[Hak Paten • 14]

1.1K 167 11
                                    

***

Langit luas di atas sana terlihat mendung dengan awan hitam yang hampir menutupi seluruh permukaan. Gadis ini tersenyum sekilas dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata. Ada rasa bangga dalam dirinya bahwa ternyata ia telah mampu bertahan sampai sejauh ini. Dia, Illyana. Disadarinya bahwa perlahan ia mulai bisa menerima kenyataan perceraian kedua orang tuanya, bisa menerima bahwa sekarang ayahnya memiliki kehidupan dengan keluarga baru. Meski ia masih belum bisa bertatap muka lagi dengan ayahnya, namun ia bisa menerima keputusan ayahnya itu.

Ia juga memandang lurus ke depan, merangkai puzzle demi puzzle kisahnya di masa SMA. Ah ternyata rangkaian itu menciptakan sebuah kisah yang indah menurutnya. Bagaimana hari pertama ia masuk dan bertemu dengan Ali, mengganggu pemuda itu hingga tahun terakhir pelajaran, bertengkar dengan Radita kemudian masuk ruang BK dan menjalani hukuman bersama, menjambak Lisa, bercerita banyak hal dengan Killan dan masih banyak lagi. Ya semenyenangkan itu memang kisahnya. Ia akan merindukan semua itu.

Hari terakhir Ujian Nasional telah berakhir dua jam yang lalu, tidak seperti biasanya yang suka mencari keramaian kali ini Illyana memilih menyendiri di sebuah danau. Tak terasa sebentar lagi ia takkan mengenakan seragam SMA-nya, tahun  berikutnya ia akan bertemu dengan orang-orang baru dan juga suasana baru. Apakah akan semenyenangkan ini atau bagaimana?

"Kalau mau bunuh diri, bilang biar gue viralin"

Illyana menatap kesal pada pemuda yang baru saja mengambil tempat duduk di sampingnya. "Kirain Ali, ngapain sih Lan ngikutin gue?"

Killan, pemuda ini terkekeh. "Udah mau lulus tetap aja ngebucin sama Ali, kayak enggak ada cowok lain aja lo"

"Ya gimana? Belum ada yang seganteng Ali soalnya"

"Uek, mau muntahin belatung gue dengar omongan lo"

Illyana mencebikan bibir, me time-nya jadi terganggu kan jadinya. "Lan, kalau seandainya lo jatuh cinta sama gue gimana ya? Ah gue pengen lihat lo sama Ali tonjok-tonjokan gara-gara gue"

Killan menenggakan duduknya menatap Illyana. "Illy, lo dengar yah. Seandainya kita lagi dalam bahaya dan penjahat itu mau bunuh lo buat bebasin gue, ya gue iklasin aja. Gue lebih sayang nyawa daripada lo"

"Alah bacot. Yang kemarin gue digangguin Okan aja lo kekeh buat anterin gue"

"Hahaha" Killan terbahak-bahak, ah ternyata senjata makan tuan. Ia memang paling tidak bisa melihat gadis di sampingnya ini dalam keadaan sulit, bersahabat sejak masuk bangku SMP dengan Illyana membuatnya begitu peduli pada gadis itu. "Cabut yuk, gue mau traktir lo boba hari ini"

"Yeeeiiiii, ayo" menarik tangan Killan, Illyana dengan semangat berjalan menuju kendaraan pemuda itu. "Ayo Lan, gue mau minum boba dengan berbagai rasa"

***

"Yeeeiiiii aku ditraktir boba sama Killan yeiii"

"Brisik Illy" Killan merasa geram. Sejak mereka selesai membeli boba Illyana tak hentinya berteriak girang di atas motor dengan kalimat yang sama. Ingin rasanya ia sengaja memplesetkan motornya supaya mereka terjatuh dan gadis itu bisa segera berhenti berteriak.

"Biarin, bodo amat, gue happy pokoknya yeeeiiiii" Illyana merentangkan kedua tangannya, ia teramat senang. "Aduh Killan! Kalau mau berhenti itu jangan mendadak dong!" Kesal Illyana saat kepalanya berbenturan dengan helm yang dikenakan Killan.

HAK PATENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang