***
Ali berlari dengan tergesa menuju ruang UGD yang terlihat sedikit terbuka itu, setelah tadi mendapat kabar dari Hilary bahwa Illyana mengalami kecelakaan membuatnya meninggalkan latihannya yang belum selesai. Tiba di depan pintu, ia menerobos masuk saat melihat pintu ruang UGD itu benar-benar terbuka. Ali semakin panik saat menemukan Illyana terduduk di atas brankar dengan sesegukan.
"Illy"
Illyana beralih tatap. Seakan dipukul, gadis ini semakin menangis histeris saat melihat Ali. "Tunangan..."
"Apa yang sakit hm? Dokter bilang apa tadi?"
Menggunakan sebelah tangannya, Illyana memeluk Ali dari pinggang. "Tangan aku kegores aspal hiks hiks"
Ali meraih tangan itu, diusapnya pelan namun dahinya menyerit ketika tangis gadis itu semakin menjadi. "Ada lagi yang sakit?" Merasa jawaban yang ia dapat adalah gelengan, Ali kembali bertanya. "Terus kenapa nangisnya makin kencang?"
Illyana melepas pelukan terlebih dahulu, nafasnya masih sesegukan menatap Ali. "Aku takut..."
"Kamu nabrak orang?"
"Bukan. Malah aku yang ditabrak dari depan" mengingat kembali kejadian itu membuat Illyana sedikit trauma. Padahal kala itu, ia sudah sampai di tikungan menuju tempat latihan Ali dan pada saat sedang berbelok tiba-tiba sebuah motor melaju dari depan dan terjadilah tabrakan yang tak bisa dihindari.
"Terus kamu takut kenapa?"
Illyana mengatur nafasnya terlebih dahulu, ia menatap Ali sedikit takut. "Motor yang aku bawa itu sewaan, aku sewa Rp 20.000 perhari. Terus lampu depannya pecah semua, kaca spionnya juga rusak. Aku takut dituntut, hiks hiks"
Ali menghela nafas, diraihnya kepala Illyana lantas memeluk gadis itu. "Sekarang motornya di mana?"
"Di bengkel, aku ada alamatnya" Illyana merasakan dengan jelas bahwa kepalanya dikecup cukup lama oleh Ali. Rasanya ingin berteriak dengan kencang namun ia takut itu akan merusak suasana romantis ini. 'Enggak apa-apa deh kecelakaan kalau rejeki yang datang gini. Ternyata benar kalau dibalik semua kejadian pasti ada hikmahnya'
***
Illyana menyeret kakinya yang masih terasa sakit berjalan memasuki area kampus. Dengan santai ia mengabaikan para mahasiswa yang menatap penasaran ke arahnya, mungkin mereka ingin tahu jelas bagaimana kondisinya setelah kecelakaan itu. Senyumnya mengembang saat dari jaraknya kini ia melihat kursi panjang di ujung koridor itu tak diisi oleh siapapun.
'Bugh.'
Tabrakan dari belakang itu membuat tubuh Illyana oleng dan hampir jatuh menyentuh lantai andai ia tidak dengan cepat berpegang pada tembok. Illyana menoleh dan mendapati Radita yang juga bediri dengan tatapan kaget.
"Illy?"
"Radita... gue tuh baru ditabrak motor kemarin, kenapa sekarang lo nabrak gue lagi sih?"
"Kebetulan lo di sini, nih mau gue kasih lihat sesuatu" mengabaikan omelan kesal Illyana, Radita justru merogoh tasnya untuk mengambil gawai. Diutak-atiknya sebentar benda pipih itu kemudian ditunjukkan pada Illyana. "Lo lihat deh saingan kita, gayanya macam di Bali aja pakai celana sepantat gitu"
Illyana ikut melihat ke layar gawai yang menunjukkan gambar dua orang perempuan yang sedang duduk di meja salah satu restoran di pusat perbelanjaan. Refleks tangannya langsung bergerak untuk memperbesar gambar diri salah satu perempuan itu. "Ini mereka teman?" Ia menatap Radita.