Swastamita terpampang indah tepat didepan nayanika Naka yang hanya dibatasi oleh jendela kaca yang tembus pandang dari dalam sedangkan dari luar akan terlihat gelap dan tidak terlihat.
Jari jemari Naka tampak menari mengikuti matahari yang mulai turun tertutup awan yang terpampang sangat apik berdampingan dengan langit orange jingga yang benar-benar memanjakan matanya.
Jam dinding diatas meja belajarnya sudah menunjukkan waktu setengah enam itu artinya sudah lebih dari 7 jam Naka belum mengisi perutnya selain cemilan Guntur yang dia habiskan pagi tadi.
"Gue laper cuy."gumam Naka menatap ke bawah menatap sendal berbentuk semangka.
Semua gerak-gerik Naka tak terlewatkan oleh sepasang mata yang menatapnya penuh teduh, Zanna wanita itu sudah berdiri dipintu kamar Naka sekitar lima menit hanya untuk memperhatikan seorang pemuda yang kini sudah menjadi putranya.
"Mami baru saja akan membangunkan mu."ujar Zanna membuyarkan lamunan Naka.
Zanna mengayunkan kakinya pelan menuju ke arah tepat didepan Naka yang sedang duduk di ujung kasur.
"Ada sesuatu yang kau butuhkan?katakan saja tidak perlu sungkan."tanya Zanna dengan tangan yang mengelus rambut halus Naka.
Naka balik menatap wanita cantik didepannya ini dengan wajah yang ketara canggung"Tidak."
"Tidak perlu canggung seperti itu nak kita sudah menjadi keluarga tidak perlu merasa sungkan sedikit pun."ujar Zanna sedikit mengingatkan.
'gimana gak canggung kalo kita aja baru ketemu beberapa kali dan kalian langsung angkat gue jadi anak kalian.'gumam Naka dalam hati.
"Lebih baik sekarang kamu mandi mami akan menyiapkan pakaian untukmu setelah itu mami akan mengajakmu untuk keliling rumah sebentar sembari menunggu makan malam siap."titah Zanna diangguki Naka.
Melihat punggung putranya yang sudah tertelan pintu Zanna dengan sigap menyiapkan satu set piyama bergambar Naruto dan juga kaos kaki bergambar Minions.
Merasa semua sudah lengkap, tangannya beralih menata selimut yang menjuntai kebawah dan bantal yang sudah berpindah jauh dari tempatnya.
Zanna mengambil salah satu bantal dan menghirup dalam-dalam wangi alami tubuh Naka yang masih menempel, aroma lavender benar-benar sangat menenangkan sama seperti Naka yang mampu menenangkan suasana hatinya.
Ceklek
Kepala Zanna spontan menoleh mendengar suara pintu yang terbuka menampakkan Damian yang datang dengan pakaian santainya hanya kaos polos dengan bawahan celana pendek selutut.
"Dimana Naka?"tanyanya singkat.
"Sedang bersih-bersih."jawab Zanna.
"Hm."
Dua manusia berbeda jenis kelamin itu sama-sama tenggelam dalam pikiran nya masing-masing namun fokusnya sama tertuju pada pintu kamar mandi yang sedang dibuka oleh pemilik kamarnya.
Naka yang baru keluar kamar mandi dibuat terkejut melihat pria paruh baya yang membuatnya emosi kini sudah duduk di sofa kamarnya dan sekarang malah menatapnya dengan intens benar-benar seperti pedofil.
"Apa Lo liat-liat?"tanya Naka judes.
"Tidak boleh seperti itu."tegur Zanna lembut.
"Pakai sekarang pakaian mu atau nanti kau akan masuk angin."
"Terimakasih."
Naka menerima pakaian yang disodorkan Zanna dengan senyum tipis sedangkan saat matanya tak sengaja bertubrukan dengan netra Damian otomatis mata dengan netra abu-abu itu langsung menatapnya penuh permusuhan.
"Naka benar-benar seperti versimu dalam bentuk yang lebih kecil."
"Hm dia putraku tentu saja."balas Damian sombong.
Naka memakai piyama yang diberikan Zanna dengan bibir yang terus mengeluarkan gerutuan, apa-apaan ini tubuhnya yang manly sekarang sudah berbalut piyama bergambar Naruto sangat menyebalkan.
Mau menolak dia belum seberani itu untuk sekarang tidak tau jika nanti mungkin dia tak akan protes tapi langsung membuangnya.
Dengan wajah kusut Naka keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah melekat.
"Sudah? kemari mami akan mengoleskan minyak telon agar tubuhmu hangat."
Zanna menuangkan beberapa tetes minyak telon ke tangannya dan mengusapkannya ke perut Naka dengan lembut.
Damian tertawa dalam hati melihat wajah Naka yang sangat terlihat tertekan,
'damian sialan awas Lo gue doain besok Lo kena wasir.'batin Naka sewot.
"Apa Lo liat-liat mau gue colok tuh mata."
"Berani?"tantang Damian dengan wajah tepat didepan wajah Naka.
Dengan tidak berdosa nya tangan Naka langsung mendarat tepat diwajah Damian yang sangat menyebalkan dimatanya itu.
"Bacot Lo aki-aki."
Zanna hanya bisa menghela nafas pelan melihat interaksi ayah dan anak itu yang tidak ada manis-manisnya, tapi itu setidaknya menghilangkan sikap canggung Naka dan sifat kaku Damian.
"Bisakah kau tidak menganggu? aku ingin menghabiskan waktuku dengan putraku hanya berdua tanpa dirimu tentu saja sekarang kau bisa pergi terserah kemana saja."usir Zanna tanpa bersalah.
"Hm itu lebih baik aku juga tak ingin melihat wajah jelekmu itu."timpal Naka.
Naka memasang wajah mengejek saat melewati Damian dengan sengaja kaki kanannya menginjak kaki Damian dengan sedikit tekanan membuat pemilik kaki itu sedikit meringis.
'gue akan buat kalian gak nyaman sama sikap gue dengan begitu gue bisa tau sejauh mana kalian kesabaran kalian.'batin Naka.
Tangan Zanna senantiasa menggandeng tangan Naka lembut, senyum manis wanita itu tampak tak luntur dari bibirnya.
Langkah pelannya berhenti sejenak membawa Naka hanyut dalam lamunan nya menatap dalam kolam renang dengan suara gemercik air dari pancuran pojok kolam.
"Kamu tau?papimu sangat bodoh dalam berenang dia baru bisa berenang saat sudah menikah dengan mami itupun hanya gerakan dasarnya saja."jelas Zanna pada Naka yang tengah menatap kolam renang yang tampak tenang.
"Benarkah?lain kali aku akan mengajaknya berenang disungai agar hanyut sekalian."gumam Naka pelan.
"Sudah waktunya makan malam lebih baik kita sekarang ke ruang makan mungkin papimu sudah menunggu disana."ajak Zanna kembali membawa tangan Naka dalam genggamannya.
Benar saja sesampainya mereka diruang makan sudah ada Damian yang menunggu diujung meja dengan berbagai makanan yang tersaji diatas meja mulai dari makanan berat, sayur dan beberapa desert.
Naka mendudukkan tubuhnya dikursi sebelah kanan Damian sedangkan Zanna duduk disebelah kanan Naka dengan begitu posisi Naka berada ditengah-tengah kedua orang tuanya.
Mata tajam Damian terus saja menatap Naka bahkan pria itu bisa bertahan tak kedip selama 3 menit sekalipun.
"Lo benar-benar mau gue colok hah."Naka menodongkan garpu tepat diwajah Damian.
"Kalian pasti muak kan sama sikap ga sopan gue?kalau gitu kalian bisa usir gue."ucap Naka dengan santainya.
Damian mengangguk-angguk begitupun dengan Zanna yang berhenti mencetontongkan nasinya.
'jadi begitu?'terka Damian dan Zanna lewat tatapan mata.
"Yakin kamu raguin kesabaran mami? bagaimana dengan sabarnya mami nunggu bertaun-taun untuk punya anak tapi ga pernah dikasih."skakmat Zanna.
'gimana dengan gue?yang gabisa benci bokap padahal gue sering dibuat mau mati.'batin Naka pedih.
"Tidak perlu dipikirkan anggap saja mami tidak pernah mengatakan apapun."
"Makanlah."
Naka mengangguk mulai menyendokan makanan lengkap dengan lauknya ke dalam mulut dengan mbalap masa bodo dengan malunya sekarang dia sangat lapar.
Vote yok vote!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ARBYNAKA
Teen Fiction( Selesai ) . . . Menjadi putra tunggal seorang dokter tidak pernah sekalipun terlintas diotaknya, bahkan dimimpinya pun tak pernah dia harapkan memiliki keluarga yang over dengan kesehatan dan banyaknya alat kedokteran. "Papi diem disitu jangan ger...