Bukan lapaknya siders!
.
.
.Kaki jenjang yang terbalut sepatu hitam kini kembali menapaki lantai yang sudah lama tidak menginjakan kakinya, bahkan seingatnya dulu terakhir kali dia melangkahkan kakinya kesini saat-saat terakhir dia menghabiskan waktunya dengan sang ibu.
Tempat yang menjadi saksi bisu banyaknya tangisan dan harapan-harapan besar untuk orang yang kita sayang, tempat dimana menaruh harapan besar untuk orang yang mengharap kan kesembuhannya dan bisa menjalani kehidupan sebagaimana mestinya.
"Tercium bau-bau yang tidak sedap rupanya."Naka mengapit kedua lubang hidung mancungnya.
Kakinya terus melangkah tak tau arah, dia lupa jalan ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah demo minta diisi, setelah beberapa urusan nya yang mengharuskan dia menemani persalinan orang tak dikenal nasibnya seperti gembel terlontang-lantung seorang diri.
"Pulang-pulang auto gorok ini mah."
Langkahnya tanpa sengaja membawanya pada kamar jenazah yang memang kebetulan pintunya terbuka, entah apa yang terjadi padanya bukannya meneruskan langkah nya, kakinya membawanya masuk ke dalam tempat dimana orang meninggal akan ditutupi dengan kain putih dari ujung rambut hingga ujung kakinya.
Brakkk
Naka menoleh horor saat pintu nya menutup dengan sendirinya sedangkan dia sudah didalam dengan keadaan tubuh yang gemetar hebat, keringat dingin bahkan sudah menghiasi pelipisnya, rasanya dia ingin kencing di celana saat itu juga.
Demi apapun ini adalah hal yang paling menyeramkan dalam hidupnya dan juga hal yang paling dia sesali karena tingkat keponya yang tinggi kini membawanya dalam masalah ini namanya menggali lubang kuburannya sendiri.
"Huwa tolong ya kawan hari ini jadi setan baik jangan pada nakutin gue ya Lo pada awas aja Lo gue kutuk jadi setan."racau Naka panik.
"Lah mereka kan emang udah jadi setan atau gue yang bakal otw jadi setan nih..."
"Ampun dah siapapun tolong gue woiiilahhh...."
Tangan nya mencoba membuka engsel pintu yang entah kenapa sangat susah dibuka seperti sudah terkunci dari luar dan itu membuatnya semakin dilanda kepanikan, tangannya yang licin semakin menyusahkan membuka pintu bahkan sesekali terpeleset.
"WOIIII TOLONGIN GUE NGAPA KAGAK LIHAT ADA ORANG CAKEP INI..."Teriak Naka frustasi.
Kepalanya menoleh mendengar suara gesekan antara roda dan juga lantai, rasanya dia ingin pipis di celana saat itu juga melihat brangkar yang mendekat ke arahnya.
"HUWA SETANNYA BANGUN HIKS...."pecah tangis Naka tanpa sadar dia mengobrak pintu dan berhasil, sekuat tenaga dia berlari bahkan mengabaikan tatapan aneh yang mereka layangkan untuknya.
"Apa yang kau lakukan bocah?berlari ditempat umum."suara dingin itu mengentikan lari Naka berganti menghadang bocah yang berhasil menarik atensinya.
"Awas heh gue mau lari."kesal Naka tanpa melihat ke depan.
"Apa kau tak tau sopan santun?"
Naka mendongak siap mengeluarkan umpatannya yang sudah dia tahan sejak tadi namun lidahnya kelu saat netra abu miliknya bertubrukan dengan netra coklat gelap dihadapan nya.
Tatapan keduanya seolah terkunci satu sama lain saling mengagumi dan menyelaminya satu sama lain, memunculkan gejolak aneh pada pria diingin dengan jas putih itu.
"Ngapain lo liatin gue?iri sama ketampanan ilahi gue?"pede Naka dengan gaya tengilnya.
"Apa kau baru saja mengatakan lelucon?"
"Apa muka gue terlalu lucu sampe lo ngatain gue ngelawak?atau lo bisa liat bakat terpendam gue sebagai pelawak."
Naka baru menyadari jika pria dihadapannya adalah seorang dokter terlihat dari jasnya yang berwarna putih dan bau khas obat yang tercampur dengan aroma mint yang menguar dari tubuhnya, namun tidak seperti biasanya yang sangat membenci bau obat tapi kini dia menyukai aroma itu sangat menenangkan.
"Apa yang bisa pelajar seperti mu lakukan selain menghamburkan uang dan bermain."pria dingin itu menaikkan sebelah alisnya.
"Wih ngremehin gini-gini gue juga bisa patahin leher lo sekarang juga."
"Benarkah tapi kenapa celana mu basah?apa kau baru saja mengompol?"
Naka melihat celananya yang memang basah bahkan dia tak menyadari itu, apakah benar jika dirinya mengompol seingatnya dia sudah menahan kencingnya tidak sadar jika ada yang kelepasan.
"Benarkan kau mengompol? terlihat memalukan dengan penampilan mu yang seperti badboy."ejeknya.
Netranya menatap sekitar memastikan tidak ada yang mendengar percakapan mereka bisa sangat memalukan jika ada yang tau terlebih jika itu Bemo"Shutt...diem jangan keras-keras ngomong nya lagian ini juga ga sengaja salahin aja tuh mayat-mayat Lo yang tiba-tiba bangun."
"Ini duit buat sogok mulut lo biar gak ember,bye.."Naka memberikan lembaran kertas berwarna merah miliknya pada pria yang menjulang tinggi dihadapan nya.
Damian, pemilik nama itu hanya menatap uang ditangan besarnya penuh arti sangat tidak berarti apa-apa untuknya namun karena uang itu milik pemuda tadi maka dia akan menyimpannya.
"Aku harap kita akan bertemu lagi nanti, anak nakal."
.....
Naka harus kembali merelakan tenaga nya yang terbuang karena harus berjalan kaki dari rumah sakit untuk kembali ke rumahnya mengingat uang satu-satunya harus dia berikan kepada dokter dingin itu untuk menutup mulutnya agar tak mengumbar aib memalukannya.
Cukup lama waktu yang harus dia tempuh bahkan kakinya kini sudah benar-benar tak bisa diajak kompromi sangat pegal dengan wajah yang sudah kucel seragam putih nya yang kotor dan jangan lupakan celananya yang masih sedikit basah.
Netra abunya melirik jam dinding diatas yang menunjukkan pukul delapan malam pantas saja diluar langit sudah mulai berwarna gelap dengan beberapa bintang yang menghiasi.
"Dari mana saja kamu? bukannya mencari uang malah kelayapan setidaknya jika ingin tinggal disini jaganlah menjadi beban."
Itu suara yang sangat Naka hindari hari ini suara dingin papanya yang terdengar sangat buruk ditelinga miliknya, rasanya dia ingin melepas telinganya jika dirumah agar tak mendengar suara menjijikan milik mereka.
"Apa sekarang kau bisu?"
"Stop jangan keluarin suara lo, gue cape gakmau ribut lo cukup urusin hidup lo sendiri dan gue urusin hidup gue sendiri, simpel kan?"tekan Naka menatap tajam balik ayah kandungnya.
"Benar-benar kurang ajar."
Gaza memberikan beberapa pukulan telak pada wajah Naka menghasilkan beberapa legam yang menghiasi wajah tampannya.
"Cukup pa?apa papa gak cukup selama ini gunain uang mama, gak cukup papa siksa Naka selama ini?Aku anak papa darah daging papa sendiri apa gak pernah sedikit pun papa punya rasa kasihan sama aku?bahkan aku gak pernah minta apa-apa sama papa aku cuma minta satu perlakuin aku layaknya anak papa aku cuma mau hak aku sebagai anak yang mau diperlakukan dengan baik, aku gak minta papa buat jadi orang lain aku cuma mau papa sadar kalau papa punya aku, anak yang harus dibesarin dan papa kasih nafkah."
"Aku udah muak sama semuanya aku memilih diam saat papa perlakuin aku kayak hewan karena aku yakin papa bakal berubah tapi ternyata pemikiran aku semuanya salah, papa gak akan pernah berubah sampai aku bener-bener mati ditangan papa kandung aku sendiri, papa belum tau artinya kehilangan dan suatu saat papa akan rasain itu, itu janji aku."
Naka mengusap sudut bibirnya yang berdarah, meludah ke samping dan meninggalkan papanya yang sudah terpancing emosi karena ucapan nya dia sudah tak peduli apapun bahkan dia rela jika papanya akan membunuhnya hari ini juga itu artinya penderitaan nya pun akan berakhir hari ini.
Itu pikirnya.
Bayar pake voment♡
Seenggaknya kalau gak koment ya vote la.....
KAMU SEDANG MEMBACA
ARBYNAKA
Teen Fiction( Selesai ) . . . Menjadi putra tunggal seorang dokter tidak pernah sekalipun terlintas diotaknya, bahkan dimimpinya pun tak pernah dia harapkan memiliki keluarga yang over dengan kesehatan dan banyaknya alat kedokteran. "Papi diem disitu jangan ger...