24. Firenze

1.7K 148 14
                                    

==========
Don’t Plagiarism!!!!
Karya ini milik pribadi siamatiranrasa, mari saling menghargai!
==========

==========Don’t Plagiarism!!!!Karya ini milik pribadi siamatiranrasa, mari saling menghargai!==========

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hola, Peeps!

Aleya menghirup pelan udara pagi di kota ini, rasanya menenangkan. Jauh dari hiruk pikuk kota metropolitan, Aleya bersyukur memilih kota dengan banyak arsitektur renaissance ini sebagai tujuan. Firenze, salah satu daerah yang berada di negara Italia, tempat para seniman-seniman dunia berasal, dengan bangunan-bangunan megah ala masa renaissance, menjadikan kota ini sebagai pilihan yang tepat untuk memenangkan diri. Selain itu, tidak akan ada yang mengira Aleya akan berada disini, maka upaya Aleya untuk bersembunyi sementara waktu akan berhasil.

Menyeruput segelas kopi yang dibuatnya sendiri, Aleya menikmati paginya. Tepatnya dua minggu sudah Aleya disini, yang dilakukannya setiap hari adalah menikmati secangkir kopi setiap pagi setelah melakukan olahraga santai dengan mengelilingi daerah yang di tempati Aleya sekarang. Selain itu, ia juga tetap bekerja. Aleya tetap berkomunikasi dengan Chiko perihal pekerjaan, Chiko hanya tahu jika Aleya tidak sedang berada di Indonesia tanpa tahu dimana tepatnya ia berada. Jadi komunikasi mereka tidak lebih hanya membahas pekerjaan, Chiko juga sempat cerita soal Taka yang datang ke kantor mencari Aleya, tapi sebelum pegawainya itu berbicara banyak soal Taka, Aleya sudah lebih dulu meminta Chiko untuk tidak melanjutkan membahas soal pria itu.

Berada di kota ini serasa menikmati hidup, Aleya yang sekarang tidak lagi sensitif soal makanan, jadi punya banyak kesempatan untuk mencicipi berbagai macam makanan khas kota Firenze. Di Minggu pertama ia menginjakkan kaki, Aleya sibuk mencicipi banyak makanan sampai akhirnya ia bisa sendiri dan memilih untuk tinggal dirumah yang sudah di sewanya. Tepatnya di sebuah desa bernama Panzano, Aleya memutuskan untuk tinggal sementara disini.

Menikmati hidup sendirian tidak serta merta membuat Aleya tenang. Ia masih memikirkan soal sahabat-sahabatnya serta keluarganya. Mereka mungkin dilanda kebingungan akan keberadaan Aleya, pasalnya tak seorang dari orang terdekatnya Aleya beritahu kemana dirinya pergi. Sebenarnya Aleya sudah mempertimbangkan selama dua Minggu ini, dan pada akhirnya ia memutuskan untuk mengabari orangtua, Indri, Ringga dan juga Ara. Aleya yakin mereka bisa memahami keputusan Aleya dan bisa memberi Aleya waktu sebanyak yang Aleya butuhkan.

Aleya meraih ponsel, suara berdering diujung sana terdengar dan tak lama kemudian suara seseorang terdengar.

"Halo, dengan siapa?"

"Indri, ini gue Aleya" Aleya bisa merasakan jika sepupunya sedang dalam keadaan kaget.

"Ale-ale! Lu dimana hah? Kenapa pergi gak bilang-bilang, lu pikir gue juga orang jahat hah? Sampai lu tega banget pergi tanpa ngasih tahu gue, padahal gue sepupu lu loh, Tuhan"

Aleya tersenyum, ia merindukan omelan Indri. Akhirnya Aleya menjelaskan semuanya, alasan kepergiannya yang mendadak. Indri tak banyak bicara, ia hanya mengingatkan Aleya untuk terus berkabar, seperti yang Aleya tebak sepupunya itu mendukung keputusannya. Setelahnya Aleya juga mengabari orangtuanya, memberi tahu mereka kalau ia baik-baik saja, syukurlah orangtua Aleya memahami pilihannya.

Setelah itu Aleya mengabari dua sahabatnya, responnya tidak jauh beda dari Indri. Di awali dengan mengomel, berakhir dengan dukungan. Sesuai yang Aleya harapkan, sekarang ia bisa lebih menikmati hidup di tempat ini. Tak ada yang perlu Aleya khawatirkan, ia cukup menjalani hari-harinya di negeri para seniman ini.

*****

Two months later . . .

Matahari terbit di Panzano adalah mahakarya, Aleya menikmatinya sambil berjalan santai mengelilingi desa. Ia berencana mencari sarapan diluar, dua bulan berada di negara ini membuat Aleya familiar dengan banyak hal. Seperti sekarang, ia sedang mengantri untuk membeli burger paling laku disini. Burger yang dijual cukup banyak peminat, terlihat dari antrian yang cukup panjang. Aleya menunggu giliran sambil mendengar musik dari earphone miliknya.

Antrian semakin berkurang, giliran Aleya semakin dekat, ia terlalu fokus pada ponsel dan antrian sampai tidak menyadari jika seseorang disampingnya sedari tadi memperhatikan Aleya. Tiba giliran Aleya, ia memasukkan pesanan dan menunggu pesanannya dibuat. Tak sampai beberapa menit pesanan Aleya siap, setelahnya ia membayar sebelum melangkah pergi dan memutuskan kembali ke rumah.

Rasanya seperti diikuti, membuat Aleya sesekali berbalik ke belakang tapi tidak menemukan siapapun disana. Memutuskan untuk tidak peduli, Aleya melanjutkan langkahnya menuju rumah, badannya sudah terasa lengket dan Aleya butuh membersihkan diri segera.

Sesampainya dirumah, tanpa pikir panjang Aleya membersihkan diri setelah menghabiskan sisa burger yang dibelinya. Hari ini Aleya berencana jalan-jalan, ia ingin menikmati gelato sambil memandangi hirup pikuk kota Firenze.

Tinggal sendiri selama dua bulan ini juga membuat Aleya kadang kesepian, tak ada siapapun yang ia kenal di tempat ini. Saat merasa kesepian seperti itu, yang Aleya lakukan adalah menelpon sahabat-sahabatnya atau sekedar berkencan dengan dirinya sendiri, hal itu cukup membantu mengurangi sepinya. Meski kadang ia masih sering teringat soal Taka, tak bisa dipungkiri memang pengaruh pria itu pada hidupnya sangat besar. Bahkan meski di mulutnya Aleya selalu bicara soal bagaimana ia membenci Antaka, jauh di dasar hatinya Aleya masih memiliki cinta pada pria itu. Kadang kala Aleya merutuki keadaan, mereka selalu di pertemukan di situasi yang salah dan berakhir saling menyakiti satu sama lain.

Enggan berlarut-larut dengan kesedihan, Aleya segera bersiap untuk berangkat. Ia akan menikmati kencan dengan dirinya sendiri hari ini, dan berharap semua hal akan jadi lebih baik setelahnya.

Menikmati kota sambil sesekali mengambil gambar ternyata cukup menyenangkan dan membunuh kebosanan Aleya. Setelah puas berkeliling, Aleya memutuskan mengakhiri kencannya dengan menikmati gelato sambil menikmati akhir hari. Aleya memutuskan membeli gelato di salah satu toko paling terkenal ditempat ini, setelah antri beberapa saat tiba giliran ia untuk mengajukan pesanan. Pilihannya jatuh pada gelato dengan tiga varian rasa.

"Thank you sir" ucap Aleya sopan.

"Can I get gelato that same with this beautiful lady, Sir?" Aleya berbalik menatap si pemilik suara, dan respon yang bisa tubuhnya lakukan adalah mematung.

Di hadapannya berdiri menjulang, sosok yang paling di hindarinya, alasan dari keberadaannya di kota ini. Antaka Putra Dasa, dengan senyum paling mengagumkan miliknya, berada tepat dihadapan Aleya yang terpaku dengan pikiran kosong.

"I Miss you Aleya"

Damn it!

To be continued.

Atuh siapa yang gak gagal move on kalau modelan Taka-nya gini 😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Atuh siapa yang gak gagal move on kalau modelan Taka-nya gini 😭

Halo, miss me?
Ada yang masih nungguin gak sih, sorry for late update. I've been busy for college, sorry dear.

Don't forget to vote, comment and follow me!

p.s love you all ❤️

unEXpected!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang