"Karena yang akan menjadi calon istri kamu adalah Nayla Khanza Sholehah,adik perempuan saya". Ucap Husain dengan suara lantang.Afif mendongak tak percaya setelah apa yang diucapkan oleh Husain.
"Demi Allah saya ridho dan ikhlas saat saya tahu bahwasanya yang akan menjadi calon suami adik saya adalah kamu Afif". Cetus Habibi yang dengan pandangan lurus.
Afif segera menunduk tak percaya yang akan menjadi istrinya ialah adik dari sahabat karibnya sendiri.
"Maha kuasa Allah,yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya,sungguh takdir Allah yang tak pernah manusia sangka-sangka".
Husain tersenyum melihat ke arah Afif yang masih termangu dengan apa yang barusan ia ucapkan.
"In syaa Allah kheir Afif,saya sudah 3 tahun mengenal kamu,dan saya sudah mengenal adik saya sejak dirinya lahir". Tutur Husain memegang pundak Afif.
Husain segera beranjak dari tempat duduknya kemudian disusul oleh Afif yang kini tengah berdiri di hadapan Husain sahabat karibnya itu.
"Maaf saya tidak bisa berlama- lama, karena akan ada kajian rutin didekat sini". Pamit Husain tersenyum.
Afif mengangguk dan tersenyum.
"Iya bang,saya juga setelah ini ada acara isi pengajian dikampung sebelah"
"Ma syaa Allah! selain jadi ketua organisasi, presiden santri, antum sekarang sudah jadi ustadz kondang rupanya". Ucap Husain dengan kekekan meledek.
"Alhamdulillah bang, sebelum melanjutkan pendidikan ke Al-Azhar, hanya mengisi waktu saya untuk hal-hal bermanfaat ".Balas Afif dengan senyuman.
"Oh yaa malam nanti jadi kan sekeluarga datang ke rumah untuk membicarakan tanggal pernikahan kalian?".Tanya Husain dengan nada yang santai namun berhasil membuat Afif canggung.
Afif mengangguk pelan.
"In syaa Allah bang "
"Ya sudah kalau begitu saya pamit undur diri, Assalamualaikum " Pamit Husain melangkahkan kaki jenjangnya.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh".
***
"Huff malam ini kelurga Kak Ghifari bakal datang ke rumah " Gumam Khanza yang masih bermalas-malas diatas kasur.
Tok..tok..tok..
"Dek.. disuruh bunda tuh kebawah! Katanya disuruh batuin masak buat calon suami " Ledek Habibi berdiri di depan pintu kamar Khanza.
Khanza memutar bola matanya jengah,sudah kesekian kalinya kakak keduanya ini meledek ia habis-habisan dengan sebutan 'wahai istri ku..suamimu ini sangat lapar,jadi tolong masaklah masakan yang enak '
Khanza beranjak dari kasur dan membuka pintu kamarnya dengan kasar.
"Mas Habibi ga capek yaa ledekin Khanza terus-menerus?" Lontar Khanza cemberut.
"Untuk kali ini mas nggak ledekin kok,ini emang beneran.. Adek disuruh bantuin Umma didapur" Papar Habibi sembari menyandarkan tubuhnya dipintu.
Khanza turun dengan malas dan di susul oleh kakak keduanya itu.
"Gini dong anak umma, bantuin ummanya didapur" Cetus Umma yang asik memetik sayuran hijau.
"Bukannya Umma tadi yang nyuruh mas Habibi buat manggil Khanza" Ujar Khanza yang sudah duduk disebelah Umma.
"Haa? Siapa? Umma nggak ada nyuruh Khanza ke dapur ".
Khanza melihat Habibi seperti ingin mencekram dan mencabik-cabik tubuhnya.Habibi yang sadar sedang diperhatikan oleh adiknya itu hanya bisa menahan tawa dan terlihat puas karena berhasil mengerjai adik bungsunya itu.Kalau kata Habibi itung-itung sebelum Khanza jadi istri orang.
"Lagian tanpa disuruh pun kalau Khanza bantu Umma masak, Umma kan jadi seneng.Setidaknya biar kamu nggak bersemedi terus dikamar sama novel-novel fiksi Khanza itu.Iya kan mas Habibi?" Sindir Umma dengan senyum Khasnya.
"Beuh...bener banget Umma,biar dia nggak jadi pengabdi novel hahahah" Timpal Habibi menyempurnakan.
"Khanza nggak gitu kok Umma, Khanza didalam kamar itu nggak selalu baca novel kok,Khanza belajar,baca Qur'an juga" Elak Khanza dengan nada yang sedikit memelas.
"Hem..mana ada itu Umma ,dia cuma bohong aja biar Umma nggak marahin Khanza" sanggah Habibi lagi yang sekarang tengah menowel pipi chuby Khanza.
"Ih..mas Habibi ngeselin bangettt siii...nggak asikk ahh!"
"Buaahahahahhah........"
"Sudah-sudah nanti kalau bercanda terus kapan siap nyaa ini,nanti malam lupa bakal ada keluarga baru yang mau datang?" Komentar Umma
"Mas Habibi duluan Umma yang mulai "
"Kamu juga dek.. seharusnya bantuin Umma bukan jadi pengabdi novel"
"Ish...mas Habibi!"
"Mas..udah ah jangan ledekin adiknya terus kasihan dia.."
"Heheh..iya Umma"
Keluarga Khanza terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing setelah pertengkaran Khanza dan Habibi usai.
"Mas mu kemana ya? Jam segini kok belum pulang?" Tanya Umma kepada kedua anaknya itu.
"Hari ini kan hari Jum'at Umma, biasanya mas Husain ada kajian rutin"
"Astaghfirullah iya Umma lupa"
"Itu tandanya Umma makin cantik kalau lupa" Sahut Habibi tidak nyambung.
"Apaa siii mas nggak ada hubungannya antara cantik sama lupa, ada-ada saja kamu ini" Balas Umma geleng-geleng kepala melihat tingkah anak lelaki keduanya itu.
Jangan lupa vote dan komen yakk!
Bismillah vote dan komenan Mu berkah karena udah ngelakuin hal baik🌻Salam dari penulis "MWPS"
Kalau panggil aku jangan pake Author atau Mimin yaa,mulai sekarang panggil aku bee 🐝
Oke.
Sekian terima positif 🙏🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Presiden Santri
Ficção AdolescenteKehidupan Khanza yang setiap hari selalu di isi dengan kebahagiaan dan keceriaan seperti pelangi yang menghiasi malam dan siang.Namun...... Sekejap berubah!! Berita itu datang Menghampiri bak petir di siang bolong.Dia lelaki yang selalu...