Jenna mendarat di sofa dengan punggung terlebih dahulu, sedangkan Yujin berhasil mendarat dengan kedua tangan yang berada di kiri dan kanan kepala Jenna. Kini wajah keduanya sejajar. Mata mereka terkunci seolah waktu telah berhenti. Suara hujan dan gemuruh yang perlahan menghilang, tidak mempengaruhi keduanya. Namun, ruangan yang minim pencahayaan itu tiba-tiba menjadi terang.
"Jenna!"
Sepasang manusia yang tidak memiliki hubungan lebih dari sahabat itu menoleh kompak. Keduanya hampir tidak bisa bernapas ketika mendapati puluhan mata yang memandang mereka dengan tatapan menghakimi.
"Yujin?"
Suara wanita itu sangat Yujin kenali, tetapi tubuhnya tidak bisa diajak kompromi. Bukannya segera bangun dan membenahi diri, Yujin malah mengerjap tidak percaya karena melihat Mami di sana.
Jenna mendorong tubuh Yujin dengan segera, begitu menyadari kalau beberapa orang di belakang Ayah tengah mengarahkan ponselnya pada mereka. Belum lagi suara bisik-bisik yang memenuhi ruangan itu. Rasanya Jenna ingin menghilang saja. Ia dan Yujin jelas tidak melakukan apa-apa, tetapi posisi ambigu dengan pria yang sudah tidak mengenakan baju adalah petaka.
Ayah berdeham. "Sepertinya kita harus menunda acara hari ini."
Bunda langsung mengerti, ia segera mengantarkan teman-temannya keluar. "Maaf, ya. Nanti kita reschedule acaranya."
Jenna hanya bisa merutuki kebodohannya. Ia lupa, Bunda sudah mengatakan kalau akan membawa teman-temannya ke rumah untuk melelang beberapa perhiasan. Kini, Jenna hanya bisa menunduk malu. Ia mengambil kardigan yang berada di lantai dan memakainya kembali.
Suara pukulan sempat membuat Jenna menoleh. Mami baru saja memukul Yujin dan melemparkan kaus ke wajah pria itu.
"Mami nggak tahu lagi harus ngomong apa." Mami terduduk lemas di lantai. Dengan sigap, Yujin langsung menopang Mami yang hampir ambruk. "Pakai baju kamu!" Mami masih memukuli lengan Yujin.
"Kamu kenal anak ini, An?" Ayah bertanya pada Mami, tetapi matanya menatap Yujin sinis. Wajah dan telinga Ayah sudah memerah.
Jenna masih bingung karena melihat Mami Gia yang kelihatan sangat terpukul.
"Ini anak saya yang mau dikenalkan sama Jenna. Saya nggak tahu kalau anak nakal ini sudah kenal dengan Jenna."
Yujin memakai kausnya dengan cepat. "Mami, aku bisa jelasin. Ini nggak seperti yang kalian lihat."
"Kamu, bangkit dari sana dan duduk di sebelah anak saya!" Ayah memijit pelipisnya.
"Lo adiknya Gia?" Jenna masih menyempatkan untuk bertanya pada Yujin yang baru duduk di sampingnya.
Yujin mengangguk, tetapi wajahnya langsung tegang ketika Ayah berdeham. Kini, Bunda dan Mami juga sudah duduk di sofa.
"Jadi, apa hubungan kalian?" Ayah berusaha bertanya setenang mungkin. Jenna bisa melihat kalau Ayah tengah mengepalkan tangan hingga buku jarinya memutih.
KAMU SEDANG MEMBACA
CTRL + Z ✓ (TERBIT)
RomanceAda satu kejadian yang membuat Jenna dihantui rasa bersalah sehingga wanita berusia 27 tahun itu selalu mengikuti kencan buta yang diatur oleh orang tuanya. Namun, satu kencan buta membawanya bertemu dengan Yujin, sahabat lamanya yang tiba-tiba meng...