Bukan lapaknya siders!
.
.
.Suara ketukan sendok dan garpu berada dalam piring yang sudah tersisa satu kali tarikan, bukan seperti request cacing nya namun spaghetti dengan rasa yang sedikit aneh dilidah Naka berhasil dia habiskan dalam waktu kurang dari lima menit.
Sedangkan Zanna dia hanya memakan satu suapan tampaknya pemandangan dihadapannya lebih menarik dibanding makanan dipiringnya, tanpa Naka sadari diam-diam dia mengambil foto Naka dengan pipi yang menggembung.
"Tante gak makan?"tanya Naka setelah menegak habis es teh nya.
"Tidak, saya sudah kenyang."jawab Zanna jujur.
Naka menggaruk rambutnya yang tak gatal perasaan dia hanya melihat wanita yang belum dia ketahui namanya hanya memakan satu suapan apa itu mengenyangkan, dia saja tidak cukup hanya satu piring, namun itu semua tidak penting yang terpenting adalah dia tergoda dengan makanan milik wanita itu yang tampak menggoda.
Mengerti tatapan pemuda didepannya dengan peka Zanna menyodorkan makanan yang masih penuh dan mendorong nya pelan.
"Makanlah atau kau mau yang baru?"tawar Zanna.
Naka mengambil semangat piring berisi makanan yang dia sendiri tak tau dia hanya tau nasi uduk dan nasi Padang selebihnya dia hanya makan mie dan telor"Gak deh ini aja, gue makan ya."
"Siapa namamu?"
"Gue?Naka yang handsome titisan dewa hades calon mantu Bill Gates."
Entah untuk ke berapa kalinya ucapan pemuda itu mampu menggelitik perutnya dia seperti menemukan sesuatu yang baru dalam dirinya.
Naka bersendawa keras tanpa malu bahkan dengan wanita yang baru dia kenalnya.
"Hehe maaf ya kelepasan, ini Tante kan yang bayarin?Makasih loh buat makannya gue balik dulu lain kali traktir nasi Padang ya bye...."
Sudah makan pulang definisi yang menggambarkan Naka sekarang, wanita itu terus memperhatikan pemuda yang mampu menariknya, pemuda dengan segala tingkah lucu dan spontan nya tidak terkesan dibuat-buat nyatanya mampu membuatnya tak mengalihkan pandangan barang sedetikpun.
"Apa yang kau lihat?"
Suara yang terkesan dingin dan datar membuat wanita cantik itu harus rela mengalihkan pandangannya menatap sang suami kesal.
"Aku baru saja makan bersama dengan seorang pemuda, dia sangat lucu bahkan sudah beberapa kali aku dibuatnya tertawa."
"Benarkah?"
"Ya benar, lihatlah cara dia makan pun terlihat seperti tupai, lucunya."
Zanna memperlihatkan foto seorang pemuda dengan pipi menggembung pada suaminya, ekspresi yang ditunjukkan pada suaminya benar-benar menunjukkan betapa bahagianya dia sekarang.
"Ah bukankah bumi terlalu sempit sekarang, dia adalah pemuda yang sama yang aku ceritakan padamu."jawabnya santai.
Zanna tampak tertegun sebelum tersenyum simpul "Bukankah ini terlalu kebetulan?"
"Mungkin ini salah satu pertanda, aku rasa ini bukan pertemuan pertama dan terakhir ku dengannya aku berharap akan bertemu lagi nanti."ucap Zanna di setujui suaminya.
.....
Naka mengendap-endap memasuki rumahnya sekali lagi dia pulang terlambat karena motornya yang kembali mogok mungkin faktor umur motornya yang sudah akan memasuki umur ke tiga tahunnya.
Rumah minimalis itu terlihat sangat suram dan tidak ada kehangatan didalamnya bahkan setiap sudut terpasang AC namun Naka selalu merasa kepanasan jika berada diruang ini tentu saja selain dikamarnya.
"Udah makan den?"tanya salah satu pembantu yang bekerja disana.
"Udah bi tenang aja Naka ke atas dulu."
Mungkin hari ini sedikit keberuntungan untuknya karena ayah dan ibu tirinya tidak ada dirumah jikapun ada sudah dipastikan Naka akan dibuat ribut dan emosi dengan keduanya memang pantas keduanya disatukan, sama-sama menyebalkan dan menjijikan.
Perlahan namun pasti kedua netra abunya menutup seiring dengan nafasnya yang terdengar teratur.
.....
Naka mulai mengerjap kan matanya sesekali kembali terpejam, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.
Dia melirik ke bawah menemukan kakinya yang sudah terikat diujung ranjang dengan posisi membentang, menghela nafas pelan seakan tau apa yang sudah terjadi.
Kejadian seperti ini bukan hanya sekali melainkan berkali-kali saat ayahnya marah ataupun mabuk dia yang menjadi pelampiasan nya, dicambuk bahkan dia hampir merenggut nyawanya karena ditikam pisau dapur.
Tangannya bergerak membuka tali yang terikat erat dikakinya sebelum ayahnya tau dia sudah kembali pada kesadarannya.
"Mencoba kabur?"
Tubuhnya menegang sempurna mendengar nada suara yang sangat amat dia kenali, suara ayahnya yang paling dia hindari seharian ini sudah bisa dipastikan dia akan keluar kamar tidak dalam keadaan yang mulus.
"Lepas, mau apa lo?"gertak Naka dengan suara tinggi.
Naka melihat cambuk ditangan papa nya lengkap dengan sebatang lilin dan korek api ditanggannya entah rencana apa lagi yang tersusun diotak liciknya untuk mengukir luka disekujur tubuhnya nanti.
"Kau tau? Perusahaan yang ku bangun selama ini sekarang berada di ambang kehancuran itu semua karena mu, untuk apa kau mencari masalah dengan pemuda bernama Galih dan sekarang saya yang terkena imbasnya ayahnya memutuskan hubungan kerja dengan perusahaan ku dan membuat perusahaan lain ikut memandang buruk perusahaan milikku dan itu semua karena mu anak sialan!!"
Tamparan telak dia berikan pada pipi Naka yang pucat, tak main-main bahkan jejak telapak tangan tercetak jelas disana sangat menyakitkan.
"Sudah saya ingatkan berkali-kali jangan mencari gara-gara dengan dia dan kau tak mau mendengar kan berhenti menjadi pembawa sial untukku...!!!"
"STOP SALAHIN GUE!!Gue gak salah dia yang fitnah gue."bantahnya dengan nafas yang menderu.
"Berhenti mengelak anak sialan!!"
Cambukan demi cambukan Naka dapatkan dipunggung nya yang baru saja dia obati.
"Stopp...pa cukup.."bisik Naka menahan perih disekujur tubuhnya.
"Saya akan berhenti setelah kamu mati."
Gaza menyalakan lilin dengan korek yang dia bawa menatap putranya yang sudah pasrah dan lilin secara bergantian senyum licik selalu tersungging dibibirnya menanti pertunjukan yang akan dibuat.
Dia meletakkan tangannya diatas punggung Naka dengan Lilin yang dia bawa membuat lelehan lilin itu jatuh tepat mengenai luka yang masih basah dan tampak memerah itu.
"ARGHHHHH....papa udah Naka mohon.."jerit Naka penuh kesakitan.
Luka yang dia dapat dari cambuk sudah terasa amat sakit dan kini ditambah dengan lelehan lilin yang panas tepat mengenai lukanya, matanya memanas tak bisa lagi membendung air matanya yang pecah, dia sudah pasrah jika malaikat akan mencabut nyawanya sekarang setidaknya dia tak akan merasakan sakit kembali.
"Setelah ini pergi dari sini, rumah saya tidak menerima pembawa sial seperti mu."
Naka kira penderitaan nya akan berakhir namun itu semua salah papanya kembali dengan seember air dingin ditangannya, seolah tidak merasa puas dengan luka yang dia ukir pada putra kandungnya.
Total basah kuyup tidak hanya Naka namun semua ranjang yang diduduki pun ikut basah begitu pula dengan darah yang mengalir dengan air itu menetes mengotori sprei putih kini terhiasi bercak merah dibeberapa bagian.
"Angkat kaki dari disini atau saya yang akan membakar tubuhmu secara hidup-hidup."
Bayar pake voment♡
KAMU SEDANG MEMBACA
ARBYNAKA
Teen Fiction( Selesai ) . . . Menjadi putra tunggal seorang dokter tidak pernah sekalipun terlintas diotaknya, bahkan dimimpinya pun tak pernah dia harapkan memiliki keluarga yang over dengan kesehatan dan banyaknya alat kedokteran. "Papi diem disitu jangan ger...