38

8.3K 619 184
                                    

Annyeong!!!
setelah sekian purnama akhirnya author pemalas ini up juga
Cuss ah baca jangan lupa voment terus okehhh




Derap langkah kaki jenjang yang berbalut sneakers putih mengusik kesunyian apartment yang tampak sunyi di jam-jam orang sibuk dengan kegiatan diluar sana, kedua tangan yang mengayun mengikuti langkah panjangnya dengan bawaan yang cukup membuat si pemilik sedikit terganggu meskipun begitu kurva tipis di bibirnya tidak luntur melainkan semakin naik mendapati nomor kamar yang dituju sudah didepan mata.

Salah satu tangan nya terangkat menekan beberapa pin angka yang sudah dia hafal di luar kepala, jari-jari nya menekan dengan tak sabar nya menunggu pintu putih itu agar segera terbuka.

Klek.

"Akhirnya."gumam Saepul lega, sneakers putihnya dia lepas sebelum benar-benar masuk ke ruang utama selain untuk membebaskan kakinya alasan lainnya adalah ia tak ingin dimarahi si pemilik apartemen yang tak suka lantai nya kotor karena sepatu mahalnya.

"Naka."panggil Saepul sedikit lantang.

Kedua kelereng kembarnya mengedar ke seluruh ruangan saat tidak mendapati respon sipemilik nama, empat plastik berisi makanan dia letakan dimeja, niatnya dia akan memberikan sogokan sebagai permintaan maaf pada sahabat nya itu.

"Naka Lo dimana gue bawain Lo jajan, tenang kali ini bukan jajanan pinggir jalan tapi makanan orang kaya."panggil nya lagi.

Merasa tetap tidak ada sahutan kaki yang terbalut kaos kaki itu mendekat ke arah kamar satu-satunya yang terlihat kosong dengan pintu yang terbuka.

Perasaan Saepul campur aduk mendapati kamar Naka yang kosong.

"Naka Lo jangan bercanda deh keluar sekarang atau donat yang gue bawa gue kasih ke gledek."ucap Saepul sedikit panik.

"Naka sekali lagi gue panggil Lo gak nyaut gue beneran bakal kasih donat yang gue bawa buat si gledek."

Kedua tangan Saepul terkepal erat tidak mendapati Naka di segala sisi apartemen pemuda itu, semuanya tampak sama seperti dua hari yang lalu artinya Naka belum kembali dari dua hari yang lalu, seharusnya kemarin dia langsung ke apartemen Naka bukan malah ke penangkaran kucing untuk mencari kucing milik ibu nya yang hilang.

"Shit!kalau sampai Naka kenapa-napa gue gak bakalan maafin diri gue sendiri."umpatnya, perasaan menyesal membuat sedikit susah mengambil nafas, bibir nya dia gigit dengan cemas perasaan nya benar-benar tak menentu memikirkan keadaan Naka.

"Gledek, gue kabarin dia."

Saepul menekan nomor Guntur tak sabaran, jarinya mengetuk meja belajar Naka dengan panik.

"Lo kesini sekarang, ke apartemen Naka."

'ngapain?naka baru inget kalau dia butuh gue,?'

"bacot buruan Lo kesini sekarang atau gue panggil traktor buat robohin rumah Lo sekarang."umpat Saepul kesal.

'oh.'

"gue serius gledek Naka ilang dan itu karena kita."

'ga usah bercanda.'

"lo pikir gue bakal bercanda di situasi genting kaya gini?"

"gue gakmau denger jawaban Lo sekarang Lo kesini atau gue bakal pisahin Naka sama lo."ancam Saepul.

'otw.'

Saepul memutuskan sambungan telepon nya dengan kesal, kedua tangan nya terkepal erat bayang-bayang Naka yang sendiri benar-benar membuat perasaan bersalahnya semakin terasa menyakitkan.

ARBYNAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang