11🌟

30.9K 1.3K 126
                                    

Jangan lupa vote dan spam komen untuk part selanjutnya>>>

Terima Kasih💖

》Happy Reading《

Bintang telah selesai makan lebih dulu, berbeda dengan Bulan yang bergerak santai tengah menikmati kuah bakso yang tinggal setengah, sedangkan baksonya ia hanya mencicipi beberapa saja, sehingga masih tersisa banyak beserta isiannya.

"Buat apa lo beli bakso, tapi yang lo cicipin cuma kuahnya doang?" Bintang menatap heran ke arah Bulan sembari bersedekap dada.

"Kata Bunda, kita harus mendahulukan hal-hal yang biasa dulu, baru kita akan merasakan hal luar biasa pada akhirnya. Sama kayak, Bulan habisin kuahnya dulu, baru Bulan makan bakso yang luar biasa enaknya ini!" seru Bulan dengan ceria seraya melanjutkan kembali kegiatan makannya.

"Bisa-bisanya kepikiran," ujar Bintang sangat pelan tanpa sepengetahuan Bulan.

Tanpa mengalihkan pandangannya dari Bulan, diam-diam Bintang mengulas senyumnya. Kenapa baru sekarang ia bertemu gadis seunik Bulan, yang mampuh menjadi alasan untuk setiap senyuman yang terbit dari bibirnya.

Bintang mengulurkan ibu jarinya untuk membersihkan sudut bibir Bulan dari sisa makanan. Bulan tampak spechless dengan apa yang Bintang lakukan padanya.

"Kayak bocah, makan aja belepotan!" cibir Bintang sembari fokus membersihkan sudut bibir Bulan.

Sudah bersih, bukannya menarik kembali ibu jarinya, Bintang kini malah gagal fokus dengan bibir berisi berwarna merah muda alami milik Bulan, sampai membuatnya meneguk ludah.

"Sial! Perasaan apa ini?" Bintang segera menarik tangannya dari wajah Bulan dan mengalihkan pandangannya ke arah lain karena ada yang lain dengan jantungnya yang kian berdegup kencang.

"Kenapa?" tanya Bulan dengan wajah polos alaminya.

Bintang menoleh dan menatap malas ke arah Bulan. "Cepet habisin makanan lo! Waktu gue gak hanya untuk lo, masih banyak hal yang harus gue lakuin." Bintang beranjak dari duduknya menuju penjual bakso untuk membayar semuanya.

Bulan yang bingung hanya menatap kepergian Bintang saja sembari memikirkan suatu hal. "Apa Bintang, punya pacar yah?" Satu pertanyaan lolos dari mulut Bulan kala menatap punggung tegap milik Bintang.

Bukannya menghabiskan makanannya, Bulan malah melamun sembari menatap baksonya yang mungkin sudah dingin. Bintang datang dan terheran melihat Bulan yang tengah melamun, menatap lalat yang sedang berkenalan di atas meja.

"Hem!" Bintang berdehem untuk menyadarkan Bulan, namun itu tidak berhasil.

"Ck, heh!" Bintang menyentuh lengan Bulan dengan jari telunjuknya dan berhasil, Bulan menatap ke arahnya dengan sedikit terkejut.

"Bukannya selesain makan, malah ngelamun!" Bintang menyentil dahi Bulan membuat sang empu memberenggut.

"Bulan kenyang, tapi baksonya masih banyak. Kata Bunda, Bulan gak boleh buang-buang makanan, katanya itu mubadzir! Dan lagi, diluar sana bahkan ada yang rela menahan lapar karena gak punya uang untuk beli makan, tapi Bulan yang bisa beli makan, malah buang-buang makanan," tutur Bulan terdengar sedih.

"Yaudah habisin!" jawab Bintang, namun tiba-tiba Bulan menarik tangan Bintang hingga terduduk di samping Bulan.

Bulan mendorong mangkuk baksonya hingga sampai di hadapan Bintang. "Bantuin Bulan yah, untuk habisin baksonya, pliss?" Bulan menatap Bintang memohon.

Seakan tatapan Bulan menghipnotisnya, sampai Bintang tidak berkedip melihat tingkah Bulan yang sangat menggemaskan menurutnya, rasa-rasanya Bulan pantas menjadi penghuni kedua di apartemen miliknya, setelah dirinya sendiri.

"Gak! Gue udah kenyang!" tolak Bintang mentah-mentah membuat Bulan menurunkan bahunya lesu.

Bintang yang sadar jika Bulan mendadak tidak bersemangat itu jadi merasa bersalah.

"Tangan gue mager... suapin!" ujar Bintang menatap Bulan sekilas dan setelahnya mengalihkan pandangan ke arah lain saat Bulan menatapnya dengan kembali sumringah.

"Okee!" Dengan semangat, Bulan menyedokkan baksonya untuk naik ke atas sendok, lalu mengarahkannya ke arah mulut Bintang.

Bintang membuka mulutnya menerima suapan bakso dari Bulan lalu mengunyahnya. Tak sampai di situ, Bulan juga melakukan hal yang sama seperti Bintang, yaitu membersihkan sudut bibir Bintang hingga tangan mungil yang lembut itu menyentuh ujung bibirnya, membuat detak jantungnya kini berdebar semakin kencang.

Saat Bulan hendak menarik tangannya, Bintang lebih dulu menahannya hingga membuat keduanya saling bertatap cukup lama sebelum Bintang mengatakan sesuatu.

"Jangan salahkan gue kalau suatu saat nanti. Hal yang gak mungkin terjadi, bisa aja terjadi!" Seperti halnya untuk menjadikan lo sebagai, milik gue. Lanjut Bintang dalam hati.

~||~

Setelah selesai menghabiskan bakso milik Bulan, Bintang beranjak berdiri karena perutnya sudah begah akibat menghabiskan dua mangkuk bakso sore ini.

Bulan mengeluarkan uang dari dalam saku seragamnya, kemudian memberikan uaang berwarna merah kepada Bintang. "Nih uangnya, buat bayar bakso, sisanya ambil aja buat upah, karena kamu udah bantuin Bulan berkali-kali hari ini," ujar Bulan.

Bintang menatap sinis pada Bulan. "Cih, simpen duit lo, gue tunggu diparkiran!" ujar Bintang kemudian berlalu dari sana meninggalkan Bulan yang terdiam.

"Tadi minta ditraktir, sekarang malah disuruh simpen uangnya." Bulan menatap bingung ke arah uangnya.

Setelah bertanya pada penjual bakso untuk membayar pesanannya, ternyata Bintang sudah membayar semuanya. Bintang memang susah untuk ditebak.

Dengan berjalan cepat, Bulan sampai di parkiran dengan Bintang yang sudah menunggunya di atas motor.

Tanpa banyak bicara, Bintang langsung memberikan Bulan hlm dan membantunya untuk naik ke atas motor. Selama diperjalanan, tidak ada yang memulai percakapan, hanya ada keheningan saja diantara mereka.

Hingga Bintang membelokkan motornya ke arah perumahan Bulan. Bulan turun tanpa banyak basa basi dan langsung menyerahkan hlmnya kepada Bintang.

"Makasih untuk hari ini. Maaf juga karena udah rela buang-buang waktu kamu untuk Bulan," ujar Bulan tanpa bersemangat kemudian hendak meninggalkan Bintang, namun Bintang segera mencekalnya.

"Kenapa?" tanya Bintang tiba-tiba.

"Kenapa apanya?" tanya Bulan balik.

"Kenapa muka lo murung gitu? Gue ada salah ngomong sama lo?" Bintang menatap Bulan yang enggan menatapnya.

"Nggak ada kok. Katanya ada banyak hal yang mau kamu urus, yaudah sana pulang!" ujar Bulan yang terdengar ketus.

"Lo ngusir gue?" Bulan menghela nafas lelah. "Oke, gue juga bakal balik, tanpa lo suruh." Bintang segera mengenakan helmnya dan memundurkan motornya membuat Bulan terheran sendiri.

Sabar yah Bulan, ini masih awal.

Menurut kalian Bulan lebih cocok sama...

Langit or Bintang?

Atau cowok misterius yang diam-diam mengintai Bulan siang tadi?

To Be Continued

Possesive BoyFriend [ New Version ] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang