***
Dikarenakan kondisi kakinya yang belum sembuh total, Ali diberi keringanan oleh guru olahraga untuk tak harus mengikuti kegiatan di lapangan. Pemuda ini memilih berdiri di pinggir lapangan sambil sesekali men-drible bola dengan pikiran yang tak fokus. Ia merasa ada yang berbeda, ini adalah hari ketiga dimana ia tak melihat gadis penguntitnya di area sekolah. Hidupnya benar-benar aman oleh tingkah gadis itu dan ia merasa ada sesuatu yang luput.
"Gimana nih kaki mau sembuh? Baru selesai diurut lo langsung gas" kesal James menghampiri Ali yang mulai berjalan ke tengah lapangan.
"Lo kira gue koma apa? Sampai harus rebahan di kasur mulu"
"At least sampai kaki lo sembuh lah man"
"Anak cowok" timpal Ali dan mulai mengambil bola untuk di-drible.
James berdecih sambil berdecak pinggang menatap sahabatnya yang super keras kepala. "Eh Dita, lo ngapain di sini?" Belum selesai perihal Ali, kini ia dibuat bingung dengan Radita yang sudah berdiri di pinggir lapangan sambil memegang sebotol air.
"Nyemangatin Ali dong. Sama bawa minum nih buat beib-nya Radita"
"Buat gue enggak ada?" Tanya James tetap pada posisinya.
"Cuma buat Ali karena Ali itu ― aduh" Radita memegang kepalanya dan refleks menjatuhkan botol air yang katanya untuk Ali itu. Sebuah bola menggelinding di pinggir lapangan setelah menghantam kepalanya. "Ih Ali, kok aku dilemparin bola sih beib?"
Sedangkan si pelaku tak peduli pada ocehan kesal si korban. Ali lebih fokus pada sosok mungil yang baru berjalan keluar dari arah gudang sambil melap keringat di dahi. Ah gadis itu muncul juga.
"Ali..." teriak Radita kesal saat Ali masih tetap tak mempedulikannya, "gue kutuk ya lo jatuh cinta sama gue"
"Enggak bakal kejadian hahaha" James berjalan menghampiri Radita, "lo tahu kenapa? Karena gue udah kutuk lo duluan buat jatuh cinta sama gue hahaha"
"Bacot" Radita memilih pergi dari hadapan James dengan kekesalan di hatinya.
"Mulutnya sama aja kayak Illy. Pedes, lemes, brisik" James menggeleng pelan.
***
Killan menghela nafas berat menatap jejeran makanan di depan mereka. Tidak hanya mengambil jatah makanannya dengan Illyana namun ia juga membeli makanan tambahan dengan maksud menyenangkan hati gadis itu. "Ini enggak ada yang mau dimakan nih?"
"Gue masih kenyang Lan" Illyana kembali menenggelamkan wajahnya ke lipatan tangannya.
"Gue tahu lo bohong, ayo makan dong Illy. Entar kalau maag lu kambuh gimana?"
"Biarin, biar papa datang ngobatin. Papa bohong soalnya, gue nungguin papa dua hari tapi papa enggak balik buat jelasin apapun. Makanya biar gue sakit aja, biar papa khawatir terus pulang"
Lagi, Killan menghela nafas. Gadis keras kepala ini memang susah sekali dibujuk. "Tapi kasihan loh nyokap, entar lu sakit dia khawatir"
Illyana mengangkat wajah dari lipatan tangannya. "Ya biar mama nelfon papa nyuruh pulang, kalau perlu gue koma aja sekalian biar mereka kerjasama lagi jagain gue"