[Hak Paten • 27]

1.1K 180 13
                                    

***

Suasana tiba-tiba berubah hening antara ketiga orang itu. Illyana menganga kecil dan Ali memberikan tatapan lekatnya, sedangkan orang itu hanya diam dan menatap bergantian antara Ali dan Illyana.

"Lo... lo hamil?" Tanya Illyana dengan terbata.

Perlahan orang itu mengangguk. "Ya, gue hamil"

"Terus lo nyari Ali kenapa? Jangan bilang yang tadi lo mau omongin tuh soal kehamilan lo" kedua tangan Illyana terkepal kuat saat pertanyaannya dijawab dengan sebuah anggukan oleh orang itu, rasanya ia ingin menendang perempuan itu jika tidak mengingat janin yang ada dalam kandungan. "Ih benalu banget sih lo?"

"Apa hubungannya kehamilan lo sama gue?" Ali kini bangkit berdiri sambil memasukkan gawainya ke dalam saku celana, keningnya berkerut menatap perempuan itu.

"Bisa jadi ini anak kita Li"

"What?"

"Ha?"

"Malam itu kita sama-sama mabuk Li, dan kita yang berdekatan pada saat itu"

"Heh! Lo kira ini mitos masa kecil yang katanya kalau lagi mens dekat cowok bisa hamil? Lo belum gue jambak ya"

Melihat Illyana yang mulai terpancing emosi, tangan Ali langsung bergerak menggenggam tangan tunangannya itu dan mengisyaratkan lewat anggukan kepalanya agar gadis itu bisa lebih tenang. "Lo ke club dan pulang enggak bareng gue, kita juga beda table. Kita cuma dekatan pas di dance floor. Lo waras kan?"

"Yang jelas, antara kamu dan Zaky adalah ayah anak ini. Jadi sekarang aku minta kesediaan kamu buat datang temuin keluargaku"

Ali terkekeh pelan sambil menggeleng, perempuan itu gila. "Yuk kita pulang aja" ia beralih mengambil tas Illyana dan merangkul tunangannya itu untuk segera pergi namun langkahnya ditahan.

"Aku masih baik ya datengin kamu duluan, apa kamu mau aku langsung beberin ini ke keluarga kamu?"

Sekali lagi Ali terkekeh pelan, merasa miris karena gadis manis yang dulu menjadi kekasihnya itu kini harus bersikap gila seperti ini. "Terserah lo"

"Kalau lo mau bilang ke keluarga Ali ya bilang aja. Apalagi dengan omongan lo yang belum pasti siapa ayah anak ini, enggak malu lo enggak bisa ngontrol diri sampai enggak tahu siapa yang udah pakai lo" sebelum mengikuti langkah Ali untuk pergi, Illyana menahan langkahnya untuk beradu mulut dengan perempuan mantan Ali itu, Sadilla.

"Lo bisa ngomong kayak gitu karena lo belum pernah mabuk. Ini semua karena pengaruh alkohol"

"Hih pakai salahin alkohol. Kalau lo tahu mabuk bisa bikin lo hilang kendali kenapa tetap mau? Gue enggak akan biarin ya kebegoan lo ngerusak hubungan gue. Ayo sayang"

Sadilla menatap kepergian sepasang insan itu dengan air mata yang tertahan di pelupuk mata. Ia sudah menemui Zaky dan reaksi pria itu juga sama seperti Ali. Ah harusnya ia tidak usah menebak salah satu di antara mereka, harusnya ia langsung pilih saja.

***

Berita kehamilan Sadilla telah sampai di telinga seluruh keluarga besar. Gadis itu bersikukuh bahwa antara Ali dan Zaky adalah ayah dari janin yang kini tumbuh dan berkembang di rahimnya, untuk itu ia dan keluarganya menuntut tanggung jawab dari salah satu kedua pria itu.

"Dia aja enggak tahu persis siapa yang udah tidur sama dia, kok kalian pede banget minta tanggung jawab sama adik saya?" Qory sudah tidak bisa menahan rasa kesalnya pada Sadilla dan keluarga perempuan itu. Ruang tamu yang cukup luas ini bagaikan sarang setan untuknya karena hawa panas yang tak pernah menurun.

HAK PATENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang