Chapter 20🌻

102 7 2
                                    


Malam ini keluraga Afif berencana akan berkunjung ke rumah kediaman Khanza, acara khitbah sekaligus membicarakan tentang pernikahan mereka.Afif dengan jubah hitamnya ditambah dengan jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya membuat ketampanannya semakin bertambah berlipat ganda.Tak lupa dengan tasbih kesayangan yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi.Afif tersenyum manis melihat wanita cantik nan jelita menuruni anak tangga dengan anggun.

"Bunda!"

"Afif kamu sudah siap nak?" Tanya bunda kepada anak kesayangannya itu.

"In sya Allah Afif siap bunda,dan in syaa Allah Afif ikhlas bund" Balas Afif dengan raut wajah yang tak bisa dijelaskan.

"Wallahi nak kalau kamu ikhlas menerima perjodohan ini bunda akan sangat bahagia,lahir maupun bathin". Tutur Bunda sembari membelai kedua pipi anak kesayangannya itu.

"In syaa Allah bunda,Afif akan menerima perjodohan ini dengan ikhlas bund,dan Afif yakin pilihan kakek untuk Afif in syaa itu yang terbaik,Afif yakin Allah mentakdirkan Khanza untuk Afif itu adalah anugerah terindah yang Allah berikan untuk Afif bund.Memang Afif belum seutuhnya mengenal Khanza tapi in syaa Allah dengan berjalan nya waktu Afif akan mencintai Khanza,menjaga Khanza dan menuntun Khanza dijalan Allah bund." Papar Afif dengan penuh kelembutan.

Bunda memeluk Afif dengan erat,ia sangat bersyukur kepada Allah karena telah dikaruniai seorang anak yang Sholeh, berbakti kepada kedua orangtuanya,tutur katanya lembut yang lebih membanggakan ia adalah putra kandung nya sendiri.Tanpa sadar bunda menitikkan airmata haru sekaligus bangga terhadap putra semata wayangnya.

"Akhem..."

Bunda dan Afif melepaskan pelukan hangat mereka dan mencari sumber suara yang menggangu aktivitas antara ibu dan anak itu.

"Ayah_"

"Gimana semuanya sudah siap?" Ayah berjalan kearah ibu dan dengan raut wajah berseri-seri.

Dengan berat hati,Afif mengangguk.Ia berusaha mati-matian untuk tidak menampakkan wajah gugupnya.

Setelah menempuh jarak setengah jam,Afif dan kedua orangtua tuanya sudah berada di depan rumah bernuansa minimalis.Mereka disambut dengan hangat oleh keluarga Khanza.

"Assalamualaikum" Salam mereka

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh..nah yang kita tunggu-tunggu akhirnya datang!" Jawab Abi girang setelah tak melihat lama sahabat karibnya itu.

Afif menyalami Abi dengan takzim begitu juga dengan umi Khanza,ia menangkupkan kedua tangannya dengan sopan.

Kini para kedua keluarga besar tengah duduk di ruang keluarga dengan santai.Mereka sedang menunggu seorang perempuan dari bilik kamar.

"Umma...Khanza kenapa belum keluar juga? ". Raut wajah Abi yang tampak risau karena anaknya tak kunjung keluar.

"Sebentar lagi anak kita keluar bi..,Abi tenang yaa biar umma panggil Khanza dulu."

Tok..Tok...Tok .

"Sayang! Sudah siap belum nak semuanya sedang menunggu kamu.."

"Iyaa umma..! Khanza sudah siap"

'Aduh  bagaimana ini ya Allah Khanza gugup' . Paparnya dalam hati.

Cklek....

Khanza muncul dari dalam dan menampilkan dirinya sangat cantik dan anggun.

"Maa syaa Allah anak umma cantik sekali" Puji umi

"Umma...Khanza takut!" Cicit Khanza salah tingkah barusan dipuji oleh ummanya sendiri.

"Ada umma sayang,ya udah kalau gitu kita sekarang turun yaa keluarga nak Afif sudah menunggu"

Khanza mengangguk kaku.

Umma dan Khanza menuruni anak tangga dengan penuh semangat,umma yang menggandeng tangan anak perempuannya itu ikut tersenyum dikala semua orang melihat kearah mereka.

Seseorang yang menunggu dirinya pun ikut tertegun melihat perempuan yang berada disebelah umma.Lalu beralih menunduk karena tersadar belum saatnya ia memandang calon istrinya dengan lama.

"Sini duduk sayang,di sebelah Abi!"

Khanza mengangguk.

Kini Afif duduk bersebelahan dengan ayahnya dan tepat di hadapan nya sekarang adalah Abi Khanza.Jangan ditanya betapa gugupnya ia saat ini, tangan nya gemetaran dana panas dingin.Ia baru pertama kali akan melamar putri orang.

Afif menyenggol-nyenggol lengan ayahnya,agar membatu membuka obrolan,ia tak tau bagaimana untuk memulai menyampaikan niat baiknya.

Ayahnya tersenyum melihat tingkah putranya itu,betapa putranya sangat gugup.

"Baiklah disini saya sebagai orangtua dari Muhammad Afif Al-Ghifari  ingin menyampaikan niat baik putra saya satu-satunya untuk melamar anak dari sahabat karib saya  Nayla Khanza Sholehah.In syaa Allah putra saya adalah lelaki yang baik,Sholeh,patuh kepada ayah dan bundanya dan mempunyai tekad yang tinggi dan berusaha menjadi imam yang terbaik untuk Khanza kelak baik didunia maupun diakhirat."

Mendengar penuturan itu Abi tersenyum, mengingat masa remajanya dulu mereka akan menikahkan kedua anak mereka dan akan menjadi besanan.

"Bismillahirrahmanirrahi.Saya Muhammad Afif Al-Ghifari dengan niat karena Allah SWT  dan ridho dari ayah dan bunda ingin meminang Khanza,putri om agar menjadi pelengkap agama saya.Saya berjanji akan memperlakukan Khanza dengan baik dan mulia sebagai mana om menjaga dan merawat Khanza dengan baik".Ucap Afif dengan yakin dan tulus.

"Maa syaa Allah Afif.Tentunya om setuju dengan niat baik kamu.Tapi kembali lagi dengan jawaban Khanza." Abi melirik kearah putrinya dengan tersenyum dan menggenggam tangan putri nya itu.

" Bismillahirrahmanirrahim.Saya Nayla Khanza Sholehah menerima lamaran dari Muhammad Afif Al-Ghifari yang in syaa Allah akan menjadi pelangkap agama saya."

"Alhamdulillah " jawab mereka kompak mendengar jawaban Khanza yang begitu membuat kedua keluarga menjadi tegang.

Afif tersenyum dan menghembuskan nafas lega,ia melirik sekilas ke arah Khanza.

'perempuan yang ada ditaman itu ternyata yang akan menjadi pelengkap hidup saya'

"Cie..adek mas bentar lagi pecah telor." Ledek Habibi menoel lengan Khanza.

"Mas..! Udah ah jangan ganggu adiknya kan jadi malu adiknya." Sahut Umma menimpali.

"Kamu kapan nyusul bi?" Lirik Husain ke arah Habibi dengan muka tanpa berdosa.

Yang ditanya tiba-tiba tersedak saat ia sedang menikmati minuman yang ada digenggamnya.

"Jangan mulai deh mas, seharusnya gue yang nanya lo, lo kapan nyusul? Umur Lo kan lebih tua dari gue"

Mereka yang berada diruangan tertawa melihat tingkah laku adik kakak yang ribut menanyakan kapan mereka menyusul adik bungsunya itu ke jenjang pernikahan.

"Ayo di segerakan mas,nggak sabar ni Abi pengen menantu perempuan"

"Jadi untuk tanggal pernikahan nya kita majukan saja dikarenakan Khanza yang akan melaksanakan ujian bulan depan."

"Kan tidak baik juga kalau seandainya mereka sudah lamaran tapi menunda-nunda lebih lanjut untuk jenjang pernikahan"

"Bagaimana?" Tanya Bima ayah Afif kepada seluruh keluarga besar.

"Tapi om,Khanza ujiannya kan bulan depan jadi kalau seandainya pernikahan nya setelah ujian mungkin nggak jadi masalah." Sambung Khanza tak terima dengan keputusan yang di ambil oleh ayah Afif.

"Lebih baik lebih cepat za" Sahut Abi melirik Khanza.

"Jadi sesuai kesepakatan diawal bahwa pernikahan Afif dan Khanza akan dilaksanakan Minggu depan!"

                                 ***

Hello balik lagiii sama akuuu

🐝Bee

Yok absen dulu dari mana aja nih?
Jangan lupa vote andddd komen yaww

Pokoknya aku bakal rajin update dehh.... serius ✌🏻

Married With Presiden SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang