Sudah lebih dari 2 hari Naka tidak menampakan wajah tampan nya itu kedunia dikarena pipi yang membengkak seperti balon yang bisa meletus kapan saja membayangkan pipi nya benar-benar bisa meletus membuat Naka merinding disekujur bulu roma nya.
"Bosan."keluhnya menatap disekitarnya yang sepi hanya suara dari anime yang dia tonton di tv.
"Pengen seblak ceker sama es doger."gumam nya dengan pelan.
Sudah lebih dari dua jam dia hanya rebahan di bawah beralasan karpet biru berbulu milik maminya.
"Kapan mami pulang."rengek nya pelan.
Zanna maupun Damian tidak ada satupun dari mereka yang mengajak nya untuk keluar, papi nya itu sudah pergi dari pagi ke rumah sakit sedangkan mami nya pergi untuk menjenguk temannya.
"Bohong katanya mereka bakal ajak gue pergi huh."gumam nya kesal.
Suara heels yang mendekat spontan membuat Naka menoleh meskipun hanya ujung matanya namun dia dengan cepat menebak kaki jenjang yang berdiri tak jauh darinya.
"Maaf, apa kamu menunggu lama?"tanya Zanna pada putranya yang menatap sebal ke arahnya.
"Ayo pergi bukankah papi sudah menjanjikan akan mengajak mu kemana saja setelah sembuh? Ayo tagih janji papi kamu."ajak Zanna membuat Naka cepat bangkit dari acara rebahan nya.
"Mami juga punya utang janji ke aku, bakal ijinin aku pilih makanan apapun."ucap Naka mengingatkan.
"Mami mengingatkan jadi ayo kita berangkat sebelum semakin siang."ajak nya lagi.
"Ayo."
Naka menatap maminya yang tidak beranjak, kedua mata Zanna meliar menatap penampilan putranya yang sudah lusuh.
"Gak mau ganti baju dulu? Mami tidak masalah jika kamu nyaman dengan pakain mu sekarang."tanya Zanna memastikan, Karena dia tau Naka tak beda jauh dengannya yang selalu mengutaman penampilan.
Naka menatap mulai dari kaos biru nya yang sudah sangat lecek karena dipakai rebahan dan beguling-guling, celana pendek yang dipakainya juga hanya kolor putih gambar minion dibawahnya sangat berbanding jauh dengan penampilan maminya yang rapi dengan midi dressnya.
"Aku harus tetap ganteng jadi mami tunggu sebentar aku mau siap-siap."
"Pergilah mami tunggu disini."
Naka langsung berlari kecil ke arah kamarnya.
..........
Sudah dua puluh menit lebih namun Naka tidak kunjung terlihat batang hidungnya, bahkan suaranya tak terdengar sedikitpun.
Tak ingin menunggu lebih lama Zanna beranjak ingin menyusul ke atas memastikan putranya baik-baik saja.
Sebelum menginjakkan kakinya ditangga, indra penciuman nya bisa menangkap wangi lavender dan vanila yang sangat manis, matanya memejam menikmati wangi nya yang semakin mendekat seiring dengan raga putranya yang sudah berdiri didepannya.
"Maaf membuat mami menunggu lama."ucap Naka menyadarkan Zanna.
Senyum manis dia terbitkan untuk putra tunggalnya "Mami tidak akan kecewa menunggu lama jika yang ditunggu bisa semanis ini."
Naka yang merasa dipuji secara tidak sadar memunculkan rona dipipi dan ujung telinga nya membuat Zanna semakin terpana dengan paras putranya.
"Bisa kita pergi sekarang?"ajak Zanna mengulurkan tangan nya.
Naka menangkap uluran tangan maminya" ayo pergi aku udah gak sabar."
Zanna membukakan pintu mobilnya agar putranya lebih dulu masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARBYNAKA
Teen Fiction( Selesai ) . . . Menjadi putra tunggal seorang dokter tidak pernah sekalipun terlintas diotaknya, bahkan dimimpinya pun tak pernah dia harapkan memiliki keluarga yang over dengan kesehatan dan banyaknya alat kedokteran. "Papi diem disitu jangan ger...