"Nangis aja kalau itu memang buat Lo tenang, gue disini buat jadi sandaran Lo Naka."
........................................................................
Sudut hatinya terasa sakit melihat sahabat yang sudah dia jaga menangis tersedu-sedu dibahunya.
"Ayo masuk."ajaknya menuntun tubuh yang sudah basah kuyup itu.
"Ganti baju dulu ya?"Guntur membantu membuka hoodie milik Naka, dia juga membantu mengeringkan rambut anak itu.
"Udahan dulu nangisnya oke?sekarang Lo istirahat, tenangin diri Lo."Tangan Guntur terangkat mengelus rambut sahabatnya.
Tangan dingin Naka menggenggam kedua tangan Guntur yang hangat.
"Gue gak mau ketemu mereka dulu, sembunyikan gue sementara, gue mohon bantu gue buat gak ketemu sama mereka."ucap Naka dengan nada lirih.
Guntur hanya mengangguk menanggapi tak ingin bertanya lebih jauh dengan kondisi sahabatnya yang seperti ini.
"Gue jagain Lo disini, sekarang Lo tidur."ujarnya.
Naka memagngguk percaya matanya sudah dia pejamkan sesaat merasakan pening yang hinggap dikepalanya.
"Apapun problem Lo sama mereka gue tetep gak terima kalau sahabat yang gue jaga dibuat nangis kaya gini, Lo gak pantes nangisin mereka Naka."gumam Guntur sebelum ikut memejamkan matanya.
......
Aroma tanah yang sedang diguyur hujan cukup membuat Naka merasa sedikit tenang, air mata nya seakan sudah kering menyisakan raut wajah nya yang sendu dengan mata yang bengkak.
Kepalanya yang terasa berat sudah dia tompangkan di bahu Guntur, kakinya yang terluka juga sudah diobati dan dililitkan dengan perban kain.
"Sudah tenang? boleh gue denger cerita lo? pelan-pelan aja gapapa gue dengerin."tanya Guntur tenang, tangannya terangkat mengusap rambut sahabatnya.
Naka mengangguk bibirnya sedikit kelu untuk menjelaskan namun tidak ada orang lain yang dia percaya selain sahabatnya, dengan perlahan Naka mulai menceritakan semua percakapan Damian dan Gavin yang dia dengar.
Matanya dia pejamkan sesaat setitik air mata hampir turun ke pipinya, suaranya ikut terdengar serak dengan bibir yang mulai bergetar.
'bajingan.'
"Gue harus gimana?"tanya Naka dengan suara yang bergetar.
"Gue kecewa sama diri gue sendiri, yang cuma bisa nangisin sesuatu yang seharusnya gue cegah dari awal tapi gue lagi-lagi ceroboh dengan keputusan yang gue ambil."
Tangan Guntur terangkat mengusap air mata yang kembali menggenang di pipi Naka.
"Sekarang gantian gue yang bicara, boleh? tapi Lo dengerin oke, jangan potong omongan gue dulu sebelum selesai."
Guntur sedikit membenarkan posisi Naka agar lebih nyaman bersandar dibahunya "Gue gak pernah berpikir kalau papi Lo akan bertindak sejauh ini, tapi gue juga gak menyalahkan mereka, bukan berarti membenarkan keputusan papi Lo itu."
"Tapi coba Lo lihat dari sudut pandang yang lain, mereka melakukan itu semua demi Lo Naka, biar Lo tetap berada digenggaman mereka sebagai anak yang akan melengkapi kekosongan dikeluarga kecil mereka, hanya yang salah adalah cara mereka berpikir."
"Mereka tidak bisa berpikir positif atas respon selama Lo tinggal disana, mereka masih menangkap ketidak nyamanan atau rasa canggung diri Lo terhadap mereka, itu yang membuat mereka sedikit ragu dengan keputusan Lo nantinya, sedangkan harapan besar mereka adalah Lo mau tetap bertahan dan hak asuh atas nama Lo berpindah ke tangan mereka secara resmi."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARBYNAKA
Teen Fiction( Selesai ) . . . Menjadi putra tunggal seorang dokter tidak pernah sekalipun terlintas diotaknya, bahkan dimimpinya pun tak pernah dia harapkan memiliki keluarga yang over dengan kesehatan dan banyaknya alat kedokteran. "Papi diem disitu jangan ger...