Chapter 22 🌻

151 9 4
                                    

'Cinta itu karena ada dan terbiasa'Ustadz Dzulkifli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Cinta itu karena ada dan terbiasa'
Ustadz Dzulkifli
.
.
.
بسم الله الرمحن الرحيم


Suasana pondok pesantren Khalid bin Walid tampak tenang dikala adzan dzuhur berkumandang.Para santri sibuk dengan urusannya untuk bersiap melaksanakan sholat dzhur.

Seorang lelaki berperawakan tinggi tengah fokus membenarkan sarung miliknya dengan telaten.Tak lupa dengan peci hitam bertengger diatas kepala menambah kharisma lelaki itu.

Sudah beberapa hari ia belum kembali pulang ke rumah.Entah memang tidak ingat atau karena sibuk sampai ia lupa bahwasanya hari pernikahan dirinya tinggal menghitung hari.

Afif melihat dirinya dari pantulan cermin.Ia tersenyum, sebentar lagi ia akan menjadi suami orang.Diwaktu umur yang masih sangat muda,ia memilih jalan hidupnya untuk menikah.Entahlah,perasaan aneh yang tumbuh didalam dirinya membuat ia yakin bahwa menikah cepat bukanlah persoalan yang mudah.Ia yakin bahwa ia sudah mampu untuk melewati ini semua,baik secara fisik, maupun finisial.Ia begitu yakin takdir Allah lah yang membuat ia sampai di titik ini.

"Ngelamun ajee lu, mikirin apa sii?" 

Afif menoleh ke arah sumber suara yang sangat ia kenali.

"Bentar lagi komat noh,"

Afif melanggang pergi begitu saja,tanpa menjawab pertanyaan dari Iqbal.Ia berjalan dengan santai ke arah masjid tepat dekat dari asramanya.

"Woy....diajak ngomong juga,malah nyelonong pergi gitu aja tuh anak" Dengus Iqbal, lantaran kesal melihat dirinya dicuekin oleh Presidennya.

Sholat dzhur berjamaah berjalan dengan lancar, setelah sholat ,Afif tak langsung kembali ke asramanya.Ia lebih memilih mengambil mushaf dan kini tengah membacanya.Ia membaca Al-Qur'an dengan begitu tenang, ayat-ayat yang ia lantunkan begitu merdu, setiap orang yang mendengarkannya pasti ia akan merasa lebih nyaman dan tenang.

Usai membaca kalam-kalam Allah,Afif beranjak dari masjid dan berjalan menuju kantor, karena akan diadakan rapat oleh pimpinan membahas persoalan tentang kedatangan santri baru.
Di tengah-tengah perjalanan ia bertemu dengan santri-santri yang akan bersiap-siap untuk masuk ke sekolah jam terakhir.Tak lupa para santri menyapa dan tersenyum ke arah Afif, bahkan ada yang sekedar basa-basi menanyakan ia akan pergi ke mana.Afif tersenyum, menjadi presiden di pondok tidak lah mudah,ia harus di tuntut menjadi contoh yang baik untuk adik-adik kelasnya.

Afif yang jarang bicara sekarang harus membiasakan dirinya banyak berbicara didepan semua orang,dan harus terbiasa selalu ramah dan tersenyum.

***

"Afif setelah ini antum ke ruangan saya!" Papar Ustadz Dzulkifli.

Afif mengangguk kemudian berjalan menuju ruangan pamannya itu.

Married With Presiden SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang