3. Istana dan Mereka

866 511 120
                                    

ʜᴀɪ ʜᴀɪ ʜᴀɪ ᴋᴇᴛᴇᴍᴜ ʟᴀɢɪ ɴɪʜ (。>‿‿<。
sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ғᴏʟʟᴏᴡ, ᴋᴏᴍᴇɴ ᴅᴀɴ ᴠᴏᴛᴇ ʏᴀ!🤡🍒
ᴛᴇʀɪᴍᴀᴋᴀsɪʜ<𝟹

ʜᴀɪ ʜᴀɪ ʜᴀɪ ᴋᴇᴛᴇᴍᴜ ʟᴀɢɪ ɴɪʜ (。>‿‿<。 )sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ғᴏʟʟᴏᴡ, ᴋᴏᴍᴇɴ ᴅᴀɴ ᴠᴏᴛᴇ ʏᴀ!🤡🍒ᴛᴇʀɪᴍᴀᴋᴀsɪʜ<𝟹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~o0o~

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

~o0o~

"Kita dimana?" Kanaya menatap kagum sekelilingnya. Ia hanya diam tak percaya. Tempat ini terasa asing baginya. Ia tak bisa menyebutnya sebagai rumah. Bentuk bangunannya, interiornya, pernak- perniknya, dan semuanya sangat begitu antik dan mewah. Ia tak bisa menjelaskan semuanya secara rinci, terlebih dirinya sendiri sudah kebingungan.

"Diem, ga usah banyak tanya"

Galak banget sih- batin Kanaya kesal.

Mula-mula suasana hening sedikit terganggu oleh suara decitan pintu. Seorang perempuan bergaun kuning blonde datang mendekati mereka berdua. Tampak sekali raut khawatir tertuju kepada laki-laki itu.

"Yang Mulia, anda dari mana?" tanya perempuan itu pada laki-laki disebelah Kanaya.

Kening perempuan itu menyengrit heran. Ada seorang gadis dikamar laki-laki itu. "Gadis ini? Siapa dia?" sambungnya penasaran sambil menunjuk Kanaya.

Laki-laki itu menoleh mengamati Kanaya. "Berkeliling mencari udara segar, dan dia? Saya tidak mengenalnya"

Kanaya tak berkutik sama sekali. Gadis itu membuang pandangannya kearah samping. Ada benarnya jika laki-laki itu tidak mengenalnya. Tetapi-Ah sudahlah, ia kembali menatap laki-laki itu.

"Ayo lah ibu, berhenti memanggil ku Yang Mulia. Kita hanya berdua disini"

Merasa dirinya tak dihitung, Kanaya berdeham tak terima. Bisa-bisanya laki-laki itu tidak menganggap dirinya. "Ehem"

Tersadar jika dirinya membawa pulang seseorang, ia lantas membenarkan ucapannya. "Maksud ku bertiga, ya bertiga"

Perempuan itu hanya tersenyum lembut kepada keduanya. Mereka terlihat sangat cocok. Ia hanya sedikit terkejut melihat anaknya pulang membawa seorang gadis. Seumur hidupnya, ia tak pernah melihat anaknya berteman dengan seorang gadis. Jangankan berteman, untuk berkenalan pun sungkan. "Kemarilah"

Kanaya menurut mendekati perempuan itu.

"Bagaimana kau bisa kenal dengan anakku? Bahkan dia membawa mu ke istana ini" tanya prempuan itu tersenyum menggoda kearah laki-laki itu.

LUSCYARI (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang