Dua Belas

36 4 0
                                    

Hanan benar-benar menjalankan amanat Gita dengan baik. Ia mengantar Laura, hingga gadis itu memasuki rumahnya dengan selamat. Setelah Laura hilang dari pandangannya, barulah laki-laki itu pergi dengan seutas senyum yang mengiringi.

Ia merasa menang dan suasana hatinya sedang dalam kondisi yang sangat baik. Untung saja wajahnya tertutupi kaca helm, jadi mau tersenyum hingga wajah kelu pun tidak masalah.

Setibanya di rumah, Mia—Mama Hanan—menyambut putranya sambil membawa sepiring croffle dengan hiasan potongan strawberry di atasnya.

"Hanan ... makan dulu yuk, lihat Mama tau yang bikin. Khusus buat kamu," ajak Mia seraya menuntun putranya untuk duduk di sofa.

Hanan mengambil sepotong croffle itu kemudian menggigitnya perlahan. Mia masih memandangi wajah sang putra yang sangat mirip dengan Papanya.

"Mama, Hanan bawa ke kamar ya. Thank you Mom." Laki-laki itu merebut croffle yang dibawa Mia kemudian berlari ke kamarnya.

Siang ini benar-benar menyenangkan.

Di kamar, Hanan memeluk bonekanya sambil menikmati camilan. Tangan kanannya aktif menggeser beranda media sosialnya. Tiba-tiba sebuah notifikasi membuat dahi laki-laki itu mengernyit.

Hnko.Mkra meminta untuk mengikuti anda

"Aih si Hana ganggu kesenangan hidup gue aja," gumam Hanan lalu mengabaikan notifikasi tersebut.

Kali ini masuk sebuah notifikasi lagi. Namun, membuat mood Hanan meningkat drastis. Laki-laki itu mengulum senyuman kemudian menenggelamkan wajahnya di perut boneka beruangnya.

"Diam Laura!" pekik Hanan yang masih memeluk bonekanya.

Dengan senyuman yang belum luntur. Laki-laki itu membuka pesan dari Laura sambil menahan senyum yang nyaris menjadi tawa.

Lauraaaa
Han, thanks ya udah nganterin aku pulang
Gara² Mama kamu kerepotan
Emang si Mama, harusnya aku naik motor sendiri aja

Untuk pertama kalinya setelah beberapa saat, Laura mengirim pesan yang cukup panjang untuk si mantan. Hanya untuk ini, gadis itu rela menurunkan egonya.

Hari beranjak malam. Mentari telah tenggelam, digantikan sang raja malam yang mulai menampakkan pesonanya. Di bawah langit yang gemerlapan, seorang gadis dengan rambut yang dibiarkan terurai tengah melantunkan beberapa lagu diiringi dengan petikan gitar.

Di taman depan rumah, Laura sengaja membuat konten untuk YouTube nya. Tak membutuhkan beberapa kali take video singkat itu telah jadi. Namun masih belum sempurna.

Setelah selesai dengan urusan konten. Laura membuka media sosialnya dan menekan tombol live. Gadis itu ingin berbincang santai bersama para penggemarnya.

"Halo semua ..." sapa Laura dengan senyum yang ceria. Seolah tidak ada apa-apa. Padahal itu hanya sebuah topeng saja.

Gadis itu kerap merasa hampa. Tiap hari selalu ditinggal sang Mama untuk mencari nafkah. Papanya yang telah berpulang beberapa tahun silam, membuatnya semakin merasa kosong.

Kadang ia berpikir, seandainya sang Papa masih ada, hidupnya tidak akan sekosong saat ini.

Ia memiliki Papa sebagai pengayom sekaligus cinta pertamanya. Juga Mama sebagai guru dan partner curhatnya.

Tidak seperti sekarang, dimana Mamanya berangkat pagi-pagi buta. Kemudian pulang ketika malam telah larut. Jika tidak bersekolah, nyaris seharian Laura terkurung dalam sangkar kesepian.

Laura masih mendiamkan penggemarnya hingga penonton live nya mencapai seratusan. Barulah gadis itu mulai aktif.

Membaca komentar penggemar yang kebanyakan menanyakan bagaimana kondisinya hingga kapan mengunggah video baru di kanal YouTube.

"Kak Laura kapan nih upload Yt?"

"Kakak sehat?"

"Kak coba nyanyi dong"

Itu hanya secuil dari ratusan komentar para pengikut media sosialnya.

"Oh, kalian mau aku nyanyi. Boleh mumpung gabut, mumpung ada gitar juga." Gadis itu memainkan gitarnya dengan lihai.

Ia tersenyum sekilas ke ponselnya kemudian perlahan melantunkan lagu milik Mahalini yang berjudul Sisa Rasa.

Tanpa Laura sadari, Hanan juga turut melihat live nya. Pas ketika gadis itu menyanyikan reff lagu yang sedang ia bawakan. Meski nadanya tinggi, Laura tetap bisa membawakannya dengan apik.

Tak sedikit, yang memuji kelihaian bernyanyi Laura. Termasuk Hanan yang berkomentar, "kapan-kapan nyanyi satu lagu khusus buat gue ya".

Untungnya tidak ada pengikut Laura yang menyadari komentar dari Hanan.

Tiba-tiba ada hewan kecil yang memasuki hidung Laura. Membuat gadis itu bersin. Ia sontak menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Namun, ketika ia melepaskan tangannya. Ia mendapati darah yang mengotori telapak tangan. Laura meraba atas bibir dan benar saja, terdapat darah di sana.

Sebelum banyak yang berkomentar. Laura langsung mengakhiri live nya tanpa salam apapun.

Hanan yang semula santai sambil senyum-senyum menonton live Laura. Mendadak terkejut, kemudian ia langsung bangkit dari tidurnya.

Dengan sedikit tergesa juga khawatir, Hanan mengirim pesan pada Laura. Untuk menanyakan kondisinya. Ini sudah kedua kalinya, Laura mimisan di depan Hanan.

Karena tak kunjung mendapat balasan. Hanan berniat untuk menghampiri gadis itu di rumahnya. Takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Namun, sebelum Hanan berangkat. Ponselnya berbunyi. Dengan cepat, laki-laki itu langsung membukanya.

Lauraaaa
Tenang, sehat Han. Kayaknya cuma kecapean doang
Aku mau istirahat dulu, pusing dikit soalnya

Hanan kembali melepas jaketnya dan menghempaskan tubuhnya ke kasur. Semoga saja hanya kelelahan.

🐻🐻🐻

Laura terkejut dengan keberadaan Gita yang tengah membuat roti bakar sembari menyeduh susu hangat. Gadis itu duduk di kursi ruang makan kemudian melirik jam tangannya.

"Ma, udah jam enam lebih dua puluh Mama enggak berangkat?" tanya Laura heran.

Gita hanya diam. Wanita itu mendatangi sang putri sambil membawa sebuah nampan berisi dua potong roti bakar dan dua gelas susu hangat.

"Mama pengen sarapan bareng sama kamu. Buat menebus kesalahan Mama selama ini. Terhitung hari ini hingga setelahnya, Mama janji akan lebih fokus sama kamu. Karena sekarang Mama cuma punya kamu Sayang," ujar Gita lembut.

"Makan dulu, habis itu kita berangkat. Mama antar," sambung wanita itu.

Meski masih sedikit kebingungan, Laura menurut saja. Setelah menghabiskan roti juga susunya, ia mengikuti Gita yang lebih dulu keluar rumah.

Di sekolah, Hana juga baru tiba diantar supir pribadinya. Gadis itu tampak berbeda dengan rambut yang sengaja diikat ke atas hingga menampakkan lehernya.

Ketika Hana keluar, tidak sedikit murid laki-laki yang terpesona dengannya. Laura yang menyaksikan hal tersebut hanya meliriknya sekilas kemudian memasuki gerbang sekolah sambil berjalan menunduk.

Tiba-tiba Hana datang kemudian menepuk pundak Laura sangat keras. Sehingga gadis itu jatuh tersungkur. Rok pendeknya sedikit terangkat membuat lututnya langsung menyentuh tanah.

"Aww," lirih Laura.

"Eh, maaf." Hana membantu Laura untuk berdiri. Ia memegang tangan kanan Laura kemudian menariknya pelan.

"Sorry Lau, enggak sengaja. Niatnya cuma mau nyapa doang. Beneran gue minta maaf," ulang Hana sambil memasang ekspresi yang menurut Laura terlihat menggelikan.

Namun, bagi kaum adam yang melihatnya. Hana tampak sangat imut.

"Iya enggak apa-apa. Aku duluan ya." Laura pergi begitu saja tanpa berniat melanjutkan pembicaraan bersama Hana.

Lututnya yang sedikit lecet ia tahan supaya dapat menghindari Hana. Entah mengapa ia merasa tidak nyaman berada di dekat gadis yang katanya ratu media sosial itu.

"Ra, lutut lo kenapa?" tanya seorang laki-laki yang berdiri di depan Laura.

02.60 [ 𝐄𝐍𝐃 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang