==========
Don't Plagiarism!!!!
Karya ini milik pribadi siamatiranrasa, mari saling menghargai!
==========Halo, peeps!
Taka tak bisa menahan senyumnya sejak tadi pagi, bangun dan mendapati Aleya di apartemennya adalah impian yang selalu ada di harapan Taka. Meski di awali dengan argumen karena Aleya yang kekeuh untuk pulang sendiri tadi pagi, tapi tetap saja tak mengubah suasana hati Taka hari ini. Sejak tadi ia begitu menikmati kegiatan memasaknya di dapur restoran miliknya, meski Aron terus-menerus menatapnya aneh Taka tak peduli sama sekali.
"Ron, hari ini cuacanya cerah banget yah"
Aron makin menggeleng, sepertinya Taka memang sedang tidak baik-baik saja "Kayaknya lu perlu ke dokter deh Ka, di luar mendung gitu lu bilang cuaca cerah, aneh lu"
"Masa sih? Salah lihat kali lu"
Aron menyerah, terserah Taka saja mau seperti apa. Daripada tertular kegilaaan Taka, Aron memilih kembali ke ruangannya. Taka yang melihat kepergian Aron meminta head chef melanjutkan pekerjaannya dan ia menyusul Aron ke ruangan pria itu.
"Ngapain lu disini Ka? Gue menghindari lu yah, gak mau gue ikutan gila"
Taka dengan santai duduk di sofa menyamankan diri "Terserah gue dong, kan yang punya resto gue"
"Iya deh, gue cuman babu lu disini" Aron juga ikut bergabung setelah mengambil minuman kaleng di pendingin yang memang ia sengaja simpan di ruangannya.
"Gue lagi seneng banget hari ini Ron, tambahin bonus untuk semua gaji pegawai yah"
Aron hampir tersedak minumannya "Parah, gue harus berterima kasih sama orang yang jadi alasan lu berubah jadi malaikat gini"
"Gak perlu, gue gak mau cowok manapun ketemu sama dia"
"Jadi cewek? Siapa perempuan kurang beruntung itu?" Aron berubah antusias, pasalnya jarang sekali Taka bersikap seperti saat ini.
Taka mendelik menatap tajam sahabatnya itu, membuat Aron cengengesan "Mantan istri gue, Aleya"
"Gila! Jangan berharap lebih deh Ka, gue lihat mantan lu itu kayaknya benci banget sama lu"
Taka mengedikkan bahu acuh "Kalau benci, kenapa dia bela-belain datang ke apartemen gue malem-malem"
"Beneran!? Ngarang lu pasti"
"Semalam dia nginap di apartemen, semalam maag gue kambuh dan gue nelpon dia. Gak lama dia datang dengan cuman pakai piyama, kayaknya dia khawatir banget deh sama gue"
Arin merasa kasihan dengan Taka, sepertinya bosnya itu terlalu percaya diri "Gue bukannya mau ganggu suasana hati lu nih, tapi Aleya lagi makan di luar--"
"Lu gak bohong Ron?"
"Tapi sama Rifaldi Lesmana Ka" lanjut Aron, seketika wajah Taka berubah merah padam.
Pria itu bangkit dari duduknya, berniat menghampir Aleya dan Rifaldi di luar.
"Mau kemana lu?"
"Nyamperin mereka, apalagi?"
Aron menahan langkah Taka "Jangan aneh aneh Ka, mereka pelanggan. Lu nggak mau ngerusak citra restoran lu kan, dan juga lu sama Aleya gak ada hubungan apa-apa. Aleya bisa tambah benci sama lu"
Taka hanya bisa melampiaskan kekesalannya pada kaleng minuman yang sudah kosong, benar kata Aron, Aleya mungkin akan semakin tak menyukainya jika ia mengkonfrontasi Rifaldi.
"Udah lepasin gue Ron, gue mau ke kamar mandi"
Aron menggeleng menatap punggung Taka yang hilang di balik pintu, cinta sungguh mampu mengubah suasana hati seseorang dalam sekejap.
Taka meninju pelan pinggiran wastafel, ia butuh meluapkan kemarahannya. Ia memandangi cermin dan menatap dirinya yang begitu menyedihkan, andai saja dulu semua tetap baik-baik saja mungkin saat ini ia dan Aleya sudah memiliki anak.
"Gue nggak serius kali sama dia, Aleya tuh cuman selingan. Gue mau runtuhin harga diri dia yang sok jual mahal ke gue, cantik sih tapi bekas orang. Gue denger kalau dia udah pernah nikah sebelumnya, yakali gue mau sama janda" kalimat itu di akhiri tawa, berasal dari salah satu bilik toilet.
Beberapa menit kemudian seseorang keluar dari bilik itu, dan sesuai dengan tebakan Taka si pemilik suara adalah Rifaldi Lesmana. Rasanya Taka ingin segera memberi bogeman mentah di wajah sialan pria itu, tapi sekuat tenaga Taka menahan diri.
"Eh Antaka kan?"
Taka memaksa diri untuk tersenyum "Lu sama siapa Fal kesini?"
"Biasa, sama cewek yang kemarin. Tuh cewek sok jual mahal banget, belum aja gue cekokin drugs, tepar dia"
Rifaldi keluar lebih dulu, Taka bisa melihat kemarahan di matanya yang terpantul oleh cermin di hadapannya. Bisa-bisanya Rifaldi sialan itu menghina Aleya di hadapan Taka. Persetan, Taka tak peduli dengan reputasi restoran atau apapun, ia perlu segera menghajar pria bernama Rifaldi Lesmana itu.
Taka melangkah keluar kamar mandi, tangannya terkepal dan pandangannya tertuju pada satu meja di area pojok restoran. Aleya sedang tersenyum ramah pada pria yang tadi menghina dan berniat melecehkannya dan hal itu tak akan di biarkan Taka. Ia melangkah cepat dan langsung menarik Rifaldi dan melayangkan tinju pada wajah picik pria sialan itu.
"Anjing lu, bangsat!" Taka memukul membabi buta, sedang Rifaldi yang tak siap hanya bisa pasrah menerima pukulan pria pemilik restoran.
Aleya yang kaget reflek menarik Taka dan mendorong pria itu menjauh "Apa-apaan kamu? Ada salah apa Faldi sama kamu?!"
Taka yang ngos-ngosan semakin kesal saat Aleya malah perduli pada Rifaldi, padahal sekarang Taka lah yang sedang berusaha membantunya.
"Aku sedang bantuin kamu Lea, pria itu kurang ajar. Dia berniat melecehkan kamu"
Aleya membantu Rifaldi bangun dan menatap tajam pada di sumber kekacauan "Jangan sok tau kamu, lagipula kita nggak sedekat itu untuk saling melindungi satu sama lain. Aku gak butuh kamu lindungin!"
Aleya memapah Rifaldi keluar dari restoran, melihat itu Taka mengerang marah menendang meja sebelum melangkah menuju ruangan Aron.
To Be Continued.
The reason, why Taka had mood swing kekeke
Hi!
I hope you still with me guys hehehe
Don't forget to vote and comment!
F O L L O W M E !
Salam Sayang, WH.
KAMU SEDANG MEMBACA
unEXpected!
ChickLitAleyandra Rajadza tidak pernah berharap berada disituasi ini, sebagai seorang owner dari event organizer ia sudah terbiasa bertemu dengan banyak klien tapi ia tidak pernah menyangka jika pekerjaan ini pula yang mempertemukannya kembali dengan seseor...