Chapter 18🌻

228 13 7
                                    

Malam hari, Khanza sangat gelisah dengan keputusan yang ia ambil tempo hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam hari, Khanza sangat gelisah dengan keputusan yang ia ambil tempo hari.Ia merenung,sembari memandangi langit malam gulita dan di temani dengan buku pink diary miliknya.

Ceklek....

Khanza mendongak ke arah pintu dan melihat Husain yang tengah berdiri di ambang pintu,lalu berjalan mendekat ke arah dirinya dan duduk tepat di samping Khanza.

Khanza melirik ke arah Husain dengan cemas,secara bersamaan dengan keringat dingin yang telah membasahi wajahnya.

Husain melihat Khanza heran,kenapa dengan adik bungsu nya itu?
Husain
menempelkan tangan nya di kening Khanza,kemudian mengecek ke seluruh wajah.

Tapi hasilnya nihil..

Ia tak mendapatkan apa-apa di sana,hanya saja ia merasa heran dengan sikap Khanza akhir-akhir ini.

"Kamu kenapa nay?" Akhirnya suara berat milik Husain terdengar di telinga Khanza."Ada yang kamu sembunyiin dari mas?"

Khanza menggeleng dengan cepat.

"Terus kenapa hm..?"

" Nayla nggak kenapa-napa mas!". Elak Khanza dan langsung menutup buku diary miliknya dengan cepat.

"Kamu masih takut buat nikah muda?" Pertanyaan yang dilontarkan Husain membuat Nayla terkejut bukan main.

"Jujur sebenarnya saat mas tau kamu akan menikah dengan umur kamu yang masih sangat muda mas kurang setuju Nay,tapi mas nggak bisa berbuat apa-apa".

Khanza bungkam.

"Mas tau dari awal saat Kakek merencanakan ini semua,mas diam-diam mendengar pembicaraan Abi dan Kakek bahkan mas memutuskan buat cari tau sendiri siapa yang akan menjadi calon suami kamu. akhirnya_"

Husain diam, rasanya susah sekali ingin melanjutkan kalimatnya yang masih menggantung dipendengaran Khanza.

"Akhirnya apa mas?"

"Akhirnya...mas tau siapa calon suami kamu,bahkan mas terlebih dahulu mengenal beliau sebelum mas tahu bahwa beliau calon suami kamu" Lirih Husain tak kuasa menahan air mata yang sedari tadi ia tahan agar tidak terjatuh dihadapan Khanza.

Husain memeluk adik bungsunya itu dengan erat,ia menangis dalam diam tak kuasa menerima takdir Allah yang sangat tak disangka-sangka.

"Beliau baik Nay,Demi Allah beliau baik"

Khanza menangis sejadi-jadinya dalam dekapan seorang Husain yang mempunyai sifat kaku terhadap adiknya nya itu.Namun siapa sangka bahwa seorang kakak lelaki lah yang mempunyai sifat pendiam bahkan kaku terhadap keluarga dia lah yang akan mencari tahu terlebih dahulu demi kebaikan keluarga nya,dan akan maju garda terdepan jika ada seseorang yang melukai keluarga apalagi adik perempuan satu-satunya itu.

"In syaa Allah keputusan Nayla diridhoi oleh Allah dan in syaa Allah tepat Nay" Bisik Husain disela-sela ia memeluk Khanza erat.

***

Disebuah masjid bernuansa putih dengan ciri khas Timur Tengah tampak ramai dengan orang-orang yang sedang menjalankan ibadah Sholat Ashar,ada beberapa orang yang sedang melaksanakan sholat Sunnah,mengaji bahkan sebagian orang sedang mengikuti kajian rutin setiap mingguan yang diadakan di Masjid ini.Tak kalah dengan orang dewasa,banyak para anak-anak kecil berlarian kesana-kemari menambah daya tarik dan membuat masjid ini terlihat hidup.Para pengurus Masjid disini pun tak melarang anak-anak untuk bermain-main di area sekitar Masjid.

"Assalamualaikum.."

Lelaki yang tengah fokus dengan Al-Qur'annya menoleh mencari sumber suara.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh" Jawab lelaki tersebut dengan santun.

"Ma syaa Allah, bang Husain" Celetuk lelaki tersebut tak percaya.

Husain tersenyum kemudian ia duduk disamping lelaki yang kini tengah memandangi nya.

"Apa kabar Afif?"

"Alhamdulillah baik bang,bang Husain apa kabar?"

Husain tersenyum kemudian mengangguk.

"Alhamdulillah saya baik"

"Bagaimana dengan organisasi kamu?".Tanya Husain membuka percakapan.

"Alhamdulillah lancar,dan in syaa Allah dalam waktu dekat ini saya akan melaksanakan wisuda kelulusan saya bang" Balas Afif .

"Barakallah Fif, sebentar lagi kamu akan menyandang status suami,wah sepertinya saya kecolongan nii.." Gurau Husain sembari memegang pundak Afif.

Afif terkejut dengan penuturan Husain,ia tak menyangka jika kakak kelas nya ini sekaligus teman akrabnya sudah mengetahui tentang pernikahan dirinya yang tak lama lagi akan dilaksanakan.

"Saya titip Nayla,jaga dia, lindungi dia, kasihi dia seperti dirimu mengkasihi ibumu,yang lebih utama cintai dia dengan mengharap keridhaan Allah SWT.Karena pada hakikatnya pernikahan terjadi atas berdasarkan cinta dan kasih sayang dari Allah SWT."

Afif bungkam.

'mengapa Bang Husain memberi wejangan dan seolah-olah beliau mengenal dengan calon istri Afif?'

Ucap Afif dalam hati.

"Sebenarnya yang akan menjadi calon istri kamu adalah Nayla Khanza Sholehah adik perempuan saya" Ucap Habibi dengan suara lantang.

Afif mendongak tak percaya setelah apa yang diucapkan oleh Habibi.

Jangan lupa vote dan komen yakk!
Bismillah vote dan komenan Mu berkah karena udah ngelakuin hal baik🌻

Salam dari penulis "MWPS"

Dan jangan lupa panggil aku bee 🐝

Vote dan komen yakk



Married With Presiden SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang