li. Gue cabut dulu, obatin luka kalian" kemudian ia membawa tasnya berjalan keluar dari basecamp. 

Wajah Illyana masih terlihat kesal meskipun sosok Fandy sudah pergi dengan mengendarai motor, ia kemudian mengambil tas selempangnya. "Kesel gue"

"Illy" Ali melangkah lebar mengikuti tunangannya yang sudah keluar dengan wajah ditekuk, tangannya menahan lengan gadis itu, "pulang sama aku" ucapnya ketika tatapan mata mereka bertemu.

"Enggak ah, aku kan tadi dari rumah enggak bareng kamu. Sana obatin luka kamu"

Ali tersenyum kecil, gadis itu mengusirnya tapi sama sekali tak menepis tangannya. "Kali ini mirip Anabelle deh kalau marah"

Illyana melotot, dasar tunangan enggak bisa romantis sama sekali. "Kamu mirip kakek cangkul"

"Nenek gayung dong kamu"

"Bodo. Aku kesel sama kamu dan teman-teman kamu, sana bunuh-bunuhan sampai mampus sekalian" kali ini Illyana baru menepis tangan Ali, setelah berhasil ia langsung berlari kencang menaiki ojek hingga membuat tunangannya itu tak bisa mengejarnya.

***

Killan hampir saja melempar buku yang sedang ia baca pada sosok yang kini duduk di depannya sambil meminum habis satu cup bobanya. Ia menghela nafas kasar, untung stock kesabarannya berlipat ganda untuk gadis itu.

"Aaa ennak"

Satu cup boba itu tandas dalam satu tegukan, Killan menggeleng pelan melihat tingkah gadis itu. "Lo kayak enggak minum boba seumur hidup"

Illyana yang sedang melap mulutnya menggunakan punggung tangan melotot mendengar komentar dari Killan. "Ih Killan! Gue tuh capek habis kabur dari Ali"

"Lah tumben? Biasanya dia yang kabur dari lo"

"Ish gue tuh kesel sama si Fandy. Tadi kan mereka tandingan basket kan sama geng Mal, mereka menang terus tiba-tiba Ali nyamperin Bryan terus nonjok Bryan kan jadinya mereka semua berantem. Nah karena takut ada yang mati jadinya gue telfon polisi, eh si Fandy malah nuduh gue kerjasama sama geng Mal. Mana dia bawa-bawa pertunangan gue sama Ali lagi, kan ngeselin"

"Terus polisinya enggak berhasil nangkep?"

"Enggak dong, gue ajak Ali kabur duluan. Eh Lan, apa gue santet aja ya si Fandy?"

Killan berdecak. Merasa sudah cukup mendengar celotehan Illyana, ia pun mulai mengemasi barang-barangnya ke dalam tas. "Tahu dari mana lo kalau gue ada di rumah?"

"Ngide aja gue ke sini"

"Gue mau hunting foto ―"

"Ikut" Illyana dengan semangat berdiri dari duduknya sambil menyengir lucu menampilkan deretan gigi putihnya. Daripada stres memikirkan masalah geng Ali lebih baik dia ikut Killan bukan? Siapa tahu dia yang jadi modelnya jika pemuda itu gabut mencari objek.


To be Continued

With love,
Dili, 05 Maret 2022

HAK PATENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang