13. Clear the problem

5.8K 427 43
                                    

==========
Don’t Plagiarism!!!!
Karya ini milik pribadi siamatiranrasa, mari saling menghargai!
==========

==========Don’t Plagiarism!!!!Karya ini milik pribadi siamatiranrasa, mari saling menghargai!==========

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, Peeps!


Mungkin Aleya memang sudah kehilangan kewarasannya, tak cukup kejadian kemarin saat ia refleks memeluk Taka, ketidakwarasannya semakin bertambah dengan mengajak Taka ke apartemennya. Lihatlah, bagaimana bisa pria yang beberapa bulan lalu masih berharap bisa Aleya bunuh, sekarang duduk tenang sambil tersenyum di sofa ruang tamu apartemen Aleya.

"You look so gorgeous today!" ucapan spontan Taka membuat Aleya memutar bola mata malas.

"Aku gak mempan sama pujian Taka"

Taka terkekeh, padahal ucapannya tulus untuk memberikan pujian pada Aleya tentang betapa cantiknya wanita di sampingnya itu.

"Lihatnya gitu amat, makan nih maaf aku cuman punya buah" Aleya menyuguhkan sepiring buah di hadapan Taka.

Taka meraih garpu dan mulai menikmati buah yang di hidangkan Aleya "Mau air putih aja juga nggak apa-apa, selama di temenin kamu semua rasanya enak"

Aleya hanya bisa berdecak mendengar ucapan yang keluar dari mulut Taka, betapa mudahnya gombalan terucap dari mulut pria itu, apa Taka tidak pernah berpikir jika ucapan seperti itu di ucapakan oleh seseorang yang akan segera menikah dan objek dari ucapan itu adalah perempuan lain yang bukan siapa-siapa. Aleya tak mau kelak malah di anggap perebut calon suami orang, jika sampai Anneke tahu bagaimana kelakuan calon suaminya itu di hadapan Aleya.

"Jadi mau cerita sekarang?"

Taka memfokuskan perhatian sepenuhnya, ia menatap Aleya dalam-dalam menyadari bagaimana bisa ia melepas wanita di hadapannya itu dahulu. Menarik nafas pelan, Taka siap menceritakan semuanya, ia tak ingin Aleya terus hidup dengan pikiran bahwa karena ia Taka memutuskan berpisah padahal kenyataannya Taka lah masalah sebenarnya.

"Yang akan aku ceritakan nanti mungkin akan buat kamu berpikir betapa pengecutnya aku, tapi bagaimanapun aku akan tetap cerita, aku nggak mau kamu terus menerus menyalahkan diri kamu sendiri, ketika letak kesalahan sebenarnya adalah aku

"Aku sakit Lea, aku mengalami infertilitas. Kebiasaan aku sebelumnya, merokok, minuman keras, kurang tidur dan stress menjadi penyebab semuanya. Jika kamu pikir, aku menerima perjodohan kita karena terpaksa kamu salah Lea. Sejak awal memang aku yang meminta untuk di jodohkan dengan kamu, aku begitu bahagia waktu kamu ikut setuju dengan perjodohan itu. Aku sudah bisa membayangkan bagaimana kehidupan rumah tangga kita yang bahagia, tapi semua impian runtuh seminggu sebelum acara pernikahan kita hasil check up aku keluar, dokter bilang aku mengalami masalah kesuburan, aku mandul Aleya"

Aleya terpaku di tempatnya, ia tak pernah menyangka jika Taka mengalami hal itu "Saat mengetahui kenyataan itu yang paling pertama muncul di kepala aku itu kamu Aleya, aku gak bisa menyampaikan kenyataan itu dan melihat kamu mengasihani aku. Selama semingguan itu aku kebingungan, sampai akhirnya keputusan Paling tidak bertanggungjawab itu muncul di kepala ku. Aku gak bisa menyampaikan kenyataan tentang penyakitku ke kamu, dan menceraikan kamu tepat di malam pertama kita menjadi keputusan yang aku ambil meski pada akhirnya aku menyesalinya. Setelah ketuk palu di sidang perceraian kita, dokter mengatakan jika aku memiliki kemungkinan untuk sembuh. Jadi, ucapan aku malam itu tidak benar-benar bermaksud melukaimu Aleya. Sebab kenyataannya akulah masalahnya disini, aku yang terlalu pengecut dan tanpa sadar ternyata malah semakin menyakiti mu"

Aleya tertegun, harusnya Taka membicarakan semuanya sejak awal. Aleya bukan perempuan picik yang menikahi Taka demi anak, ia tulus menerima perjodohan karena mencintai pria itu. Aleya bahkan mungkin akan berada di sisi Taka selama proses pengobatan pria itu, tapi Aleya mengerti penilaian Taka terhadapnya adalah karena mereka belum cukup mengenal satu sama lain. Waktu pertemuan pertama mereka dengan hari pernikahan terbilang cukup singkat, hingga pada akhirnya mereka tak menyadari jika mereka kurang dalam hal komunikasi dan semua ini akhirnya terjadi.

"Bagaimana keadaan kamu sekarang? Apa pengobatan kamu berhasil?"

Antaka tak habis pikir, bisa-bisanya Aleya masih memikirkan keadaannya saat ia menyakiti perempuan itu begitu dalam. Taka menganggu sebelum tersenyum tulus yang di balas Aleya sama "Berkat usaha yang kuat, aku berhasil sembuh Aleya"

"Syukurlah, untuk semua yang sudah terjadi di masa lalu biar tetap di sana saja. Terima kasih karena kamu sudah mau menceritakan semuanya, mungkin dulu kita belum sama-sama begitu mengenal hingga akhirnya tak tahu harus menyikapi masalah seperti apa. Jadikan ini sebagai pelajaran Ka, dan aku berharap kebahagian untuk kamu dan Anne di pernikahan kalian nanti" Aleya berusaha mengucapkan kalimat itu dengan ikhlas, meski jujur mendapati kenyataan tentang semuanya membuat Aleya berharap satu hal, jika saja Taka kembali dalam hidupnya tanpa embel-embel calon suami orang, mungkin akan ada kesempatan kedua untuk mereka.

Aleya menepis jauh-jauh pemikiran itu, disini Aleya hanya harus menempatkan diri sebagai teman bukan mantan istri yang diam-diam masih mengharapkan Antaka kembali.

Taka tersenyum jahil yang luput dari perhatian Aleya "Terima kasih atas doanya Aleya, jangan aja kamu sampai cemburu lihat aku nikah sama Anne"

"Dih, kepedean kamu! Kenapa juga aku harus cemburu?"

"Siapa tahu kan, mungkin aja kamu belum move on dari aku"

Aleya memutar bola mata malas, sepertinya Taka sudah kembali ke mode jahilnya "Yang dari kemarin sibuk cari perhatian siapa yah? Bukannya kamu, jadi yang belum move on siapa sebenarnya?"

"Kalau aku sih emang belum move on, aku udah pernah bilang kan kalau aku cemburu lihat kamu sama Rifaldi?"

Gila! Apa-apaan ucapan pria itu, Aleya bisa mendengar bagaimana degupan kencang di dadanya. Aleya terdiam memperhatikan wajah Taka yang saat ini tengah menengadah sambil memejamkan mata, Aleya mencoba mencari tahu apakah ucapan pria itu serius atau hanya bercanda.

"Bercandaan kamu gak lucu Taka!"

"Aku gak bercanda Aleya, lihat apa wajah aku keliatan bercanda" Aleya membeku di tempat saat tangan Taka meraih kedua pipinya agar mengarah tepat berhadapan dengan wajah pria itu.

"Aku serius Aleya, demi Tuhan aku cemburu. Bahkan saat ini, satu-satunya hal yang ingin ku lakukan adalah mencium bibirmu dengan gila"

Nafas Aleya naik turun, dan kewarasannya yang pelan-pelan menghilang membuatnya mengambil keputusan gila "Do it Taka"

To Be Continued.

To Be Continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hi Antaka!

Hi yeorubun!!

Maaf baru bisa update, sebenarnya aku udah mau update tapi jaringan di kampungku nggak bersahabat, makanya jadi telat gini huhuhu.

Hope you enjoy, and wait for a while for another update!

Don't forget to vote and comment.

F O L L O W  M E !

Salam sayang, WH.

unEXpected!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang