Naka berjalan mengendap-endap ke dalam rumahnya yang sudah gelap hanya beberapa lampu yang masih menyala, sisanya sudah dipadamkan dan pastinya Damian sudah tidur semoga saja.
Naka melirik jam di dinding yang sudah menujukkan pukul setengah tiga pagi.
"Aman."gumam Naka setelah sampai di kamarnya.
"Apanya yang aman?"suara dingin dengan intonasi rendah itu berhasil membuat Naka terdiam kaku.
"Bagus ya jam segini baru pulang, lancar balapan nya,enak rokoknya?kopinya gimana?"
Damian berjalan mendekat ke arah putranya yang hanya diam.
"Besok kita ke rumah sakit ya bedah perut kamu."
"Papi bercandanya ngeri banget."ucap Naka dengan wajah cengengesan.
Damian menaikkan alisnya satu semakin menatap dalam putranya yang sudah gelisah"Siapa yang bercanda?"
"Papi kenapa belum tidur?gak cape?"tanya Naka mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Hm."
'marah ya dia?gue emang salah ya?atau dia yang lagi pms aja.'batinnya berperang.
"Gak mau jelasin?"tanya Damian semakin menyudutkan.
Naka mendudukkan kepalanya menatap jari-jari kakinya yang sedang berperang, wajah pedenya yang mengatakan tak takut dengan Damian sekarang sudah menciut seperti anak ayam.
"Mulutnya sekarang juga sudah tidak berfungsi? perlu besok kita bedah juga tenggorokan kamu?"
"Maaf Pii."ucap Naka lirih.
Damian menghela nafas pelan, putranya benar-benar bisa membuatnya berada didua pilihan kembali meluapkan kekesalannya atau mengalah dengan wajah bak anak kucing itu.
"Sekarang kamu mandi papi sudah siapkan air hangat."ucap Damian berjalan melewati putranya.
Naka bergegas lari ke dalam kamar mandi selain karena tubuhnya yang gatal dia juga akan menyiapkan mental untuk menghadapi kemarahan Damian, wajah papinya benar-benar seperti banteng baground merah.
.....
Damian dengan tegas duduk dikursi dengan kaki yang disilangkan, kedua tangannya di silangkan didepan dadanya dengan mata yang memandang putranya tajam.
Wajah Naka benar-benar tertekuk dengan tangan yang saling bertaut.
"Papi stop natap aku kaya gitu, papi kaya pedofil tau gak?"protes Naka dengan nada jahil.
"Enak aja."Damian meraup wajah putranya lembut.
"Sekarang jelasin kenapa kamu pergi malem-malem kamu juga ngerokok, bukannya papi udah bilang buat gak keluar, jadi ini alasan kamu gakmau tidur sama papi."
"Aku gak enak nolak, terus ngerokok itu aku gak sengaja Nerima."
"Gak sengaja?tapi habis dua batang?"skakmat Damian membuat Naka membulat kan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARBYNAKA
Teen Fiction( Selesai ) . . . Menjadi putra tunggal seorang dokter tidak pernah sekalipun terlintas diotaknya, bahkan dimimpinya pun tak pernah dia harapkan memiliki keluarga yang over dengan kesehatan dan banyaknya alat kedokteran. "Papi diem disitu jangan ger...