》Happy Reading《
Setelah kepergian gadis yang tidak dikenalnya itu, ia menatap dua buah permen di telapak tangannya.
"Nih bayaran untuk kamu, karena udah nolongin Bulan dari preman-preman tadi. Tapi... Bulan jadi takut lagi. Takut pas Bulan pergi dari sini, Bulan ketemu sama preman-preman lainnya di jalan nanti."
Ucapan gadis itu seakan terngiang-ngiang ditelinganya. "Untuk apa gue peduli?" ucapnya kemudian membalikkan badannya hendak masuk kembali ke dalam rumah yang ia beri nama 'Basecamp' itu.
Namun, langkahnya terhenti saat wajah ketakutan gadis itu terbayang diingatannya. "Ck, ngerepotin aja!" Akhirnya laki-laki itu membalikkan badan dan memasukkan dua buah permen pemberian gadis tadi ke dalam saku jaketnya.
Sebelumnya ia memberi pesan kepada para anggotanya untuk tidak mengapa-apakan dua preman tadi, dan meminta mereka untuk menunggunya datang dan memberi eksekusi kepada kedua preman yang telah mengusik ketenangan mereka.
Setelah itu ia segera mengambil motornya untuk menyusul gadis yang terus berputar dikepalanya.
Di tempat lain, Bulan terus berjalan mengikuti langkah kakinya, sampai ia berada di perempatan jalan. Bulan berhenti dan menatap ketiga jalan terpisah itu, ia jadi bingung arah rumahnya itu kemana? Lurus, belok kanan, atau belok kiri? Ini semua salah preman itu, gara-gara preman itu yang terus mengejarnya hingga ia berlari tanpa memperhatikan jalan dan berakhir tersesat seperti ini.
"Bulan harus jalan kemana yah? Lurus, belok kanan, apa belok kiri? Bunda... tolongin Bulan, Bulan bingung mau jalan kemana," ujar Bulan dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Di depan sana, dua orang berbadan besar berjalan menghampiri Bulan yang sedang mengusap air matanya.
"Wih, ada mangsa baru nih bro!" ujarnya pada sang teman.
"Yoi, sikat lah!" seru temannya.
Baru saja mereka melangkah hendak mendekati mangsanya, namun langkahnya urung saat melihat seseorang yang berada di belakang gadis itu.
"Bro, mending kita putar balik aja!" ujarnya pada sang teman.
"Lah emang ngapa? Lo takut sama tuh orang? Cemen lo! Kita kan berdua, dia cuma sendiri. Lagipula badan kita lebih gede, ngapain takut!" ujar temannya angkuh.
'Plukk'
Dia menabok kepala temannya yang bersikap angkuh itu. "Bukan masalah badan kita gedenya pe'ak! Lo gak lihat noh!" Ia menunjuk sebuah ujung pistol yang mengintip dari balik jaket seseorang yang berada di belakang mangsanya.
"Kalo lo mau mati sekarang sih, yaudah sono, lo sendiri aja. Gue masih mau hidup ye!" ujarnya.
"Enak aja! Yaudah yuk cabut, daripada kita berdua mati sebelum kawin!" ujar temannya.
Kemudian kedua preman itu berbalik badan dan kabur.
"Ck, bocah! Sampai kapan lo mau nangis di situ?" ujarnya membuat Bulan yang sedang sesenggukan itu menoleh.
"Lo-loh kamu? Ka-kamu ngapain di-sini? Bu-kannya tadi kamu nyuruh aku pergi? Ngapain kamu nyusul a-aku segala?" ujar Bulan terbata akibat sesenggukan.
"Ck, cepet naik! Sebelum gue berubah pikiran!" titahnya sembari menatap malas gadis yang sedang mengusap air matanya bak anak kecil itu.
"Motor kamu ketinggian, Bulan susah naiknya!" ujar Bulan.
"Terus? Lo berharap gue gendong?" Bulan menggeleng cepat.
"Tapi kan... Bulan pake rok, nanti kalo kelihatan gimana?" ujar Bulan dengan polosnya.
Laki-laki itu menaikkan satu alisnya. "Lo ngode supaya gue pinjamin jaket gue untuk diikatin kepinggang lo gitu? Gak usah mimpi!" tegasnya.
Bulan mengerucutkan bibirnya. "Gak usah mancing! Cepet naik!" ujarnya kala melihat bibir merah berisi itu condong kedepan.
Mau tak mau Bulan berjalan mendekat dan berusaha untuk naik ke atas motor laki-laki yang tidak tahu siapa namanya. Melihat dari spion motornya kala gadis itu tak kunjung naik ke atas motornya membuat ia menghembuskan napasnya pelan.
"Naik motor gini aja lo gak bisa!" serunya kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Bulan naik ke atas motornya.
"Yah kan ini pertama kalinya Bulan naik motor yang tempat duduknya tinggi. Jadi yah kamu harus memaklumi kalo Bulan agak lama naiknya!" protes Bulan.
"Gak usah salahin motornya! Salahin badan lo yang mirip kurcaci itu!" sergahnya membuat Bulan menatapnya jengkel dan dengan refleks menggeplak pelan helm yang dikenakannya.
"Shit! Berani-beraninya yah lo, kurang ajar sama gue!" umpatnya.
"Habisnya sih, kamu seenaknya ngatain Bulan kurcaci! Bulan tuh udah tinggi tau! 149 CENTI METER!! Itu tuh udah tinggi banget!" ujar Bulan yang nyaris berteriak.
Laki-laki itu berdecak kala mendengar teriakan gadis di belakangnya, untung dirinya memakai helm, bisa dibayangkan jika ia tak mengenakan helm, maka sudah dipastikan gendang telinganya akan pecah mendengar teriakan gadis di belakangnya.
Laki-laki itu menatap ke arah spion dimana paha mulus gadis itu terpampang jelas dipenglihatannya. Maka karena tidak ingin membuat matanya sakit, laki-laki itu melapas jaketnya tak lupa menarik resleting saku di dalam jaketnya yang terdapat sebuah benda yang selalu ia bawa agar tidak diketahui oleh gadis yang duduk di belakangnya.
"Nih! Gak usah geer, gue cuma gak suka lihat cewek yang suka pamer paha, murahan!" ujarnya seraya memberikan jaketnya kepada gadis di belakangnya.
Alis Bulan menukik tak terima dikatai murahan oleh laki-laki yang menawarinya tumpangan itu, bukan menawari lebih tepatnya memaksa.
"Enak aja! Ini tuh karena Bulan duduk makanya roknya agak ketarik! Lagipula Bulan gak murahan yah! Emang kamu bisa beli ginjal Bulan yang seharga miliyaran ini? Belum lagi ditambah organ tubuh Bulan lainnya yang jauh lebih mahal! Jadi jangan pernah ngatain Bulan murahan! Karena Bulan itu mahal!" tukas Bulan tidak terima.
Laki-laki itu merotasikan matanya karena kecerewetan gadis yang bernama 'Bulan' itu.
"Bawel, cepet pakek!" titahnya.
Bulan segera mengambil jaket itu untuk menutupi pahanya karena ia duduk menyamping.
"Pegangan!" titahnya lagi membuat Bulan memegang samping kaos hitamnya.
"Udah!" seru Bulan.
"Gue bukan tukang gojek!" protesnya.
"Terus Bulan harus pegangan dimana?" tanya Bulan dengan polosnya.
"Ck, terserah lo mau pegangan dimana!" pasrahnya.
Bulan melingkarkan tangannya diperut laki-laki itu, membuat laki-laki yang belum diketahui namanya terdiam merasakan tangan gadis itu melingkar diperutnya.
Ini first untuknya membonceng perempuan dan sedekat ini, sebelumnya ia belum pernah merasakan jantungnya berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya.
Keterdiamannya itu disadarkan oleh suara perut keroncongan milik gadis di belakangnya. "Hehe, maafin yah, Bulan belum makan dari pagi soalnya!" ujar Bulan.
Laki-laki itu tidak menjawab dan segera menyalakan mesin motornya untuk mengantar gadis itu pulang ke rumahnya.
To Be Continnued
![](https://img.wattpad.com/cover/301659153-288-k238549.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive BoyFriend [ New Version ] END
Teen Fictionselamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapannya. "Huft... akhirnya preman-preman itu udah pergi," gumam gadis pemilik mata indah itu. "Makasih ya...