Bukan lapaknya siderss!!
.
.
.
.
.Wajah kaku Damian pertama kali mengukir ekspresi lain saat menatap wajah pemuda yang hanya terhalang layar kaca dengan kedua sudut bibir yang terangkat tipis.
Pertemuan singkat namun sangat membekas diingatannya, pemuda dengan tingkah konyol dan segala ucapan yang mampu menggelitik perutnya, pemuda yang memiliki manik mata yang sama dengan sang istri.
"Bagaimana apa kau sudah mencari tau latar belakangnya?aku berharap dia bisa menjadi putraku, hatiku menghangat saat melihat senyumnya ini bukan pertama kalinya aku bertemu pemuda yang seumurannya dengannya bahkan lebih muda tapi tak ada satu pun yang bisa membuat ku merasa terikat batin."tanya Zanna menuntut.
"Aku sudah mendapatkan semua informasinya dan bisa aku pastikan dia akan menjadi milik kita secepatnya."balas Damian yakin.
Damian dan Zanna adalah sepasang suami istri, keduanya sudah menjalin hubungan pernikahan hampir mendekati dua puluh tahun namun Tuhan berkehendak lain keduanya tidak dikaruniai seorang anak, namun tidak membuat keduanya perpisahan melainkan menguatkan satu sama lain.
Damian adalah seorang dokter spesialis Jantung sedangkan Zanna adalah dokter anak, bukan tanpa alasan wanita yang sudah memasuki usia 30-an itu menjadi seorang dokter spesialis anak namun karena ia sangat menyukai anak kecil namun Tuhan belum berbaik hati sehingga tidak mengijinkannya menjaga seorang anak.
"Aku benar-benar menginginkan seorang putra, saat melihat wanita melahirkan hatiku benar-benar sakit, aku bukan wanita sempurna aku tak bisa memberimu keturunan."Zanna menatap sendu suaminya.
Ini bukan pertama kalinya dia merasa gagal menjadi seorang istri , bahkan dia pernah meminta suaminya untuk menceraikannya dan mencari wanita lain yang bisa memberinya keturunan, namun bukan Damian namanya jika dengan mudah melepas apa yang sudah menjadi miliknya.
Damian mengusap bahu istrinya, bukan hanya Zanna yang menginginkan seorang putra bahkan dirinya pun begitu dia terkadang iri melihat rekan kerjanya selalu menceritakan kenakalan buah hati mereka namun sekali lagi dia hanya diam tak mungkin dia mengutarakannya secara gamblang dan membuat suasana hati istrinya semakin buruk.
"Tenanglah kita akan mendapatkannya segera aku berjanji."
Keduanya benar-benar berharap jika suatu saat nanti Tuhan mengijinkan mereka untuk menjaga seorang anak menyayanginya sebagaimana menyayangi seorang putra, memberikan cintanya layaknya orang tua pada umumnya.
.....
Helaan nafas kasar terdengar dari seorang pemuda dengan pakai lusuhnya, keringat dingin sudah menetes dari pelipisnya, wajahnya pucat pasi dengan beberapa darah yang menghiasi tubuh kurusnya, dikedua tangannya menenteng tas ransel dan juga tas besar yang sudah sobek dibeberapa bagian.
Banyak pasang mata yang memperhatikan penampilan nya yang sudah seperti gembel dengan pakaian kotor noda darah disekitarnya,namun tidak ada satupun dari mereka yang berniat mendekat untuk menolongnya.
"Kepala gue pusing banget, udah bukan cuma penyakitan sekarang gue juga jadi gembel."umpat Naka memegangi kepalanya yang hampir menggelinding.
"Badan gue rasanya mau remuk ampun banget mata mereka pada buta apa gimana dah kagak lihat orang sekarat gini."keluh Naka, dia tidak bodoh untuk menyadari jika orang yang berlalu lalang memperhatikan nya namun tidak ada satupun hatinya yang tergerak untuk menolongnya.
"Lemes banget, mau tidur dimana gue sekarang mau ke apartemen gue gak punya ongkos sama sekali, mau jalan pun ga mungkin, mama Naka harus gimana lagi Naka udah gak sanggup."
Naka mendudukkan tubuhnya didepan toko yang sudah tutup, matanya memejamkan erat mencurahkan segala rasa lelah dan beban yang berada dipundaknya, dia benar-benar lelah bukan hanya fisik namun juga batinnnya, dia tak memiliki keluarga satupun yang bisa dimintai tolong.
Entah dosa apa yang dia perbuat dimasa lalu sehingga tuhan menghukumnya begitu berat untuk anak seusianya, dia benar-benar tak mengantongi uang sepeser pun bagaimana dia makan untuk malam ini, perutnya benar-benar keroncongan.
"Gue laper."gumamnya pelan, dia bisa merasa perutnya yang mulai perih bisa dipastikan maghnya kambuh mengingat dia belum memakan apapun malam ini.
"Penyakit sialan Dateng diwaktu yang gak tepat."rutuk Naka.
"Gue harus tidur sekarang besok baru gue cari kerja itupun kalau dapet."
Naka membaringkan tubuhnya pelan dengan berbantalan tas berisi pakaian miliknya, matanya mulai menutup seiring dengan ringisan yang keluar dari bilah bibirnya yang tampak pucat.
Wajahnya yang damai membuat siapapun betah untuk menatapnya, bulu matanya yang lentik dengan bibir merah alaminya yang mengeluarkan dengkuran halus.
Sepasang sepatu pantofel yang mengkilat berdiri menjulang tinggi tepat didepannya, kakinya menekuk menyetarakan wajahnya dengan wajah pemuda yang kini sudah menempati ruang dihatinya berdampingan dengan istri tercinta.
"Bawa sekarang sebelum dia terbangun dan memberontak."
"Baik tuan."
Bayar pake voment♡
Janji yang ini gak diunpub lagi ̄³ ̄
KAMU SEDANG MEMBACA
ARBYNAKA
Teen Fiction( Selesai ) . . . Menjadi putra tunggal seorang dokter tidak pernah sekalipun terlintas diotaknya, bahkan dimimpinya pun tak pernah dia harapkan memiliki keluarga yang over dengan kesehatan dan banyaknya alat kedokteran. "Papi diem disitu jangan ger...