29

10.1K 801 48
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Bintang yang bertahta diatas langit bersanding dengan bulan tidak lebih indah dari pemandangan Damian yang tertidur dibangku samping ranjang putranya dengan tangan keduanya yang saling menggenggam.

Pemandangan yang sangat sayang untuk dilewatkan oleh Zanna yang jarang melihat keduanya akur namun jika sudah disatukan hubungan mereka lebih manis dari sebuah gula dan lebih menenangkan dari satu suara gesekan senar biola.

Wajah tenang putranya adalah pemandangan yang tak pernah bosan dia pandang, dimana wajah menenangkan itu hanya bisa dia lihat saat kedua netra terang itu masih terpejam dengan damai.

Luka yang Naka dapatnya sudah tertutup kasa putih yang harus melingkari kepala putranya namun tak cukup sampai menutupi wajah manis pemiliknya.

"Bangun nak kamu belum mengisi energi mu."bisik Zanna pada telinga Naka.

Naka menggeliat kecil, tangannya meraba jari-jemari milik papinya, dengan acak Naka memasukan salah satu jadi papinya untuk dia masukan dalam mulut layaknya sebuah permen.

Zanna menggigit bibirnya agar tidak menerkam tingkah manis putranya itu, tangannya merogoh ponsel untuk mengabdikan momen yang mungkin hanya terjadi satu kali seumur hidupnya Damian.

"Gemes banget ya ampun."Zanna mencubit kecil pipi putranya.

Mata tajam milik Damian mulai menyesuaikan cahaya yang memaksa masuk ke retina matanya, jarinya yang terasa basah dia coba tarik namun bukannya terlepas di merasakan gigitan kecil dijari telunjuknya.

"Lepas pelan-pelan."tegur Zanna.

Damian melirik ke arah jarinya berada, tepat didalam mulut putranya yang masih mengatup dengan jari telunjuk miliknya didalam seakan tak menganggu tidurnya.

"Sejak kapan?"tanya Damian, tak bisa dipungkiri dia merasa senang bisa sedekat ini dengan putranya.

"Hampir setengah jam."balas Zanna.

"Kau pasti memotret nya, kirim padaku."pintanya.

"Tidak semudah itu."balas Zanna tengil, ekspresi wajahnya persis seperti milik Naka.

Damian mendatarkan wajahnya, dia melirik putranya sebentar sebelum dirinya mengingat saat kemarin malam membawa putranya ke rumah sakit secara paksa.

Flashback...

"Ini minumlah."

Damian menyodorkan gelas dengan susu strawberry yang masih sedikit mengepul asapnya ke hadapan Naka yang baru menyelesaikan nasi gorengnya di piring kedua.

"No aku udah kenyang."tolak Naka mengusap perutnya yang buncit.

"Minum atau nanti kau tidak akan bisa tidur, dan papi tidak akan mau menemani."paksa Damian dengan datar.

ARBYNAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang