ʜᴀʏᴏᴡᴡᴡ ʙᴇsᴛɪ
ᴀᴘᴀ ᴋᴀʙᴀʀ?
sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ғᴏʟʟᴏᴡ, ᴋᴏᴍᴇɴ ᴅᴀɴ ᴠᴏᴛᴇ ʏᴀ!🤡🍒~o0o~
𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
~o0o~
"Kau tak sadar jika kau sendiri sudah tua?" ejek Jeno yang tak tahan dengan suara Edward yang terus mengganggunya.
Edward melirik sekilas. Dengan tiba-tiba, ia menendang pelan tulang kering Jeno. "Yah! Berhentilah mengejek ku, sialan"
Jeno mengaduh kesakitan. Di usapnya bekas tendangan Edward di kakinya.
"Ternyata mulut mu masih sama seperti dulu. Bagaimana jika rakyat mu tau kalau Raja yang diagungkan itu seperti ini? haha"
"Aku seperti ini hanya di depan mu, Zino!" jengkel Edward.
"Biasa saja, aku mengerti"
"Edward, jalan perlahan!" titah Jeno menendang bokong pria itu. Sekalian pembalasan atas kelakuan Edward tadi.
Edward mendelik tajam. "Kau pikir aku sekarang sedang apa?!"
Apakah sahabatnya itu tak bisa melihat? Jangan-jangan selama tak bertemu, Jeno mengalami kebutaan? Membayangkan membuat Edward prihatin terhadap Jeno.
Melihat Ekspresi Edward yang tiba-tiba berubah sedih, Jeno memilih untuk berjalan mendahului.
"Maksudku, perhatikan langkahmu. Kita harus berhati-hati. Kita tidak tau apa saja yang ada di dalam bangunan yang kita pijaki sekarang"
Namun lagi-lagi dengan mendadak, Edward meloncat ke punggungnya dan mengaitkan kedua kakinya di perut Jeno.
"Turun. Berhentilah membuat ku kesal, Edward" Jeno menahan kesal setengah mati.
Mereka berdua itu benar-benar tak ingat umur. Padahal sudah tak muda lagi, tapi tingkah mereka seakan-akan masih merasa seperti remaja. Jika kalian adalah teman dari Edward dan Jeno, tentunya kalian tak akan asing dengan pemandangan yang dibuat oleh dua pria itu.
Edward mendengus. Ia menurut, kemudian turun dari punggung Jeno.
Mereka berdua terus berjalan. Mungkin karena sudah terlalu lama berkeliling dan tak bertemu titik terang, Edward sedikit merasa lelah.
"Sudah berapa lama kita berjalan?" tanya Edward yang memecahkan kehenginan.
Jeno melirik jam yang bertengger ditangan kirinya. "30 menit"
"Kita tidak menemukan jalan keluar hingga sekarang" ucap Edward pasrah.
Jeno pikir-pikir, Edward lah yang duluan ada di sini. Bisa jadi ia tahu jalan keluar bukan? "Kau tak tahu dimana jalan keluarnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUSCYARI (COMPLETE)
Teen FictionLUSCYARI By : 𝓐𝓽𝓱𝓲𝔂𝔂𝓪𝓱 𝓛𝓮𝓼𝓽𝓪𝓻𝓲 Kanaya Frisya Diantoro, gadis ini selalu berkhayal bertemu pangeran berkuda putih dan hidup bak dinegeri dongeng. Lalu apa jadinya jika semua khayalan itu terwujud ? Awal petualangan Kanaya dimulai saat...