🍃🍃🍃
Jika ada yang bertanya tentang harapan terbesar dari seorang Arbynaka adalah berada ditengah-tengah keluarga hangat yang selalu melimpahkan kasih sayang dan selalu meluangkan waktu untuknya.
Arbynaka, tidak ada yang tau seberapa kuat dia selain kedua sahabatnya, remaja yang belum genap 17 tahun dengan segala tekanan batin yang diberikan ayahnya sendiri namun tak pernah tumbang, remaja yang selalu menebar tawa untuk orang lain dengan tidak memikirkan betapa rapuhnya dia.
Tanpa Naka tau bukan hanya kedua sahabatnya yang tau tentang dirinya melainkan juga dengan Zanna dan Damian yang sudah tau bagaimana tersiksanya Naka hidup ditengah-tengah manusia dengan hati iblis.
Keduanya tau bagaimana kuatnya Naka yang harus menopang hidupnya sendiri tanpa dukungan dari orang sekitarnya, bagaimana dia mempertahankan kesadaran nya saat disiksa ayahya agar tidak terlihat lemah, sekuat-kuatnya manusia pasti ada dititik ingin menyerah namun yang Zanna dan Damian liat kata itu tidak pernah terlontar dari bibir Naka.
Zanna akui putranya ini sangat pintar menyembunyikan sisi rapuhnya dari orang lain tapi tidak dengan dia yang notabenenya lulusan pendidikan psikologi, hanya lewat tatapan mata dia bisa melihat bagaimana keputus asaan jelas terlihat dimatanya.
Dengan melihat semua itu yang membuat Zanna yakin untuk selalu berada disisi putranya, mendukung segala keinginannya dan menjadi tumpuan untuk putra satu-satunya.
"Kamu anak kuat prince, kamu anak baik mami harap kebahagiaan selalu menyertai mu."ucap Zanna pelan sembari mengusap rambut Naka.
"Aku salut dengan Naka mungkin jika aku sendiri yang berada di posisinya kecil kemungkinan jika aku bisa bertahan sampai sejauh ini."ujar Damian ikut menimpali.
Posisinya sekarang adalah Naka berada di tengah-tengah kedua orangtuanya dengan keadaan tidur, tentu saja dengan paksaan bahkan Damian harus menerima tinjuan di perutnya karena perlawanan Naka yang sudah seperti banteng mengamuk.
"Tentu saja dia bertahan karena memang dia sudah ditakdirkan untuk menjadi putraku."sahut Zanna.
"Putra kita."ralat Damian sinis.
"Terserah."
.....
Pagi-pagi buta Zanna dan Damian sudah dibuat kelimpungan karena kehilangan anak semata wayang mereka, orang pertama menyadari itu tentu saja Zanna wanita cantik itu memang berniat bangun lebih awal untuk membuatkan putranya sarapan namun malah dia yang dikejutkan dengan tidak adanya Naka ditengah-tengah mereka.
"Naka benar-benar harus dijinakkan dia terlalu licin seperti belut."ucap Damian yang sudah duduk lesehan di lantai.
"Opini ku tentang Naka langsung dipatahkan begitu saja, aku fikir dia anak yang pendiam dan kalem tapi setelah melihat ini aku tau dia bukan pendiam atau pemalu hanya dia belum bisa menyesuaikan diri."sahut Zanna menimpali.
"Setidaknya sedikit demi sedikit kita mulai memahami bagaimana ajaibnya anak itu."
Sedangkan sang pelakon utama yang membuat keributan dirumah sudah duduk anteng didalam kelas dengan mangga muda penuh lubang digenggamnya sedangkan handphone nya dia letakkan didepannya dengan sandaran tas yang sedang menayangkan kartun tayo.
"Nikmat dunia mana yang kau dustakan wahai kaum tidak bersyukur."gumam Naka setelah menelan kasar kunyahan mangga.
Tiga puluh menit berlalu sudah beberapa anak yang mulai berdatangan namun tak mengusik kegiatan Naka sedikitpun bahkan saat disapa dia hanya mengangguk dan melanjutkan makan mangga yang ketiganya.
"Kesambet setan yang mana lagi kali ini?"ledek Saepul melihat Naka yang sudah anteng dimeja belakangnya.
"Genderuwo depan."celetuk Naka asal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARBYNAKA
Teen Fiction( Selesai ) . . . Menjadi putra tunggal seorang dokter tidak pernah sekalipun terlintas diotaknya, bahkan dimimpinya pun tak pernah dia harapkan memiliki keluarga yang over dengan kesehatan dan banyaknya alat kedokteran. "Papi diem disitu jangan ger...