Saat masuk, Jenna disambut oleh Gia yang sedang duduk sendirian di salah satu kursi di ruang tunggu sambil memainkan ponsel. Wanita tamboi itu terlihat anggun dengan gaun biru muda yang membalut tubuhnya. Wajahnya kelihatan serius memandangi ponsel sampai tidak menyadari kehadiran Jenna.
"Gia." Jenna memanggil dengan senyum terbaik yang ia punya.
Reaksi pertama Gia adalah terperangah. Ia belum pernah melihat Jenna secantik ini. Jenna mengenakan gaun putih dengan brokat yang membalut bagian dada. Gaun yang dipakainya menampilkan lekuk bahu dengan indah. Sebuah mahkota kecil dan beberapa jepit menghiasi rambut yang tergerai.
"Ah, lo kelihatan cantik banget." Gia bangkit dari duduknya dan memeluk Jenna.
Kedatangan Jenna diikuti oleh dua orang berpakaian formal yang membantunya untuk membenahi mekap dan tatanan rambut. Wanita itu langsung duduk di sofa yang berada di tengah ruangan itu.
"Udah lama sampainya?" Jenna bertanya pada Gia yang kelihatan masih memandangnya dengan kagum. "Jangan liatin gitu. Malu gue."
"Lo cantik banget." Gia tersenyum sambil terus memandangi sahabatnya.
Jenna tertawa bahagia. Gia adalah salah satu orang yang paling ia butuhkan di saat penting. Wanita itu sudah menjadi teman baiknya selama tujuh tahun terakhir. Meski sudah berteman lama, ini adalah kali pertama Gia bertemu dengan Saka. Kesibukan keduanya membuat mereka belum bertemu hingga acara ini berlangsung.
"Gue udah lihat dekorasinya. Cantik banget. Sesuai sama yang lo mau, 'kan?" Gia bertanya sambil menaikkan alis.
"Siapa dulu yang cari EO-nya?"
"Tentu, Giasefana." Percakapan mereka ditutup dengan tawa.
Jenna yang didampingi Gia, berjalan memasuki aula setelah jarum jam menunjuk pukul sebelas tepat. Acara pertunangan akan dilakukan pukul dua belas siang. Satu jam sebelumnya, Jenna diminta untuk menyapa semua tamu undangan yang notabenenya adalah keluarga dan teman dekat. Gaun yang dikenakan Jenna tidak menghambat pergerakan wanita itu sama sekali. Ia bergerak lincah menghampiri hampir semua tamu yang hadir.
"Gia, kenalan dulu sama temen Mami." Seorang wanita yang mengenakan baju dengan warna senada dengan Gia memanggil sambil melambai.
"Halo, Bunda." Gia memeluk dan cipika-cipiki dengan Bunda. Kemudian wanita itu menyalami teman-teman Mami yang lain.
"Saya sudah kenal Gia, dia ini salah satu sahabat Jenna yang paling dekat." Bunda berbicara sambil mengusap punggung Gia.
Jenna tahu kalau Gia sangat nyaman dengan Bunda, bahkan mereka pernah makan siang bersama tanpa mengajaknya. Menurut Jenna, hal itu adalah pengkhianatan yang manis. Namun, ia senang kalau Bunda dan sahabatnya bisa akrab seperti teman.
"Oh, ya? Pantes tadi Mami ajak, kamu nggak protes."
Gia hanya membalas dengan cengar-cengir.
"Anak laki-laki kamu nggak ikut? Katanya mau dikenalin sama kita-kita?" Salah satu teman Bunda bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CTRL + Z ✓ (TERBIT)
RomanceAda satu kejadian yang membuat Jenna dihantui rasa bersalah sehingga wanita berusia 27 tahun itu selalu mengikuti kencan buta yang diatur oleh orang tuanya. Namun, satu kencan buta membawanya bertemu dengan Yujin, sahabat lamanya yang tiba-tiba meng...