06🌟

39K 1.7K 93
                                    

Jangan lupa vote dan spam komen untuk part selanjutnya>>>

Terima Kasih💖

》Happy Reading《

"Bintang?" ucap Bulan yang memandang wajah laki-laki itu nyaris tak berkedip.

Laki-laki itu tersenyum tipis, sangat tipis hingga jika tidak melihatnya dengan teliti maka senyum tipisnya tidak akan terlihat.

"Gue Langit!" ujar laki-laki itu yang terdengar tegas.

Bulan mengerjap pelan, sedangkan mang Ujang dibuat bingung dengan keadaan yang mendadak canggung ini.

"Eum, non Bulan berangkat sama den Langit aja yah, sementara mang Ujang beresin mobilnya dulu," ujar mang Ujang membuat Bulan menoleh ke arahnya.

"Tapi nanti kalo Bunda nanyain mang Ujang gimana?" tanya Bulan.

"Nanti biar gue yang jelasin ke orangtua lo," jawab Langit yang diangguki setuju oleh mang Ujang.

¤¤¤

Kini Bulan dan laki-laki bernama Langit itu telah sampai di sekolahan. Tampak banyak sekali pasang mata yang menatap ke arah keduanya. Karena bagi mereka ini adalah pertama kalinya bisa melihat sosok 'Langit' yang terkenal anti dekat-dekat cewek sekarang datang ke sekolah bersama dengan seorang cewek yang tampak asing bagi mereka.

"Eh, itu beneran Langit?" tanya salah satu Siswi pada temannya yang tengah memperhatikan Langit dengan gadis asing itu.

"Menurut lo? Lihat noh, seragamnya rapih gak kayak yang satunya!" timpal temannya.

"Oh iyah, beda banget! Hapal juga lo cirikhas buat bedain keduanya." Kedua Siswi itu lanjut bergosip dengan teman-temannya.

"Jadi, sebenernya kamu itu Bintang atau Langit sih? Kemarin aja, kamu kenalan sama Bunda bilangnya nama kamu Bintang, sekarang berubah lagi. Dasar cowok gak jelas!" tukas Bulan yang lagi dan lagi dibuat bingung oleh sikap laki-laki di hadapannya.

"Menurut lo?" Langit menaikkan satu alisnya memebuat Bulan mendengus.

Langit memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana sembari menelisik penampilan gadis di hadapannya yang lebih cocok menjadi bocah SD ketimbang anak SMA.

"Lo anak baru?" tanya Langit membuat tatapan Bulan sedikit melunak.

"Kok tau? Kamu tukang kayang yah?" tebak Bulan yang bermaksud mengatakan 'CENAYANG' pada Langit.

Langit menyentil dahi Bulan pelan. "Cenayang? Dasar bocah!" Setelahnya Langit berjalan melewati Bulan.

Namun Bulan tidak tinggal diam dan terus mengikuti langkah Langit, hingga kini keduanya sampai di depan ruangan yang bertuliskan 'R. KEPSEK' itu.

Langit mengetuk pintu ruangan tersebut dan mendapat seruan dari dalam untuk masuk.

"Permisi, Bu?" ujar Langit saat setelah membuka pintu.

Memperlihatkan seorang Wanita berkacamata menatap ke arah Langit dan Bulan. "Iyah Langit, ada apa?" tanya wanita itu yang ternyata Kepala Sekolah SMA Cakrawala.

Langit pun masuk ke dalam diikuti Bulan di belakangnya. "Saya membawa murid baru," jawab Langit seraya menoleh ke arah Bulan yang ada di sampingnya.

"Oh iyah, anaknya Bu Aliza? Namanya Bulan kan yah? Silahkan duduk!" titah Kepsek itu pada Bulan seraya mempersilahknnya untuk duduk.

Langit mengkode Bulan lewat gerakan dagunya untuk duduk. Dengan mata yang tidak beralih dari tatapan Langit, Bulan duduk di hadapan Kepsek itu dengan perasaan sedikit ragu.

"Kalo gitu, saya permisi ke kelas!" pamit Langit yang hendak pergi namun Bulan segera beranjak dari duduknya dan menahan lengan Langit.

"Jangan tinggalin Bulan sendirian. Bulan takut!" ujar Bulan terdengar lirih sembari menggenggam erat tangan Langit.

Langit dan Kepsek itu saling tukar pandang sebelum tatapannya menetap pada manik hitam yang tampak berkaca itu. "Lo gak sendirian, ada Bu Hasna selaku Kepsek yang bakal nemenin Lo," ujar Langit yang hendak melepas cekalan Bulan dari tangannya namun nihil, karena Bulan sangat erat menggenggam lengannya.

Bulan menggeleng dengan hidung yang sudah memerah. "Anterin Bulan pulang aja, Bulan takut. Bulan mau sama Bunda aja," lirih Bulan dengan suara gemetar.

Langit sedikit memiringkan kepalanya melihat sikap aneh gadis yang baru dikenalnya beberapa menit yang lalu itu. "Lo bukan anak TK lagi, gak seharusnya lo bersikap kaya gini!" tegur Langit yang merasa sikap Bulan terlalu kekanakkan.

Bulan menggeleng dengan bibir yag melengkung ke bawah. "Bulan mau pulang aja! Anterin Bulan pulang lagi!" rengek Bulan dengan air mata yang meluruh begitu saja.

Bu Hasna selaku Kepala Sekolah sekaligus penanggung jawab seluruh Siswa/i di sekolah menghampiri Bulan berniat menenangkannya. Karena sebelumnya Bu Hasna juga sudah mengetahui alasan kenapa sikap Bulan seperti ini, Bunda Bulan sudah menceritakan semuanya saat awal mendaftarkan Bulan di sekolahan ini.

"Bulan, tenang yah. Pasti! Nanti Bunda Aliza akan datang. Tapi sebelum itu, Bulan ngobrol sama Ibu dulu yuk, sebelum nantinya Bulan bertemu dengan teman-teman baru Bulan," tutur bu Hasna yang selembut mungkin.

Langit saja sampai bingung melihat sikap bu Hasna yang biasa tegas kini menjadi lembut.

Pintu ruangan diketuk membuat semua atensi mengarah pada seseorang yang baru saja datang.

"Maaf, saya terlambat," ujar seseorang itu yang ternyata Aliza, Bunda Bulan.

Bu Hasna tersenyum menyambut kedatangan Aliza. "Tidak apa Bu. Kebetulan Ibu datang tepat waktu," ujar bu Hasna.

Bulan yang mengetahui kedatangan Bundanya segera memeluk sang Bunda untuk meredam ketakutannya.

"Bunda, Bulan takut, Bulan mau pulang aja," ujar Bulan dalam pelukan Bundanya.

"Loh sayang, kenapa huh? Kemarin semangat banget mau sekolah, kenapa sekarang jadi takut? Kenapa? Ada apa sayang?" tanya Aliza yang merasa khawatir dengan sikap anaknya.

"Gak mau Bunda, Bulan takut, tadi ada orang badannya besar, Bulan takut!" adu Bulan membuat ketiga orang dewasa itu tampak saling berutukar tatap.

"Loh nak Bintang?" ujar Aliza saat netranya bertemu tatap dengan Langit.

Langit hanya bisa tersenyum tipis dan mengangguk samar untuk membalas sapaan Wanita yang tidak tidak dikenalnya itu.

"Bulan jangan takut yah Sayang, kan di sini ada banyak orang, lagipun ada Ibu Kepala Sekolah dan juga Bintang, yang akan jagain Bulan di sini yah?" Aliza mengurai pelukan sang anak untuk bisa menatap wajah memerah anaknya akibat menangis.

Bu Hasna ingin menjelaskan pada Aliza bahwa Siswanya ini bernama 'Langit' bukan 'Bintang' seperti yang dimaksud. Namun keadaan tidak mendukung, alhasil ia hanya bisa membantu untuk menenangkan Bulan.

Langit memberanikan diri untuk memegang tangan Bulan hingga membuat Bulan menatap ke arahnya dengan masih sesenggukan.

"Gak perlu takut, gue akan nemenin lo, kapanpun lo mau." Langit menatap Bulan untuk meyakinkan Bulan jika selama ada dirinya, tidak akan ada hal berbahaya yang terjadi.

Dan tangis Bulan berhenti tergantikan dengan tatapan yang sedikit menggemaskan menurut Langit. Ingat hanya SEDIKIT yah temand-temand.


To Be Continued


Possesive BoyFriend [ New Version ] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang