.....................................
Naka menatap bangunan rumah yang sudah satu Minggu belakangan ini dia tinggal kan bersama kenangan manis didalamnya, kedua tangannya bertaut gelisah.
"Mau gue temenin?"tanya Guntur menangkap wajah Naka yang tak nyaman.
Naka menatap Guntur dengan gelengan pelan "Gak perlu Lo pulang aja."
"Lo yakin? Gue tungguin disini ya."tawarnya.
"Lo pulang aja gue gapapa."
Guntur mengangguk pasrah tangan besarnya menangkup kedua tangan Naka yang berkeringat.
"Jangan takut okey? Kalaupun nanti mereka gakmau lagi Nerima lo, masih inget kan Lo punya siapa?"
"Gue punya Lo sama Saepul."jawab Naka pelan.
"Gih masuk gue pergi setelah Lo masuk."
Naka mengangguk ragu dengan senyum tipis nya, Jantungnya berdegup dengan kencang begitupun langkah kakinya yang terasa berat, bibirnya merapalkan beberapa doa takut-takut ada setan yang menarik kakinya dari belakang.
Kepalanya di torehkan ke belakang menatap sahabatnya yang mengangguk meyakinkan.
Naka menunduk sebentar sebelum tangan nya terangkat menekan bel dengan tangan yang semakin dingin.
"Sebentar."
Jantung Naka seakan ingin melompat mendengar suara yang tak asing di telinganya, suara lembut yang sudah tidak dia dengar belakangan ini, suara yang selalu menenangkan.
"Naka."panggil Zanna dengan wajah terkejut.
Naka tersenyum canggung "Apa Pintu rumah ini belum tertutup untuk ku?"
"Tentu nak rumah ini akan selalu terbuka untuk mu."jawab nya antusias.
"Ayo masuk."
Tangan lembut Zanna menggenggam erat tangan Naka yang tenggelam di genggaman nya, suasana hatinya sangat baik sekarang bahkan senyum nya tak luntur sedikit pun.
"Ayo duduk, mami ambilkan cemilan sebentar, atau mami ambilkan makanan ya? Kenapa kamu jadi kurusan sayang."
Tatapan Zanna meneliti penampilan Naka yang sedikit berbeda dari sebelumnya, kantung matanya yang membesar dan tubuhnya yang dulu membaik sekarang kembali dengan tubuh kurusnya, menarik ingatan nya saat pertama kali bertemu dengan Naka.
"Aku udah makan."jawabnya pelan.
Zanna menatap wajah Naka dengan tatapan haru, wajah yang satu Minggu belakangan tidak dia lihat sekarang bisa dia tatap kembali dengan intens, dia benar-benar merindukan putra manisnya ini.
"Kenapa?ada yang mau Naka sampaikan?"tanya Zanna lembut, menatap manik putranya yang terlihat gelisah.
"Aku mau mi-
KAMU SEDANG MEMBACA
ARBYNAKA
Teen Fiction( Selesai ) . . . Menjadi putra tunggal seorang dokter tidak pernah sekalipun terlintas diotaknya, bahkan dimimpinya pun tak pernah dia harapkan memiliki keluarga yang over dengan kesehatan dan banyaknya alat kedokteran. "Papi diem disitu jangan ger...