20

12K 939 26
                                    

🐩🐩🐩

Naka memejamkan matanya membiarkan angin malam membelai wajahnya dengan lembut, rokok dengan asap mengepul itu terjepit dijari telunjuk dan tengahnya yang sesekali bibir itu hisap.

"Mama."gumam Naka menatap bintang yang paling terang diantara lainnya.

"Mama naka mohon Dateng ke mimpi Naka malam ini."ujarnya melirih.

Kakinya yang tak terbalut sendal itu berjalan gontai menyusuri pantai yang tampak sepi, hamparan laut dan suara ombak yang menenangkan cukup membuat rasa takut Naka akan gelap sirna begitu saja.

Entah apa yang ada difikiran pemuda yang belum genap 17 tahun itu hingga langkahnya membawa tubuh dengan kaos tipis dan celana pendek itu ke pantai dengan bermodalkan uang yang dia dapat hasil menjual gambarnya siang tadi.

Tangan Naka terangkat kembali berniat menghisap rokok yang sudah tinggal setengah itu, namun gerakan tangan itu terhenti sesaat tangan kekar tampak mencengkram pergelangan tangan nya erat.

Manik kembar Naka bertemu dengan manik hitam kelam yang kini menatapnya dengan kilatan marah persis seperti hewan buas yang menatap mangsanya.

"BODOH!!APA KAU TAK INGAT JIKA KAU BARU SAJA PULANG DARI RUMAH SAKIT!DAN KAU MALAH KABUR KE PANTAI MALAM-MALAM HANYA DENGAN KAOS TIPIS DAN TANPA ALAS KAKI!APA KAU SUDAH GILA HAH!!"Bentak Damian dengan nada lantang.

Naka memejamkan mata erat disaat wajah Damian benar-benar didepannya bahkan deru nafas yang terburu-buru bisa Naka dengar dengan jarak yang sedekat ini, setidaknya nafas Damian tidak bau bangke.

Damian mengusap wajahnya kasar sesaat Sadar sikapnya yang kelewatan bahkan dia tak sadar dengan nada tinggi yang dia lontarkan untuk putra semata wayangnya itu.

"Setidaknya fikirkan kesehatan mu nak, papi khawatir begitupun dengan mami mu."

"Naka boleh marah asal tidak kabur-kaburan seperti ini."Damian merengkuh Naka dengan erat, bisa dia rasakan tubuh Naka yang sudah sangat dingin saat bersentuhan dengan kulitnya.

"Kita pulang ya?"

Naka menahan tangan Damian yang sudah akan menariknya.

"Papi please aku masih mau disini."pinta Naka dengan wajah yang memelas.

"Hanya sebentar."putus Damian.

Damian melepas jaket yang melekat di tubuh kekarnya dan memakinya pada tubuh Naka yang sudah sangat dingin bahkan bibir pemuda itu sudah tampak membiru dan bergetar menahan dingin.

Damian menuntun putranya untuk duduk dipangkuan nya, dengan begitu dia dengan leluasa bisa mendekap tubuh putranya tanpa mendapat penolakan begitu pun dengan Naka yang tampak nyaman bersender didada bidang Damian.

Manik tajam Damian menatap satu batang rokok yang masih terselip diantara dua jari milik Naka, tanpa sepatah kata dia merebut dan membuangnya.

Keduanya sama-sama larut dalam pikiran, hawa dingin yang menusuk punggung Damian namun tidak bisa menghilangkan rasa hangat yang menjalar ke dalam hatinya, perasaan senang yang tidak bisa dia gambarkan dan diucapkan hanya dengan kata-kata.

Dia tak menyangka pertemuan tak sengaja dengan pemuda rusuh itu membawanya ke dalam perasaan akan takut kehilangan, ruang hati nya yang kosong kini sudah terisi nama Arbynaka berdampingan dengan istrinya Zanna.

Awalnya dia tak percaya saat Zanna maupun bawahannya yang mengatakan jika dia menjadi pribadi yang berbeda saat bersama putranya namun kini dia percaya dan sadar akan perubahan suasana hatinya yang lebih tenang saat dia bisa melihat tawa dan wajah kesal milik putranya dan itu rasanya begitu menyenangkan.

ARBYNAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang