***
Sesuai instruksi, saat ia merasa kakinya ditendang kecil oleh Cassie maka Illyana segera berpura-pura pingsan. Keramaian kampus tak menjadi alasan untuk keduanya membatalkan rencana yang telah disusun rapi hanya dalam hitungan kurang dari sepuluh menit.
"Aduh Illy lo kenapa? Duh udah dibilang jangan paksain ngerjain tugas, jadi gini kan?" Cassie semakin berpura-pura panik saat ekor matanya menangkap sosok Ali berlari kecil menghampiri mereka. Berhasil kan rencananya? Tak sia-sia waktunya ia habiskan setiap akhir pekan untuk menonton drama di televisi. "Siapapun tolongin"
"Illy kenapa?"
"Ali?" Cassie pura-pura kaget melihat pemuda itu, ah ia rasa setelah ini ia patut menerima penghargaan. "Ini tadi pas ngerjain tugas dia bilang dia pusing, trus tadi jalannya juga enggak kuat akhirnya pingsan gini. Duh tolongin dong, gue takut dia kenapa-napa"
Tanpa berkata apapun lagi, Ali segera mengedong Illyana ala bridal style.
"Ke mobil gue aja Li" dengan membawa tas Illyana, Cassie berlari duluan menuju mobilnya kemudian membukakan pintu untuk kedua insan itu. "Gue yang nyetir, lo awasin Illy di belakang" tak mau kalah cepat Cassie langsung mendorong masuk Ali ke dalam mobil. Tetap dengan gerakan cepat ia masuk ke jok kemudi.
"Gue yang nyetir Cass"
"Udah nanggung Li, kasihan Illy" Cassie tak peduli dengan tatapan kesal Ali yang meminta agar pemuda itu yang mengedarai mobil. Ia rasa Ali harus melihat kemampuan kemudinya agar pemuda itu tak meragukannya seperti ini di lain waktu.
***
Minyak angin di tangannya yang terus didekatkan pada hidung Illyana menjadi senjata aktivitas bagi Cassie untuk menghindari tatapan tajam Ali. Pemuda itu kesal karena dirinya justru membawa mereka ke rumah keluarga Illyana, bukan rumah sakit.
"Kalau kayak gini mana bisa kita tahu dia pingsan kenapa?"
Cassie melirik sebentar, setelah sekian beberapa menit hanya melempar tatapan tajam kini pemuda itu bersuara dengan nada kesal. "Kan udah gue bilang, dia cuma kecapean. Paling bentar lagi juga sadar"
"Justru itu. Harusnya dibawa ke rumah sakit biar dikasih vitamin atau apa biar nguatin dia"
Kali ini gadis berambut hitam ini memilih diam. Yang benar saja dibawa ke rumah sakit, Illyana kan baik-baik saja.
"Gue mau telfon bentar" Ali beranjak keluar dengan membawa gawai di tangannya, wajah pemuda itu masih menunjukkan ekspresi kesal pada Cassie.
Memastikan Ali telah benar-benar keluar dari kamar Illyana, Cassie segera mengguncang tubuh sahabatnya itu dengan keras. "Heh bangun, ketiduran ya lo? Ennak banget anjir" sahabatnya itu tetap tak membuka mata. "Sialan, bangun woe"
"Em, apa sih Cassie"
"Tuh kan bener ketiduran"
"Duh" Illyana membuka matanya dengan berat kemudian menatap Cassie dengan cengiran polosnya. "Tadi tuh gue berasa di surga tahu enggak? Tidur dipangku sama Ali, empuk banget pahanya gila"
"Ingat ya, bentar lagi lo harus bangun. Gue harus pulang soalnya, Bryan nanyain mulu nih dari tadi" Cassie menunjukkan room chat-nya dengan sang kakak, terlihat pemuda musuh Ali itu sudah menyuruhnya untuk pulang.
"Posesif banget sih kakak lo?"
"Dia parno Okan cegat gue. Tuh anak belum move on kan"
"Ya deh, bentar lagi kalau Ali masuk gue bakal pura-pura sadar"