Jangan lupa vote dan spam komen untuk part selanjutnya>>>
Terima Kasih💖
》Happy Reading《
Setelah beberapa saat, kini Bintang kembali dengan membawa sebotol air mineral dan juga tisu. Namun, netra Bintang mengikuti arah pandang Bulan yang membuat gadis itu sedari tadi terdiam."Liatin siapa?" tanya Bintang yang menyadarkan Bulan dari lamunannya.
"Hah? Nggak! Nggak liatin siapa-siapa kok," dalih Bulan agar Bintang tidak khawatir. Mungkin itu hanya perasaannya saja, pikir Bulan.
Bintang hanya mengangguk saja dan menarik tangan Bulan untuk menuju kursi taman.
"Duduk!" titah Bintang yang membuat Bulan bingung.
"Katanya kita mau pergi? Kok kamu suruh aku duduk di sini?" tanya Bulan yang dihadiahi tatapan datar dari Bintang.
Tanpa banyak bicara, Bintang segera mendudukkan Bulan di kursi taman dengan dirinya yang berjongkok menatap luka yang ada di lutut kaki Bulan.
"Lain kali gak usah gegayaan lari, kalo bisa jalan yah tinggal jalan aja, jarak kelas lo ke parkiran gak nyampe sejam juga. kaki lo itu pendek! Jadi banyak kemungkinan kalo lo lari, bakal sering nyusruk kaya gini!" omel Bintang membuat Bulan mendengus kesal karena tidak terima dikatai oleh Bintang jika kakinya pendek.
Bulan menggerakkan kakinya hingga membuat Bintang terdorong dan terduduk di atas tanah. Bintang cengo dengan apa yang Bulan lakukan padanya.
"Enak aja ngatain kaki Bulan pendek! Kaki kamu aja yang kepanjangan kayak jerapah!" sarkas Bulan.
Bintang berdehem dan segera kembali ke posisi berjongkok. "Bisa galak juga yah, lo."
Setelah mengatakannya Bintang membasahi tisu yang ia beli dengan air mineral lantas menempelkannya pada luka di kaki Bulan dengan sesekali meniupinya. Bulan yang melihat perhatian Bintang itu merasa ada yang aneh dengan hatinya, tapi ia tidak mengerti apa artinya itu.
Bintang sudah selesai mengobati luka Bulan segera mendongak menatap Bulan yang juga tengah menatapnya. Sadar akan netra yang saling menatap satu sama lain membuat detak jantung keduanya berdebar lebih cepat dari biasanya.
Bulan segera mengalihkan pandangannya ke arah lain karena merasa aneh dengan jantungnya yang berdetak tak karuan.
Sedangkan Bintang tersenyum sangat tipis karena menyadari jika Bulan sedang salah tingkah. Bintang beranjak dan mengulurkan tangannya pada Bulan.
"Heh, lo masih ada janji sama gue!" ujar Bintang tiba-tiba untuk mencairkan suasana.
Bulan terlihat gelagapan dan segera meraih tangan Bintang, namun karena terburu-buru Bulan lupa jika lututnya sedang terluka alhasil ia hampir saja terduduk lagi kalau Bintang tidak menahan pinggangnya.
Bulan memejamkan matanya karena terlalu malu untuk menatap Bintang dengan keadaan sedekat ini. Berbeda dengan Bulan, Bintang malah tersenyum geli karena gemas akan tingkah Bulan.
"Mau sampe kapan gini terus?" ujar Bintang yang menatap ke arah lain, membuat Bulan membuka matanya perlahan.
Bulan segera melepaskan dirinya dari pelukan Bintang dengan gugup. Bintang yang sadar akan kecanggungan yang terjadi, segera menyerahkan botol air mineral dan tisu pada Bulan kemudian berjalan lebih dahulu meninggalkan Bulan yang masih berdiri di tempat.
"Kapan kita pergi kalo lo masih berdiri di situ?" teriak Bintang yang menyadarkan Bulan dari lamunannya.
~~~
Setelah menempuh perjalanan menuju kedai bakso langganan Bintang, kini keduanya sampai di tempat yang dituju.
Bulan turun dari atas motor Bintang begitu juga dengan Bintang yang memarkirkan motornya.
Bintang berjalan lebih dulu diikuti oleh Bulan yang berjalan tertatih di belakangnya.
"Mang, kayak biasa dua porsi," ujar Bintang pada penjual bakso langganannya.
"Siap Den! Mangga, duduk dulu." Bintang mengangguk dan menyusul Bulan yang sudah duduk dengan santai.
Saat Bintang berjalan menghampirinya, Bulan tiba-tiba teringat akan pesan Cilla yang menyuruhnya untuk berhati-hati pada Bintang.
"Aduh, Bulan harus gimana yah? Tapi, sejauh ini Bintang belum ada tuh nyakitin Bulan atau jahatin Bulan. Malah, dia bantuin Bulan lagi tadi," ujar Bulan dalam hati.
Bintang menaikkan satu alisnya kala Bulan menatapnya tanpa berkedip. "Saking sukanya sama gue, sampe gak kedip gitu lo natap gue," celetuk Bintang membuat Bulan tersadar dari bayangannya.
"Eh, enak aja! Siapa juga yang suka sama kamu! Bulan gak suka sama cowok galak, ketus plus narsis kayak kamu!" tukas Bulan membuat Bintang terkekeh geli.
"Lo yakin sama omongan lo? Sekarang lagi musim orang kemakan omongannya sendiri," ujar Bintang sebelum penjual bakso datang mengantarkan pesanan mereka.
"Berdua lagi Den, piling Mamang mah gak pernah meleset, langgeng-langgeng yah." Setelahnya penjual bakso itu berlalu dari sana karena ada pembeli yang memanggilnya.
Kali ini Bintang tidak tersedak karena dia belum memakan baksonya. Tapi kali ini, Bintang menatap Bulan seolah menyetujui ucapan penjual bakso tadi.
Bulan yang tadinya menatap kepergian penjual bakso kini beralih bersitatap dengan Bintang yang menatapnya penuh arti.
"Ke-kenapa kamu lihatin Bulan kayak gitu? Jangan-jangan kamu lagi yang suka sama Bulan!" tuduh Bulan membuat Bintang merasa tertantang dengan ucapan Bulan.
Bulan mulai menyeruput kuah bakso miliknya hingga sebuah kata yang keluar dari mulut Bintang membuatnya tersedak.
"Kalo iya gue suka, gimana?" jawab Bintang atas ucapan Bulan tadi.
Bulan segera menyeruput es teh manis miliknya yang untungnya diantar berbarengan dengan baksonya tadi.
"Gue cuma bercanda, gak usah anggap serius!" Dengan santai, Bintang memakan bakso miliknya seakan tidak terjadi apa-apa setelah ia berkata barusan.
Cowok emang gitu tsayy, suka bercyandaaa ><
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive BoyFriend [ New Version ] END
Teen Fictionselamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapannya. "Huft... akhirnya preman-preman itu udah pergi," gumam gadis pemilik mata indah itu. "Makasih ya...