"Yang bisa kulakukan hanyalah menunggu. Menunggu sebuah alasan mengapa ia menjauh"
♡♡♡
“La, udah lama gue ga liat Lo sama Moza?” Dengan tatapan bingung Nata menanyakannya.
“Lah, emang gue sama Moza ada apa? Dia emang siapa gue? Kenapa Lo bertanya seakan-akan gue itu pacarnya dia?” ucap Rella aga ga mood hari ini
“Ya kan dia kan sering banget gangguin hidup Lo hahahaha” tawa Nata terjungkal-jungkal.
Garing:v
Rella melanjutkan memainkan ponselnya.
“Eh, Gian tuh udah punya cewek belom si?” Tanya Rella keluar dari suasana heningnya
“Yaampun Rel, Lo ngapain masih nanya-nanya tentang Gian sih?” giliran Nata yang ga mood.
Cowok yang udah pernah nyakitin, masih aja dibahas. Mungkin itu, kekesalan Nata pada Gian. Tapi masih saja Rella terus membahas tentang Gian. Emang ya, kuat banget tuh hati. Udah dilemparin berkali-kali saja masih aja kekeh sama pendiriannya.
“kan gue cuman kepo, apa salahnya si?" Tanya Rella
“Emm.. setau gue sih, dia udah punya, tapi gatau siapa. Kayaknya anak IPA juga deh” ungkap Nata
“Owalah yaudah thanks infonya”
Entah harus percaya apa engga. Rella memfokuskan pada batinnya untuk tidak percaya kalo Gian sudah punya pacar. Nanti tidak ada kesempatan lagi dong.
Hari berganti hari, Moza bahkan belum pernah sekalinya ngechat ataupun calling Rella. Karna dia yakin pasti gabakal diangkat sama Rella.
Ia hanya menanti saat-saat tiba. Rella yang mulai nelfon dia, bukan dia nya. Mungkin ia harus sadar diri, bahwa hati Rella memang masih tercantum nama Gian, belum tertera nama indahnya.
♡♡♡
Setelah pulang dari rumah Nata, Rella mampir di café deket rumah Nata.
Saat ia memasuki café itu, ia terkejut menemukan sosok yang ia cintai dari kecil berada disana.
“Gian? Kenapa dia ada disana?” batin Rella bertanya-tanya.
Rella melihat Gian yang terduduk dibangku pojokan sedang mengamati laptopnya. Rella menghampiri sosok cowok yang kini tengah mengenakan jaket hitam beserta kaos Orange.
“Hi” sapa Rella dengan nada agak dingin tetapi masih diberi senyum.
Gian hanya melirik dan kembali ke laptopnya.
Setelah memesan minuman, Rella pun menyeruput nya sampai habis. Dia mengeluarkan tekad besar untuk ngobrol berdua sama Gian.
Dia berbalik, dan menghadap Gian.
“Eh, gue ga maksud buat gangguin hidup Lo. Tapi gue seriusan cuman pengen nanya alesan lo njauhin gue. gue ga cinta kok sama Lo. Santai aja. Tapi gue gabisa kalo Lo kasarin kek tadi. Lo tau sendiri kan hati gue lemah kalo sama omongan. Jadi, gue bermaksud baik-baik, tanggepi dengan baik-baik juga bisa ga?” ucap Rella lalu menelan ludahnya.
Ia takut apa yang ia ucapkan malah memperkeruh suasana.
Karna tekad yang ia keluarkan malam ini sangat besar buat ngomong sesuatu dengan Gian.
Gian tidak meresponnya sama sekali.
“Gian!” Rella meninggikan suaranya.
“apa?” jawabnya jutek
“Gue nanya Lo baik-baik” ucap Rella mellow
“Gue masih ga bisa buat jelasin semuanya. Oke gue tau gue salah gue minta maaf. Tapi beneran gue gabisa ngasih tau alasannya.”
Suasana kembali hening. Rella benar-benar sudah kehabisan kata-kata untuk melanjutkan pembicaraan itu.
Ia paham akan maksud Gian dan bertekad untuk tetap menunggu jawaban dari Gian. Apapun itu, siap tidak siap. Ia harus siap.
"Btw lo lagi ngerjain apa i?" Tanya Rella sok akur
Ia tahu, mereka layaknya seperti orang asing sekarang. Tapi hal itu, tidak membuat Rella patah semangat untuk tetap melanjutkannya.
"Makalah" jawabnya singkat
"Makalah tentang?" Tanya Rella
"Anatomi tubuh," jawab Gian masih berfokus dengan laptopnya dan tak menatap Rella sama sekali.
"Tulang tulang dong, duh rumusnya susah ga sih?" Tanya Rella
"Engga biasa aja, Lo anak IPS mana tau beginian" ledeknya dengan nada yang masih elegan.
"Enak aja, tetep tahu lah, cuman ga paham aja" jawab Rella tak terima jurusannya di bawa-bawa.
"Sama aja -_-"
Drrrt.. drrt..
Gian memotong obrolannya, lalu mematikan laptopnya.
“siapa? Pacar Lo ya?” tanya Rella
“Gina minta jemput, gue tinggal dulu ya, bye" Gian merapikan tas dan laptopnya lalu beranjak pergi.
Rella hanya mengangguk. Lalu Gian benar-benar telah pergi.
Rella agak happy dikit, karena Gian sudah sedikit berubah nada pembicaraan nya. Dari tinggi menjadi kalem.
Setelah membayar, Rella pun keluar dari café itu.
Dia berniat naik bis. Waktu mencari halte bis, dia malah tersesat.
Ia berjalan terus di suatu jalan yang sangat asing baginya. Taksi saja tidak ada yang lewat. Jalanan semakin sepi, Rella mulai ketakutan.
♡♡♡
See U Mozzarella lovers💖
To Be Continued~📸
Give me Vote and Stay tuned for the story💗🤗
Because he melts more when you approach🌃👑
KAMU SEDANG MEMBACA
MOZARELLA
Teen FictionTerlalu manis saat meleleh Terlalu nikmat untuk dinikmati sendiri. Karna dia, hanya milikku❤