***
Kulit dahi Cassie tetap terlipat meski kelas Bahasa Indonesia telah usai lima menit yang lalu, jari-jemarinya terus menari-nari di atas permukaan datar gawainya. Sejak kelas dimulai ia mencoba menghubungi Illyana namun nomor gadis itu tak bisa dihubungi membuatnya khawatir.
Hal yang membuat Cassie semakin memikirkan Illyana adalah, kemarin ia baru mendengar fakta dari Killan bahwa Illyana dan Ali bukan pasangan kekasih. Dan kemudian mengalirlah semua rentetan kisah kedua insan itu dari Killan.
Bestai
Lo di mana? Sumpah gue khawatir, jangan macem² ya
Sans besti, kaki gue yg kemarin
sakit even gk bengkakLo gk macem² kan?
Gk lah. Dah main sini tar
Gas nih setelah matkul etiket.
Cassie bernafas lega setelah secara tiba-tiba Illyana membalas pesannya. Ia pun langsung mengabari sang kakak agar pemuda itu tak khawatir padanya seperti kemarin. Dari jarak beberapa meter ia melihat Ali seperti sedang mengobrol bersama seorang perempuan dan itu membuatnya menghentikan langkah tiba-tiba.
"Sahabat gue sakit, dia malah asyik berduaan. Foto aja kali ya biar gue tunjukin ke Illy supaya tuh anak move on" Cassie segera mengarahkan camera bobanya pada kedua insan itu, setelah mendapatkan hasil yang bagus ia tersenyum kecil. "Gue pengen lihat gimana reaksi lo kalau sampai Illy jadian sama kakak gue. Kesel enggak ya lo?" Ia tersenyum miring saat ide itu tiba-tiba terlintas di otaknya dan ia rasa itu takkan buruk.
***
Menuruni anak tangga, Cassie melihat sang kakak tengah fokus pada gawai di tangan, wajah pemuda itu nampak begitu serius. Dengan perasaan yakin Cassie mengambil duduk di sebelah Bryan.
"Hai Cass, belum tidur hm?" Bryan hanya melirik adiknya sekilas kemudian beralih pada gawainya, terlihat room chat salah satu aplikasi pesan singkat pemuda ini sangat ramai.
"Mau bilang sesuatu nih"
"Say that"
"Mau enggak gue makcomblangin?"
Tatapan Bryan langsung diarahkan pada adiknya lalu ia terkekeh kecil. "What happened? Kenapa tiba-tiba mau makcomblangin gue?"
"Ya kasihan aja lihat lo jomblo terus"
Lagi, Bryan menatap Cassie dengan senyum kecil. "You know right kalau pacaran itu bukan prioritas gue. Yang terpenting buat gue adalah jadi bintang di dunia basket dan balap"
"Ya sih... tapi kan enggak ada salahnya juga lo deket sama cewek. Itung-itung ada yang perhatiin lo pas lagi latihan gitu"
"Emang lo udah enggak mau perhatiin gue lagi? Lo mau fokus ke Okan?"
"Ish Bryan" Cassie menghentakkan kakinya kesal, "pokoknya lo harus mau gue makcomblangin. Ini cewek cantik, pinter, berbakat, paket lengkap deh"
Bryan menghela nafas, adiknya ini kalau sudah ada kemauan pasti akan ngotot seperti sekarang. "Lihat tampangnya coba"
Dengan semangat Cassie menekan tombol power untuk menyalakan gawainya. Tangannya begitu lincah menari-nari di atas permukaan layar datar itu. "Nah ini, cantik kan?"