***
Dengan sebungkus cemilan dan sebotol minuman dingin yang berada di atas meja, Illyana terlihat begitu santai menonton sebuah film di gawainya. Ia bahkan tak menyadari kehadiran sang mama yang kini sudah duduk di sampingnya.
"Illy"
Gadis ini menoleh dan sedikit kaget saat mendapati sang mama sudah duduk di sampingnya. "Mama? Kok mama di sini? Enggak kerja?"
"Mama ini boss, jadi suka-suka mama lah"
Illyana mendumel kecil mendengar jawaban Hilary, mamanya itu memang paling jago soal tanya jawab.
"Sekarang kamu yang mama tanya, kenapa hari ini enggak ke kampus? Ini masih hari Selasa loh"
"Lagi enggak mood ma"
"Gamblang banget jawaban kamu cantik" Hilary merapatkan tubuhnya pada sang putri, lantas berbisik pelan. "Kemarin, kamu kenapa ribut di acara itu?"
Illyana mencebikan bibir, sudah ia duga bahwa pertanyaan ini pasti akan ia dengar. "Masa papa enggak bilang kenapanya?"
"Bilang, cuma mama mau dengar versi kamu. Ayo cerita"
Sebelum menjawab, Illyana menatap lekat wajah sang mama. Ia begitu beruntung memiliki wanita ini dalam hidupnya. "Aku tuh marah gara-gara istri papa itu promoin Sadilla ke Ali, jelas-jelas dia tahu kalau Ali itu tunangan aku"
"Sadilla?" Hilary nampak berpikir sejenak. "Kalau enggak salah sih Sadilla itu anak dari kakak perempuannya Rilla"
"Oh pantas tantenya promosiin keponakan, sama-sama enggak laku ternyata" merasa obrolan dengan sang mama lebih menarik, Illyana segera menekan tombol power pada gawainya lantas duduk menghadap penuh pada Hilary. "Emang yang dibilang papa apa?"
Hilary menghela nafas sejenak. "Menurut istri papa kamu sih, katanya kamu cemburu karena Sadilla itu mantannya Ali"
Tangan Illyana seketika terkepal mendengar itu. "Gila ya? Coba mama bayangin deh, gimana aku enggak marah kalau baru ditinggal dua langkah aja istri papa itu langsung bahas Sadilla sama Ali. Gue labrak juga tuh perempuan"
"Eh eh Illy" Hilary dengan sigap bangkit dan menahan lengan putrinya yang hendak keluar dengan tujuan melabrak Rilla, "sayang, enggak boleh grasak-grusuk. Kita harus main cantik, aduh anaknya Hilary ini"
"Alah bodo amat ma, yang penting istri papa itu harus merasakan panasnya cakaran kuku aku"
"Ya sayang tapi jangan sekarang ya. Dijadiin pelajaran aja, biar lain kali kalau dia berulah langsung kamu jambak on location, okay?"
Illyana diam sejenak, tiba-tiba ia teringat pada nasehat Ali untuk tak memperkeruh suasana. Bisa marah tunangannya itu nanti jika mendengar dirinya tiba-tiba melabrak orang. Baiklah, demi Ali dan sang mama, ia tahan untuk kali ini.
***
Dalam sejarah pendidikan di hidup Illyana ini adalah suasana hati terburuk dimana ia harus datang ke kampus dengan kondisi fisik dan psikis tidak stabil. Luka pada tubuhnya akibat kecelakaan itu belum sepenuhnya sembuh, masih menyisakan beberapa luka dan rasa sakit yang sesekali terasa. Ditambah psikisnya, ia masih begitu emosi pada istri muda papanya itu. Rasanya ia ingin menjambak dan menampar wajah sok baik perempuan itu.
"Mirip Chucky kalau kesal gitu"
Illyana menoleh pada sumber suara, ia berdecak manja ketika tahu siapa yang kini ikut berjalan di sampingnya. "Ah kamu mah, disanjung kek bilang kamu makin cantik kalau ngambek. Ini? Malah dimiripin sama Chucky"